35. Ini Akhirnya

191 25 46
                                    

"Tolong, jaga dan temui Fargo untukku."

Handaru tersenyum, darah keluar dari mulutnya. Membuat Abinra melepaskan pelukannya dari Brian.

Abinra berderaskan air mata. Dia berjalan sambil mencoba untuk menggapai Handaru. Tapi, kakinya tidak mengizinkan Abinra untuk berlari, gadis itu hanya berjalan perlahan.

Czztrasss!

Sakala melebarkan matanya, ia berlari ke arah Abinra yang sedang mematung dengan kepala Handaru yang terputus tepat di hadapan gadis cantik itu.

Kepala Handaru terpisah dari badannya. Jatuh ke tanah dan mengenai kaki Abinra.

Mulut Abinra bergetar hebat, disusul dengan getaran yang muncul dalam badannya yang sedang di peluk oleh Sakala.

"Merem," suruh Sakala. Mengeratkan pelukan. "Gua gak mau lo sakit, Bin. Merem!'

Ucapan dari Sakala tidak didengarkan oleh Abinra. Justru, gadis itu melakukan hal sebaliknya. Menatap lamat pada kepala Handaru yang terlihat memucat dan dingin itu. Melihat senyum terakhir yang diberikan Handaru kepada Abinra.

Tangan Abinra tergantung bebas. Kepalanya ditelungkupkan kepada ceruk leher Sakala, dan gadis itu tertawa keras.

Alvin dari kejauhan menatap nanar Abinra, tatapannya selalu menuju Handaru dan Abinra di sana.

Alvin tidak melihat adanya orang yang sudah membunuh Handaru di sana. Sepertinya orang itu sudah pergi sebelum mereka menyadari.

Halaman ini. Selain dipenuhi oleh darah, sekarang juga dipenuhi oleh tawa dan tangis dari Abinra dan Sakala.

Mereka berdua melampiaskan amarah dan tidak terimanya dengan cara berpelukan antara satu sama lain. Semakin Sakala mengeratkan pelukannya, semakin keras pula tawa dari Abinra.

Sagala disusul oleh Rebellion sudah menyelesaikan tugasnya. Menghampiri Alvin yang termenung dengan tatapan menuju dua kakak beradik di sana.

Semuanya menatap bingung, hingga mereka menyadari bahwa di samping Sakala dan Abinra yang berpelukan, ada kepala dan tubuh Handaru yang terpisah.

Vanilla terduduk, matanya melotot lebar dengan mulut membuka sedikit.

Kelendra sudah menangis, di sampingnya ada Aeyza yang menenangkan walau dirinya juga ikut menangis.

Minerva membuang muka. Tidak ingin melihat hal yang terjadi di sana.

Sagala berjalan ke arah Sakala dan Abinra dengan pelan, mulutnya terkunci rapat namun matanya sudah dipenuhi oleh air.

"K- Kal ..." panggilnya.

Sakala mengendurkan pelukannya sedikit, menolehkan kepalanya ke arah Sagala dengan bercucuran air mata.

Pertama kalinya, Sagala melihat kembaran dan adik perempuannya selemah ini. Menangis dengan banyak air mata yang mengalir, membuatnya merasa sesak.

Sagala menghampiri Abinra yang terdiam dengan tatapan kosong, tapi matanya masih saja terpaku kepada Handaru.

"B- Bin ..." Sagala merengkuh dari belakang tubuh Abinra, menggantikan posisi Sakala tadi. Kemudian menutup mata Abinra dengan kedua telapak tangannya.

"Ayo pulang," ajaknya sambil menggigit bibir bawahnya sendiri.

Sakala berada di depan mayat Handaru, menutupinya dengan jaket yang ia gunakan. "Yang punya jaket, atau apapun, ke sini! Gua butuh bantuan."

Alvin dan Vanilla berjalan bersamaan ke arah Sakala. Keduanya mensejajarkan duduknya dengan Sakala. Alvin membuka jaketnya, Vanilla menyobek gaun panjang bagian bawahnya.

REBELLION (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang