Assalamualaikum wr.wb, kembali dengan Bismillah diakhiri dengan Alhamdulillah.
Selamat membaca!🤗
•••
Ara terkejut saat melihat Raka didepan matanya. Setelah insiden kemarin dengan Aldo, Raka memang diskors oleh kepala sekolah. Semenjak itu Ara tidak melihatnya, dan saat ini Raka menampilkan wajahnya lagi didepan Ara membuatnya ketakutan.
Ara trauma berdekatan dengan Raka, melihat itu Raka memajukan langkahnya mendakati Ara, refleks Ara memundurkan kakinya menghindari Raka.
"Stoppp!!!," Pekiknya.
"Kenapa?"
"Jangannn deketin Ara!!!," langkah Ara terus memundur dan Raka yang terus maju.
"Gak usah takut gue gak bakal ngapa-ngapain lo lagi, Ra," Ara menggeleng pertanda tidak mau.
"Disini rame, mana mungkin 'kan gue culik lo," ucapnya sembari melihat sekitar. Sekolah memang masih terbilang ramai, banyak yang mengikuti latihan eskul.
Jangan tanya 'kan Aldo, ia sudah dulu pulang tanpa sepengatahuan Ara.
"Tapi aku gak mau deket-deket kamu, Raka!," tegasnya, lihatlah Ara sudah menangis saat ini.
Raka melihat itu langsung was-was.
"Gak usah nangis, dikira gue apa-apain lo lagi," ketusnya.
"Yauda kamu pergi biar aku gak nangis!," usirnya.
"Ikut gue! Gue gak bakal apa-apain lo, janji Ra," Ara mencoba melihat raut kebohongan tapi tidak ia temukan.
Ara mengangguk saja, semoga Raka benar-benar menepati janjinya.
•••
Raka mengajaknya ke taman yang dulu pernah ia kunjungi sewaktu masih bersama.
Rasanya seperti kembali lagi ke masalalu, sebelum Raka menunjuk 'kan sikap buruknya dan sebelum Ara memutuskan nya.
"Lo inget gak taman ini?," Raka terkekeh, Ara mengangguk.
Ia ingat sekali tempat ini, tempat yang selalu dikunjungi saat itu. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Memakan es krim dan melihat anak-anak yang lalu lalang bermain lari-larian.
"Kenapa lo mutusin gue waktu itu?," Ara terdiam.
"Lo belum tau penjelsan gue, Ra," ujarnya lagi. Miris sekali dulu Raka sangat sayang kepada Ara. Bahkan sampai saat inipun masih sama, walaupun seribu kata benci keluar dari mulut Raka tetapi seribu kata sayang juga yang ia rasakan dalam hati.
"Kamu tau aku mutusin kamu karena apa, Rak," lirih Ara. Sejauh ini Ara menghindar dari Raka tetapi hasilnya tetap sama. Raka selalu kembali.
"Aku tau, karena kamu nggak suka cowok kasar 'kan?"
"Iya," Ara menunduk meremas rok nya.
"Waktu itu lo nggak mau dengerin penjelasan gue dulu. Lo ambil keputusan saat lo lagi emosi, Ra,"
Bukan karena mengambil keputusan saat emosi, Ara memang pure membenci cowok kasar.
"Maafin aku tapi itu emang pilihan tepat, Rak,"
Raka terdiam ia tidak ingin melanjutkan pertanyaan lagi. Ia berdiri menatap sekeliling mencari penjual es krim.
"Mau kemana?," tanya Ara mendongak kala melihat Raka berdiri.
"Mau beli es krim dulu, tunggu bentar. Nggak lama kok," Ara hanya tersenyum kikuk setelah itu Raka berlalu.
Terlihat Raka membawa dua eskrim ditangan nya, membuat senyum Ara merekah.
"Nih buat lo!," Raka menyodorkan eskrim rasa coklat ke Ara.
"Makasih,"
Hening.
Mereka terdiam menikmati eskrim, hanya ada suara anak-anak yang berlari dan menangis.
"Raka,"
"Hm,"
"Kamu baik, jangan kayak gitu lagi. Kamu buat aku takut Raka,"
"Iya, maafin gue Ra," Ara tersenyum, mungkin setelah ini ia akan berteman baik dengan Raka.
"Pulang yuk, udah mau magrib. Nanti Bunda sama kak Aldo nyariin," Raka hanya mengiyakan. Lalu mereka berlalu pergi.
•••
Ara menikmati hembusan angin malam, Ara menyukai angin malam selain sejuk angin malam juga segar.
Ara memandangi jalanan yang begitu ramai. Ia menikmati setiap moment malam ini.
"Raka, makasih. Aku harap kita berteman baik setelah ini," gumamnya.
Raka masih mendengar jelas ucapan Ara, ia tersenyum senang. Akhirnya bisa kembali dengan Ara walaupun hanya sebatas teman.
Tak terasa motor Raka sudah sampai didepan gerbang rumah Ara, rumah yang tampak sepi. Seperti tidak ada orang didalamnya.
"Makasih ya Raka," Raka mengangguk lalu tersenyum.
"Masuk gih, gue harus pulang. Ada urusan," ujarnya sembari mengusap kepala Ara.
"Oke, babay Raka!," Raka berlalu dan Ara memasuki rumah.
Saat memasuki rumah, Ara dikejutkan dengan deheman maut Aldo!.
"Ekhem,"
Astaga Ara kaget. Suara deheman Aldo memang seperti suara setan, seram sekali!.
"Darimana? Kakak liat tadi yang anterin kamu Raka,"
Ara mengangguk untuk apa ia berbohong, toh kakaknya sudah melihat.
"Kenapa bareng dia? Kamu gak inget dia udah kurung kamu digudang dek!," lugas Aldo. Ara memang membuatnya marah, pulang malam dan diantarkan oleh lelaki bajingan.
"Raka baik kak, mungkin kemarin dia khilaf,"
Aldo berdecak. "Ck! Baik darimana coba! Pokoknya kakak gak mau ya kamu deket-deket sama Raka,"
Kini giliran Ara yang mendengus kesal. Apa-apaan Aldo ini!.
"Raka baik kak! Stop menilai Raka dengan pandangan buruk!," setelah itu Ara melangkahkan kakinya membuat Aldo mengacak rambutnya frutasi.
•••
Didalam kamarnya Ara memeluk boneka bear pemberian Ayahnya. Besok adalah hari minggu, malam ini ia akan meminta janjinya kepada sang Ayah. Yang katanya nanti pulang.
Ia meraih benda pipih tersebut, lalu menelpon Ayahnya.
"Halo Ayah,"
"Kenapa Ara?,"
"Besok jadi pulang 'kan?,"
"Iya, tunggu Ayah besok ya sayang,"
Ara tersenyum senang, ia sangat menyayangi Ari--ayahnya. Walaupun jarang bertemu tetapi Ari adalah cinta pertamanya.
"Oke deh, Ara tutup ya. Babay Ayah!,"
Ara memutuskan sambungannya. Ia berbaring dan memeluk bear nya.
Ara bahagia hari ini. Karena Raka yang menjadi baik dan kabar Ayahnya yang akan pulang besok.
Semoga bahagia hari ini akan seterusnya ia rasakan hingga nanti.
Semoga...
•••
Alhamdulillah, aku up lagi! Terimakasih telah membaca❤❤🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahdan Hanafi (On Going)
Genç Kurgu"Apa yang lo suka dari gue?". Tanya Hanafi. "Kamu manis". Jawab Zahra dengan malu-malu. ---