tiga puluh delapan

11.5K 1.4K 94
                                    

Hari ini aku izin pulang lebih dulu karena memang seperti rencana awal aku akan ke rumah sakit untuk menjenguk Tante Ema.

Sebelumnya aku menjemput Mas Dhimas dulu ke kantor. Dia bilang akan ikut ke rumah sakit juga jadi nanti kami akan berangkat bersama.

"Eh Bu Anin, tumben kesini jam segini Bu." Sapa Edo saat aku baru masuk kantor

"Iyaa Do, kebetulan sengaja izin pulang dulu, mau ke rumah sakit."

"Eh, siapa yang sakit Bu?"

"Tante aku. Mas Dhimas ada kan?"

"Ada Bu, tapi masih ada tamu, Mas Hammas juga ada didalam kok."

"Siapa? Ada Client?"

"Iyaa, Bu. Kayaknya kenalannya Bapak juga sih."

"Temannya Mas Dhimas?"

"Iya Bu, bilangnya Bapak sih gitu." Jawab Edo

"Do, please deh. Nggak usah ibu - ibu gitu, panggil Mbak aja kenapa sih?" Protes ku pada Edo yang sampai saat ini tetap memanggilku Bu Anin dan ke Mas Dhimas jadi Bapak, padahal aku dan Mas Dhimas tidak meminta dia untuk memanggil seperti itu, kita sebenarnya lebih enak dipanggil Mas dan Mbak aja gitu, biar nggak kaku menurut ku.

"Maaf untuk itu Bu, saya tidak bisa, kecuali nanti kalau sudah selesai jam kerja boleh deh panggil Mbak Anin." Jawab Edo seperti biasa

"Hah, oke deh, profesionalitas mu memang harus diacungi jempol." Kata ku dan dia hanya tersenyum senang

Aku pun memilih untuk menunggu Mas Dhimas di ruang tengah yang memang dikhususkan untuk tempat kerja Edo, sebagai pegawai. Sedangkan Mas Dhimas punya ruangan sendiri yang memang khusus untuk dia beserta berkas-berkas penting. Sedangkan dibagian depan setelah pintu masuk ada ruang tamu juga untuk menerima client atau rekan yang lain. Aku cukup berbangga diri kalau Mas Dhimas menyukai segala tata ruang yang aku rancang, begitu pula aku juga menyesuaikan kenyamanan mereka untuk bekerja.

"Apa saya panggilkan Bapak dulu, Bu? Daripada Bu Anin nunggu lama?"

"Hm, emang udah lama ya clientnya?"

"Ya sejam lebih sih Bu."

"Hmm, nggak usah deh. Gapapa aku tunggu aja, palingan bentar lagi selesai."

"Emang tadi Ibu nggak kasih tahu Bapak dulu kalau mau kesini?"

"Udah kok, kita juga udah janjian. Kayaknya dia lupa deh."

Sebenarnya juga udah suntuk sih nunggu dia, walaupun sudah lima menit pun ini sudah buang-buang waktu. Mau panggil dia takut ganggu, tapi kalau nggak panggil, nanti yang ada malah semakin telat pulangnya, belum lagi Ghania kalau rewel.

"Do, aku ke luar bentar ya, nanti kalau Mas Dhimas udah selesai kasih tau aja aku tunggu diluar."

"Oh iya Bu, siap."

Aku pun keluar kantor, berniat untuk membeli cemilan dan stok permen untuk di mobil. Setelah itu aku memilih untuk menunggu di mobil, dan tak lama Mas Dhimas keluar dari kantor bersama seorang wanita dan juga Hammas yang langsung menyadari kedatangan ku, dia pun berjalan menghampiri ku.

Tok tok

Aku membuka kaca mobil saat Hammas menghampiri ku

"Eh Bu Anin, kok nunggu di mobil sih?"

"Bete. Siapa sih clientnya?" Tanya ku kepo, sedikit risi melihat baju si wanita itu yang menurut ku agak kurang pantas

"Oh, temannya Mas Dhimas. Tapi-"

Alur Cerita Anindira (Pindah Dreame per 8 Januari '21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang