31. Persiapan

86 28 2
                                    

"Definisi rumah itu bagaimana, sih? Tempat ternyaman bukan? Bagaimana jika aku lebih nyaman bersama Rebellion ketimbang keluargaku?"

***

Langit malam terlihat sangat mendung saat ini. Di tahun ini, tidak akan ada yang namanya hujan dan banjir. Jikapun hujan, airnya akan dikirimkan ke tempat penampungan air.

Penggunaan kendaraan di Jakarta sedikit menurun, sekarang semuanya lebih memilih menggunakan sepeda dengan kekuatan sama seperti mobil/motor. Hanya saja tidak ada limbah yang dikeluarkan.

Walaupun Indonesia tidak secanggih dan belum semaju negera lain, tapi Jakarta sudah cukup maju untuk saat ini.

Handaru mematik rokoknya dengan tatapan ke arah jalanan yang masih saja ramai ketika malam hari. Dirinya sedang duduk santai setelah menidurkan Fargo di kamarnya.

Asap rokok mulai terkumpul di mana-mana, tapi tidak akan mengganggu semua orang yang menghisapnya. Karena Handaru hanya sendirian di sini.

Tatapan matanya yang menatap jalanan itu terlihat kosong. Pikirannya melayang seperti asap rokok yang dikeluarkannya.

Handaru sudah cukup pusing beberapa tahun ini. Dia sudah menyerah dengan keberadaan Abinra. Handaru sudah mengikhlaskannya.

Bayangan Abinra tersenyum dengan rambut pirang muncul di otak Handaru. Lelaki itu membuang rokoknya secara kasar dan mengusap wajahnya sendiri.

"Tch, gua udah kaya orang frustasi astaga." Handaru tertawa dalam setelah mengucapkan itu. "Hah ... bahkan Fargo belum ngelihat Mama yang kasih dia ASI selama ini."

***

Rebellion, minus Daegal, sedang berkumpul di rumah Vanilla siang ini. Semuanya berkumpul atas perintah dari Handaru.

Aeyza sudah sampai beberapa jam sebelum waktu yang ditentukan. Sedangkan Arsya, dia belum datang.

Vanilla sedang menyiapkan jajanan untuk ia suguhkan kepada Rebells, karena mengobrol tanpa cemilan itu rasanya kurang asyik.

Bell di pintu depan berbunyi. Aeyza menoleh ketika mendengar itu, dia langsung berjalan ke arah pintu depan dan membukakannya.

"Oh!" pekik Aeyza.

Arsya datang bersama dengan Alvin dan juga Handaru, mereka bertiga masuk ke dalam rumah Vanilla tanpa menunggu Aeyza untuk menyingkir.

Alvin menatap seluruh interior rumah Vanilla ini. Matanya terkesan karena rumah gadis itu sangat elegan.

"Woah," kagumnya.

Sang tuan rumah datang, Vanilla menaruh nampan yang ia bawa ke meja yang ada di tengah-tengah Rebellion.

Vanilla memegang nampan yang ia senderkan di dadanya. "Ayo duduk, dimakan dulu."

Suasana di sini sangat sepi, bahkan tidak ada suara pembicaraan seperti dahulu. Walaupun hanya ocehan-ocehan dari Kelendra dan Minerva yang cekcok. Serta suara tertawa milik Abinra yang sedikit melengking itu. Kini semuanya bergantikan dengan suara gumaman kecil yang berasal karena bingung ingin memulainya.

REBELLION (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang