Karry sedang berdiri dibalkon kamarnya dengan kedua siku yang diletakkan diatas pagar balkon. Ia menatap lurus kedepan. Dilihatnya bangunan-bangunan tinggi dari atas sini. Pikirannya melayang entah kemana. Ia kemudian mendongakkan kepalanya menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang kecil dan rembulan yang bercahaya terang. Ia masih memikirkan perkataan Joyce kemarin.
“Karry..” panggil Joyce dengan suara parau
“Hemm..” jawab Karry
“Aku mau pulang”
“Iya, kita pulang sekarang ya”
“Tidak perlu. Aku bisa sendiri”
“Ngga! Aku tetap akan mengantarmu pulang. Itu sudah menjadi tanggung jawabku. Kau pacarku dan aku juga yang membawamu kesini, jadi sudah kewajibannya aku untuk mengantarmu pulang, sayang” Ucap Karry sangat lembut.
Jenny yang disamping mereka merasa terbakar. Bisa-bisanya Karry bersikap dan berkata lembut pada perempuan yang dia tak tau itu siapa.
“Aku mau kita putus!” Ucapan itu seperti mengalir dengan sendirinya dimulut Joyce.
Karry yang mendengarkan itu, terkejut. Matanya membulat. Ia memegang kedua bahu Joyce. Ditatapnya mata Joyce dalam, seakan meminta penjelasan dari ucapannya itu.
“Sayang, apa yang kau ucapkan? Mending kita pulang sekarang aja ya. Aku tau kamu pasti lelah, makanya kamu berkata rancu seperti itu” ucap Karry lembut. Ia tahu Joyce sedang tertekan. Ia tidak mau Joyce makin memikirkan yang tidak-tidak.
Secara tiba-tiba Karry menarik Joyce dalam dekapannya yang erat. Seakan tidak mau ia pergi. Diciumnya pucuk kepala Joyce lembut. Mereka sudah bertahan sejauh ini. Tidak mungkin ia akan mengakhiri semuanya begitu saja saat apa yang ia inginkan belum terwujud. Ia sangat mencintai Joyce, benar-benar mencintai Joyce. Sampai maut memisahkan juga ia akan tetap bersamanya dan tak akan melepaskannya.
Joyce tidak menggubris perkataan Karry dan tak menolak pelukan Karry yang secara tiba-tiba. Pikirannya benar-benar kacau. Ia tak bisa membayangkan jika Karry tak lagi bersamanya, jika Karry benar-benar memilih perempuan lain daripadanya. Ia benar-benar tidak ingin Karry pergi dari hidupnya.
Lamunan Karry seketika buyar, saat tiba-tiba terdengar suara lembut menyapa telinganya.
“Karry” Panggil orang itu sambil memegang bahu kanan Karry.
Karry menoleh kesamping. Pandanganya berubah datar. Ia memandang tangan yang memegang bahunya. Ia mengendikkan bahu kanannya sekali dan berhasil tangan itu terlepas dari bahunya.
Ditatapnya pintu kamar yang tertutup rapat. Ia menatap orang didepannya lagi.
“Kenapa bisa masuk kamarku?” tanyanya dingin.
“Tadi sudah ku ketuk pintumu. Tapi ga ada jawaban, jadi aku masuk saja. Kupikir kau sudah tidur” jawab gadis itu gugup.
Karry menaikkan satu alisnya. “Apa orangtuamu tidak mengajarimu sopan santun?” tanyanya semakin dingin. Karry benar-benar tidak suka melihat gadis didepannya ini.
Seketika aura disekitar Karry menjadi sangat dingin ditambah dengan udara malam yang dingin.
Tidak mendapat jawaban dari gadis itu.
“Jika kau berpikir aku sudah tidur, apakah baik untuk masuk ke kamar laki-laki saat ia sudah tidur? Itu tandanya pikiranmu tak berfaedah.”
Lagi-lagi tidak mendapat jawaban darinya, melainkan gadis itu hanya menunduk dalam. Ia malu mendengar ucapan dan tatapan datar nan dingin dari Karry.
“Apa kau tak memiliki mulut, hah? Aku berbicara denganmu. Kau sudah membuatku membuang perkataanku dengan percuma” ucap Karry tajam.
“A..aku.. maaf” gadis itu semakin menunduk dalam. Ia menahan air matanya agar tidak keluar.
Karry menegapkan badannya. Tangannya dimasukan kedalam saku celananya. “Pintu kamarku masih disana” ucap Karry menunjuk pintu kamarnya, seakan Karry mengusirnya secara halus.
Gadis itu mendongakkan kepalanya. Matanya berkaca-kaca. Ia menatap arah tangan Karry. Ia menatap Karry lagi.
Karry menaikan satu alisnya. Tanpa aba-aba, Karry meninggalkan gadis itu yang kasih mematung. Karry berjalan menuju kasurnya sambil berkata, “Jangan lupa untuk tutup pintu balkon dan kamarku jika kau sudah sadar”
Karry merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Ia menutup wajahnya dengan bantal yang lain.
Tidak mendengar suara pintu. Karry menyingkirkan bantal yang menutupi wajahnya. Ia bangun dan duduk.
Ditatapnya gadis yang masih mematung disana dengan tatapan malas. “Hoy! Mau berapa jam lagi kau disitu. Masih tak mengertikah kau apa yang ku ucapkan. Aku malas sebenarnya untuk berkata banyak denganmu. Tapi melihat kebodohanmu yang tak mengerti dengan ucapanku, aku terpaksa. Perlukah aku panggil pengawal untuk memaksamu keluar? Tanganku terlalu suci untuk menyentuhmu.”
Gadis itu tak sanggup lagi, ia berlari pergi keluar kamar Karry. Ia hanya menutup pintu kamar Karry saja. Air matanya bercucuran keluar. Karry menatap kepergian gadis itu. Jenny. Ia menoleh ke pintu balkon. Masih terbuka. Ia menghela nafas kasar. Ia terpaksa beranjak dari kasurnya untuk menutupnya.
~
06-11-20
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine {TAMAT} ✓
Ficción GeneralINI CERITA PERTAMAKU 🎉 VOTE N COMMENTNYA YA JANGAN LUPA FOLLOW JUGA, TERIMA KASIH :) . . {YOU'RE MINE By Lyn_Joyce} CERITA LENGKAP ✅ . . "Sayang" panggil Karry masih menatap ke langit "Hem" jawab Joyce melirik ke arahnya "Kamu tau kenapa Tuhan menc...