34. Menyerang dan Tumbang

137 29 13
                                    

Vote dan komen kalian sangat dinantikan, happy reading!
────────────────
R E B E L L I O N

.
.
.
.

Sudah beberapa menit sejak kedatangan Sakala dan yang lainnya, kini mereka sedang bertarung karena Aretha yang kesal langsung memberikan perintah kepada anggotanya.

Handaru dan Alvin sempat terkejut, begitupun dengan Vanilla, Aeyza, Arsya dan Daegal. Tapi mereka memilih untuk menanyakannya nanti.

Pertarungan terjadi begitu sengit. Beberapa orang yang dibawa Sakala pun sudah ada yang tumbang. Jumlah Pradista bisa dibilang cukup banyak. Untungnya Brian sudah menyisakan 140 orang untuk turun nanti.

Sakala mengempur musuh tanpa ampun. Dia memukul, menerjang dan juga menembaki. Sakala tidak takut akan polisi ataupun sesuatu semacam itu. Karena orang-orang Pradista adalah orang ilegal. Mereka tidak diterima dimanapun, bahkan di Indonesia sendiri. Istilahnya, mereka adalah buronan.

Aretha sendiri masih berada di helikopter, memandang semuanya dari atas sana. Gerutuan dari mulut Aretha muncul terus menerus.

Sakala mendongak, menatap Aretha dari bawah. Dia mengalihkan pandangannya ke sekitar sana. Membuat Handaru harus melawan musuh yang mendekat ke arah Sakala.

"Makasih," ucap Sakala sambil tersenyum.

Handaru berdecih, "Liat-liat, goblok! Kalo lo mati, kita semua yang repot."

Sakala terkekeh. Pemuda itu menarik diri dari bagian depan, bergantian dengan Alvin yang berjaga.

Di belakang sana, Daegal dan Sagala terus menembak tanpa ampun. Seperti sedang bermain game tembak-tembakan. Mereka menikmatinya.

Kelendra membantu Vanilla di bagian kiri, melempari berbagai jenis senjata yang ia pegang yang sudah dilumuri dengan racun.

Banyak anggota yang sudah tumbang, entah itu dari Rebellion atau Pradista. Semuanya mati. Menyisakan darah dan senjatanya di tanah.

Halaman rumah Handaru kini bergantikan dengan lautan darah. Warna merah bercucuran dan menyiprat kemana-mana.

Entah dari mana darah itu. Entah darah siapa itu. Mereka tidak tahu. Darah musuh dan anggota yang Sakala bawa sudah bercampur.

"Bin, mundur." Brian menghalangi badan Abinra dengan lengannya. Menyuruh gadis itu untuk tidak maju lebih dari ini.

Abinra mengangguk, dia memundurkan langkahnya dan menyerang semua musuh yang mendekat.

Senjata yang dipakai oleh Abinra adalah cakaran yang menempel di tangannya. Cakaran seperti kuku binatang buas yang panjang dan juga tajam.

Ctrasss

Dada salah satu anggota Pradista terbelah oleh tajamnya senjata yang dibawa oleh Abinra. Abinra memejamkan matanya, membiarkan darah dari mereka mengenainya.

"Dosaku nambah banyak," gumam Abinra.

"Kamu dapet banyak pahala, Bin. Soalnya udah musnahin manusia paling enggak berguna yang bisanya cuma nyiksa manusia lain." Brian menyahut, mencoba untuk membuat Abinra tidak kepikiran soal penyerangan ini.

REBELLION (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang