42| Jam Tiga Pagi

7K 745 315
                                    

Kalo ada yang bingung, chapter ini masih nyambung sama chapter 41

Kalo ada yang bingung, chapter ini masih nyambung sama chapter 41

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jari-jari lentik itu menari dengan lincah di atas tuts piano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jari-jari lentik itu menari dengan lincah di atas tuts piano. Menciptakan nada-nada indah nan mengagumkan. Seluruh pasang mata yang hadir dalam resital piano hari ini hanya tertuju pada sosok ayu yang sedang memainkan piano hitamnya dengan gemulai.

Senyum tidak henti-hentinya tersungging pada wajahnya yang berseri. Decak kagum terus berlanjut kala si gadis muda terus memamerkan kepiawaiannya dalam melarikan jari pada lempengan hitam-putih. Satu persatu lagu berhasil ditaklukannya tanpa halangan. Bukan hanya bakat, namun juga bukti dari latihan tanpa jedanya selama berbulan-bulan.

Sampai tiba pada sebuah lagu yang konon menjadi favorit salah satu orang terkasihnya; Für EliseNada lembut dan mendayu menjadi pembuka. Menghantarkan perasaan yang nyata terasa membahagiakan

Memasuki tema kedua, si gadis mulai merasa ada yang janggal dalam dirinya. Tangannya terasa berat dan jarinya mendadak kaku. Sekuat tenaga dia mencoba tenang dan tetap melanjutkan permainan pianonya

Selaras dengan alunan nada yang berubah mencekam, suasana di sekitar ikut menegang saat para manusia di dalam gedung menyadari ada yang salah dengan si gadis bergaun putih di tengah panggung.  

Tepat di penghujung lagu, tangannya berhenti secara tiba-tiba namun tuts-tuts pianonya tetap bergerak mengeluarkan suara-suara sumbang yang menyesakkan telinga. Kegaduhan makin menguasai kala si gadis menjerit kesakitan.

SerotoninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang