.
.
.Sara menghela nafasnya, dia sekarang berada di gerbang sebelah kanan. Ia sedang menunggu kedatangan Cila dan juga Lena. Omong-omong soal kejadian kemarin, dia dan teman-temannya selamat. Mereka berhasil kabur dari penjagaan super ketat soalnya Raja dan teman-temannya langsung pergi waktu mendapat laporan jika Sekolah lain menyerang.
Sara mesti berterima kasih sama penyerang sekolahnya. Ia masih mengingat jelas apa yang dikatakan Raja sebelum pergi. "Lo tunggu disini."
Orang bodoh mana yang mau menunggu? Padahal jelas-jelas Sara berniat kabur sejak tadi. Tapi, dia mengangguk dan setelah tak melihat siluet tubuh laki-laki itu dia langsung kabur dengan menaiki taxi. Gak apa kehilangan beberapa rupiah, asal jangan kehilangan nyawa.
Hari ini Sara dan temannya terpaksa masuk sekolah, jadi mereka punya rencana untuk cabut sebelum jam belajar dimulai. Makanya Sara menunggu di pagar sambil berkali-kali mengecek jam dipergelangan tangannya.
"Lama ya?"
Sara melotot, Cila dan Lena memang muncul sesuai janji tapi dalam posisi yang lagi-lagi tertangkap. Kenapa sih, teman-temannya ini bawa sial? Dan nasib sialnya kenapa jadi lima orang?
Sara mendelik membuat Cila dan Lena serentak menggeleng. "Gue ditangkap pas di kelas." Lena menjelaskan membuat Sara kesal, ngapain ke kelas kalau niat cabut sih?
"Gue bayar utang sama Roki." Seakan paham, Lena lagi-lagi menjelaskan, "Lo ingat kan? Kemarin duit gue habis terus minjem untuk ongkos?"
Sara berganti melirik ke arah Cila yang mengkerut ketakutan karna disebelahnya ada Kak Sam. "Tadi ke kamar mandi, terus ketemu hehe.."
Sara berdecak, "Kejadian kemarin itu gak sengaja." Ia perlu menjelaskan jika kejadian memalukan itu bukanlah sesuatu yang harus dibesar-besarkan. "Kakak-kakak kan tahu kalau emang ada rumor yang bilang kalau ngelakuin hal tadi bisa bikin permintaan terkabul."
"Dengan ngelempar celana dalam?" Tanya Sam sambil mencibir. "Ah, info yang terpercaya."
Sara kesal, kenapa juga Kak Sam yang sewot? Kak Raja yang jelas-jelas jadi korban aja sedari tadi diam.
"Sebenernya emang bukan masalah besar kalau gak ada yang tahu soal kejadian ini." Argi memandang Sara dengan tatapan geli yang membuat Sara merasa diragukan. "Gak ada yang tahu. Ngapain juga kami cerita-cerita. Iya kan?"
Lena dan Cila langsung mengangguk dengan semangat. "Iya, kami jarang ngobrol sama yang lainnya. Kami termasuk anak-anak yang pendiam." Cila menyetujui perkataan Lena. "Rahasia aman bersama kami." Gadis itu terlihat lucu karna mengarahkan jempolnya ke Kala yang kini tertawa karna tingkahnya.
"Oh ya? Yakin?" Suara Dean terdengar padahal biasanya laki-laki itu lebih banyak memperhatikan daripada ikut dalam obrolan seperti barusan.
"Yakin!" Jawab ketiga gadis itu kompak.