TRENTATRÉ
♥
Mungkin Jeffrey harus berterimakasih pada Keenan dan Wendy, berkat kedua orang itu sekarang Jeffrey bisa dipertemukan kembali dengan Rose di Indonesia. Apalagi keluarga Rose akan menginap di rumahnya selama dua hari, sontak saja mengetahui hal itu membuat Jeffrey gembira bukan main.
Malam ini hujan turun dengan derasnya membasahi kota Surabaya. Udara dingin plus aroma petrikor begitu terasa, membuat Jeffrey yang berbaring di ranjangnya meresapi setiap rintik hujan yang bagai sebuah alunan musik relaksasi. Jeffrey tiba-tiba jadi teringat Rose, sekarang sedang apa ya si bayi marshmallow? Apakah sudah tidur?
Jeffrey keluar dari kamarnya, di ruang tengah ada Rose, Krystal, serta Jerry dan sepupu Rose--kalau tidak salah Jeffrey ingat namanya Alex. Rose menoleh pada Jeffrey, tak lupa ia tersenyum pada Jeffrey.
"Tumben keluar kamar Ge, biasanya betah ngurung diri di kamar?" tanya Jerry.
Jeffrey tak menanggapi pertanyaan Jerry. Ia duduk di samping Rose, ikut menonton televisi tanpa membuka suara sedikitpun. Hingga akhirnya jam sudah menunjukan tengah malam, semua orang pergi ke kamarnya masing-masing. Tersisa hanya Rose disini, dan dirinya.
Jeffrey berdehem. Rose juga melakukan hal yang sama. Sampai akhirnya Rose bangun dari posisi awalnya. "Jeff, aku mau ke kamar duluan ya."
Jeffrey memegang tangan Rose, menghentikan gadis itu untuk pergi ke kamarnya. "Lo tidur sama siapa?" tanya Jeffrey.
"Ryu, sepupu aku."
Jeffrey mengangguk. "Lo mau ke kamar gue gak?" tanya Jeffrey dengan refleks.
Rose menaikan satu alisnya, "ngapain?" tanyanya heran.
"Tidur sama gu--" plak~ Jeffrey menepuk bibirnya pelan.
"Ma--maksudnya... El-lo mau liat-liat kamar gue, se-sebentar doang." kata Jeffrey terbata. Rose makin menatapnya aneh. Dan hal itu membuat Jeffrey tak henti merutuk dalam hati karena ajakan tak masuk akalnya. Pasti Rose akan menolak.
"Okay!"
Jeffrey membulatkan matanya tak percaya. Rasa senang membuncah, memang tujuannya mengajak Rose ke kamar hanya ingin mengobrol, bukan hal lainnya. Karena jika mengobrol di ruang tengah malam-malam begini, pasti ada saja yang mengganggu, seperti Jerry yang suka bolak-balik ke dapur saat tengah malam untuk minum misalnya.
Rose mengikuti langkah Jeffrey dari belakang. Memasuki kamar pria tersebut yang di dominasi warna hitam dan putih, juga sedikit warna abu-abu. Jeffrey mempersilahkan Rose untuk duduk di atas ranjang kingsizenya. Karena di kamarnya tak ada bangku satupun.
Rose menatap sekeliling kamar Jeffrey, AC di kamar ini dimatikan. Tapi udara dingin masih sangat terasa hingga menusuk kulit mulusnya karena udara yang ditimbulkan akibat hujan.
Sekarang Jeffrey bingung mau mengajak Rose mengobrol bagaimana. Pasalnya sekarang ia hanya dapat memperhatikan gadis yang kini tengah menatap keluar jendela, memandangi tetesan hujan yang terjatuh dari genting hingga akhirnya mendarat ke permukaan tanah.
"Rose," panggil Jeffrey. Gadis itu tak langsung menoleh, mungkin karena suara Jeffrey yang teredam oleh derasnya suara hujan.
Dapat Jeffrey lihat Rose mengelus-ngelus kedua tangannya. Sepertinya gadis itu kedinginan. Jeffrey mengambil selimutnya, lalu menyerahkannya pada Rose. "Supaya lo gak kedinginan, lagian sih pake baju tipis gini." kata Jeffrey.
"Makasih Jeff, abisnya aku gak bawa baju lagi. Ini aja buat dua malam, sekarang dan besok." jawab Rose.
"Dih, jorok banget sih lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Juliet's House
Fiksi PenggemarCita-cita seorang Roseanne Belle dari kecil hanyalah tinggal di kota cantik dan romantis dengan kisah cinta klasik, seperti Verona. Semua itu berawal dari kegemarannya membaca novel romance berjudul Romeo dan Juliet karya William Shakespeare. Setel...