"Aduh, duh! Remuk semua tulang gua, sialan."
Gerutuan Sagala terdengar dari mulutnya. Ia baru saja terjatuh karena di tendang oleh Master yang melatihnya Taekwondo itu. Sudah berkali-kali Sagala menangkis, namun hasilnya sia-sia saja.
Latihan yang Sagala jalani hari ini adalah latihan menangkis. Master Osan yang memberi serangan, Sagala yang harus menangkis semua serangan itu.
Master Osan menghelakan nafasnya, mencoba untuk menarik nafas perlahan untuk mengisi rongga paru-parunya.
"Siregar. Bangun, lawan saya kembali." Master Osan memasang kuda-kuda kembali, menunggu Sagala untuk terbangun dari duduknya.
Sagala dengan berat hati harus mau berlatih lagi, dia bangun dan memasang kuda-kuda yang sudah ia pelajari 10 hari lalu. Mencoba untuk fokus kepada gerakan Master Osan.
Duk!
Gagal.
Sagala tertendang lagi, dan jatuh perlahan. Walau pelan, punggung Sagala terbentur sedikit dinding karena Master Osan menendangnya cukup kuat.
Master Osan mengembalikan posisinya semula, beliau menghampiri Sagala dan menatap lurus ke arah depan. "Jika kau tidak bersemangat, tidak akan ada yang bisa kau lindungi, Siregar. Ayo bangun dan coba lawan tendangan dari saya!"
Emosi Sagala tersulut, pikirannya menggelap karena perkataan Sang Master. Tidak akan ada yang bisa kau lindungi, perkataan yang membuat pergerakan Sagala saat ini sangat bagus.
Walau emosi sedang menyulut hati Sagala, gerakan kuda-kuda untuk menangkisnya tetap benar dan tepat. Tendangan dari Master Osan semuanya bisa dihalang oleh Sagala dengan mudahnya.
Kanan.
Kiri.
Paha kiri bawah.
Perut.
Paha kanan atas.
Semuanya berhasil dihindari dan ditangkis.
Master Osan tersenyum dalam setiap gerakannya, melihat perkembangan teknik Taekwondo milik Sagala dalam teknik pertahanan sudah sangat benar.
Tendangannya pun diberhentikan. Master Osan berjalan pelan menghampiri Sagala dan menepuk-nepuk bahu Sagala dan tersenyum bangga.
"Bagus, Siregar. Pertahankan. Lain kali, jangan menggunakan teknik Taekwondo dalam keadaan emosi. Karena gerakan kamu akan tidak teratur dan mudah dibaca," ucap Master Osan dengan memberikan sabuk hijau, karena kini Sagala sudah seperti tunas yang baru tumbuh.
Sagala menerimanya dengan wajah tidak percaya, memandangi sabuk yang baru saja diberikan oleh Masternya itu.
"Terimakasih, Master." Sagala menundukkan kepalanya.
"Senang bisa melatihmu, Siregar." Master Osan mengangkat tangannya, pertanda ia memberikan seluruh restunya terhadap Sagala.
***
Setelah selesai melipat dan menaruh kembali dobok yang diberikan oleh Masternya itu, Sagala berjalan keluar dari kamarnya.
Menekan earphone yang terpasang di telinganya saat ini.
"Kenapa, Len?" tanya Sagala ketika menjawab telefon yang masuk ke dalam earphone-nya.
"Gak pa-pa! Gue lagi nyoba telefon baru yang dikasih Abinra. Huahahahaha telefonnya mirip sama itu ... apa, ya, namanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REBELLION (Completed)
Roman pour Adolescents[Konflik sedikit membingungkan. Hanya ada 1000-1400 kata setiap part.] Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata 'geng'? Apakah bayanganmu akan seperti kebanyakan orang? Mereka berpikir kalau sebuah geng hanya untuk anak-anak berandal dan tidak t...