goodbye, Love.

191 1 0
                                    

Dhena tertegun melihat apa yang terjadi di hadapannya. Hatinya yang sudah remuk secepat kilat hancur menjadi kepingan-kepingan tak berguna. Ia tau, hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Namun ia tak menyangka, menyaksikannya akan terasa sesakit ini.

Dengan cepat Dhena membalikkan badan dan berjalan menyusuri koridor lantai 2 SMA-nya. Apa yang iya saksikan tadi menohok hatinya. Gadis itu menahan air matanya dengan sekuat tenaga, ia tak ingin teman-temannya melihatnya menangis.

Reno, sahabatnya yang telah lama menjadi pendampingnya, baru saja meresmikan hubungan dengan cewek kelas sebelah. Dhena pun tak mengerti, apa yang membuatnya merasakan sakit yang mendalam. Padahal, sudah sejak lama Reno mengincar cewek tersebut dan Dhena sudah mengetahui hal itu.

Dhena tahu betul, ketika Reno mengucapkan rasa 'suka' kepada seorang perempuan, cowok itu benar-benar serius. Dan, sepertinya itulah yang membuat Dhena sakit hati.

------

Sinar matahari menyilaukan pandangan Reno. Sejak tadi ia mencari Dhena yang tak kunjung muncul di kelas. Bel masuk pun berbunyi. Reno melangkah cepat ke arah kelasnya setelah berdecak karna tak bisa menemukan Dhena.

Wajah murungnya langsung berganti dengan senyum lebar ketika matanya menangkap sosok Dhena sedang membaca novel di bangku di pojok belakang. Aneh, karena biasanya cewek itu selalu menempati tempat duduk di baris pertama atau kedua. Dan, ia tak pernah duduk jauh dari Reno.

Kemunculan guru matematika membuat seisi kelas langsung hening, mengingat bahwa guru tersebut masuk dalam list guru terkiller. Reno langsung menduduki bangkunya. Selama pelajaran, Reno terus menengok ke arah belakang, ke arah Dhena. Tak biasanya gadis itu diam saja dengan wajah murung. Seribu kemungkinan langsung muncul di kepala Reno melihat kelakuan sahabatnya yang aneh itu.

'Apa dia sakit? Atau, dia ditolak cowok? Atau, kehabisan pulsa? Atau, dia lapar? Apa Dhena marah sama gue? Tapi kalo iya, marah kenapa?'

----------

Tiga hari, sikap Dhena tak kunjung berubah. Dingin, dan wajahnya selalu murung ketika berhadapan dengan Reno. Reno sudah menanyakan alasannya, namun Dhena tidak menjawab dan berlalu pergi meninggalkannya hanya dengan mengucapkan 'gue mau nyelesaiin novelnya Esti Kinasih dulu, jangan ganggu'. Saat Reno melihat judul buku yang Dhena pegang sudah berubah, ia buru-buru menghampiri Dhena.

"Nah, yang punya Esti Kinasih udah kelar kan? Sekarang, jawab dong"

"Sekarang punyanya Ilana Tan. Lagian, emang penting banget buat lo?"

Belum sempat Reno membalas, Shina, kekasihnya, muncul secara tiba-tiba dari arah samping.

"Kamu ditungguin Bu Dita, tuh! Gih sana, dari pada kena omel. Kan kasian kamu" ucap Shina dengan terburu-buru.

Reno mengembuskan nafas berat.

"Gih, sana, bener kata cewek lo, daripada kena omel mending buruan ke Bu Dita" ujar Dhena.

"Iye-iye, tapi lu masih utang penjelasan ya"

Lalu, Dhena pergi begitu saja tanpa menjawab lagi.

Seminggu, dua minggu, sebulan, sampai 3 bulan, Reno tidak juga mendapatkan penjelasan dari Dhena. Hingga pada akhirnya Reno mengajak Dhena untuk berbicara. Ia menarik Dhena ke kelasnya pada saat pulang sekolah. Dengan setengah hati gadis itu menuruti permintaan Reno.

"Ada ape sih hm"

"Kan, lo masih utang penjelasan"

"Oh itu, hm gue udah lupa penjelasannya. Kapan-kapan aja ya kalo inget" ucap gadis itu lalu melangkah pergi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 12, 2012 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

goodbye, Love.Where stories live. Discover now