BAB 25 | DEMI KAMU

74 14 9
                                    

Halo gengs absen sesuai tanggal lahir kalian yuk di sini❤️❤️❤️

Jangan lupa untuk baca semua sampai akhir ya, karena bakal ada author notes nya. Happy reading zaki's readers 🤩🎉✨

Vote komen dulu yuk, bakal seru deh ini chapter nya ☹️❤️❤️❤️❤️

"Bunga yang dulu mekar itu, sekarang layu. Karena kamu, yang tak ada rasa padaku."

•••••••

Seorang pria terduduk lesu bersama kedua temannya. Pikirannya benar-benar kacau dan tidak bisa berjalan dengan baik untuk berpikir. Dewa beberapa kali melamun sendiri di sudut kantin, dengan ditemani teh hangat yang uapnya mengepul ke udara.

Ia hanya butuh waktu untuk berpikir bagaimana cara memperbaiki kesalahan ini. Ia juga tak menyangka ternyata kebaikannya pada Nadhira malah membuat perempuan itu suka padanya.

Permintaan Natha untuk menjauhi dirinya, tentu juga terngaing-ngiang di kepalanya. Bahkan, dadanya terasa sesak saat Natha mengembalikan gantungan bunga edelweis darinya.

"Bagi gue, persahabatan jauh lebih penting dari apapun. Apalagi persahabatan gue sama Nadhira. Gue gak mau hubungan gue dan Nadhira jadi renggang cuma gara-gara lo!"

Tiba-tiba, sebuah air mata lolos dari pelupuk mata Dewa saat dirinya memandangi gantungan bunga edelweis yang dikembalikan oleh Natha. Tak hanya karena itu, tapi karena omongan dan tatapan kebencian dari Natha, sepertinya bukan main-main.

Pelupuk matanya yang mulai memanas, hendak mengeluarkan setetes air mata lagi, langsung diusap kasar oleh Dewa.

"Woi bro! Ngelamun aja? Lo kenapa?"

Suara dan tepukan dari Bara, membuat Dewa terkejut seketika. Pikirannya buyar dan dengan segera Dewa menyimpan gantungan bunga edelweis tadi juga tak lupa dirinya terlihat baik-baik saja dan tidak boleh menangis di hadapan Bara juga Revan. Mereka berdua mengambil duduk di depan Dewa.

"Eh, enggak, Bar. Gue gak ngelamun. Cuma lagi mikir aja gimana caranya bikin Natha percaya lagi sama gue."

Perkataan Dewa membuat Bara dan Revan juga ikut trerdiam. Bagaimanapun, ini juga kesalahan mereka berdua yang tidak menjaga pintu masuk taman malah bersembunyi di semak-semak dekat gazebo malam itu.

"Wa, gue tahu perasaan lo. Pasti lo frustasi banget, ya, waktu rencana nembak Natha itu gagal? Kita berdua minta maaf, ya, Wa. Gak bisa jaga rencana ini sampai berhasil."

Ucapan Revan tentu membuat Dewa menggeleng. Ia tak berniat menyalahkan siapapun di sini.

"Gak gitu, Van. Lo berdua gak salah. Mungkin memang ini jalan takdir gue. Gue memang belum takdir buat dapatin Natha," tukas Dewa membuat Bara dan Revan terdiam lagi bingung harus membantu Dewa seperti apa.

TWO-FACED [SELESAI]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang