Jaemin menangis frustasi, hidupnya sudah berakhir. Kedua orangtuanya sudah tidak ada karenanya. Jika saja Jaemin tidak memaksa kedua orangtuanya pulang di hari ulangtahun nya yang ke 12 tahun, kecelakaan itu pasti tidak akan terjadi, dan orangtuanya masih hidup.
Sudah pukul setengah 12 malam, sebentar lagi akan berganti hari, dan hari ulang tahunnya juga akan segera berakhir. Tapi Jaemin masih berjalan tak tau arah. Dia tidak ingin pulang, melihat rumahnya malah akan mengingatkannya pada orangtuanya. Jaemin tidak ingin bersedih lagi mengingat ayah dan bunda nya yang telah tiada.
Langkah kaki Jaemin terhenti di tepi sungai Han. Memandang indahnya lampu kelap-kelip di malam hari dengan mata berkaca-kaca. Mengambil sebuah lilin dan korek api di sakunya dan mulai menghidupkan lilin tersebut.
Jaemin memejamkan mata dan mulai berbicara, "Hari ini adalah hari ulangtahun ku dan juga hari kematian orangtua ku. Aku akan mencap bahwa di hari ulangtahun ku ini adalah hari terburuk dan hari tersial ku di tahun-tahun berikutnya."
Jaemin menghela nafas sebentar dan melanjutkan perkataannya, "Tuhan, tolong bahagiakan orangtuaku disurga. Aku akan menyusul."
Jaemin meniup lilin tersebut dan tersenyum dengan air mata yang masih menetes di kedua kelopak matanya. Menyimpan kembali lilin tersebut ke sakunya. Jaemin memanjat tembok pembatas sungai itu dan merentangkan kedua tangannya. Bersiap untuk melompat.
Tapi saat Jaemin akan melompat pergerakannya terhenti saat dirasa ada yang memanggilnya.
"Hei bocah."
Jaemin menengok kesamping dan mendapatkan seorang laki-laki tampan berdiri sambil memandangnya.
Jaemin mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri, memastikan apakah ada orang lain disekitarnya atau tidak, "Kau memanggilku?" Jaemin menunjuk dirinya sendiri.
"Siapa lagi bodoh. Hanya ada kau dan aku disini."
Jaemin mengelus tengkuknya dan mengalihkan pandangannya dari pria tampan itu, malu.
"Kau ingin bunuh diri?"
Dengan bodohnya Jaemin mengangguk.
"Kalau kau memang berniat bunuh diri jangan disini. Kau tidak akan langsung mati jika melompat di sungai ini. Paling parah kau hanya akan mengalami patah tulang." Jaemin memiringkan kepalanya bingung.
"Ku sarankan kau gantung diri saja. Atau jika kau memang ingin gaya bunuh diri dengan cara melompat, melompat lah di Namsan Tower yang tinggi."
Jaemin terdiam, dia benar-benar bingung dengan pria itu. Jika di film-film yang dia tonton biasanya orang-orang dengan heroiknya akan mencegah orang yang akan bunuh diri di hadapannya. Tapi ini berbeda, sepertinya tidak berlaku untuk Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pain! • NoMin
Fanfiction🔞[Mature Content]🔞 Kisah tentang kesakitan yang dirasakan oleh Jaemin. Dilecehkan, dihina, di aniaya oleh suaminya sendiri, Lee Jeno. Walaupun begitu Jaemin tetap mencintai suaminya tanpa ada rasa dendam sedikit pun. Jaemin selalu berusaha untuk m...