Dia indah
Senyumannya, selalu meningatkanku akan rumahDia terlihat bergitu sempurna
Kehadirannya membuat rasa sepiku sirnaNamun, sayangnya
Ia tak pernah menjadikanku rumah
Ia tak pernah menjadikanku arahIa hanya tersesat
Hingga puan sesungguhnya akan menjemputnya untuk pulangDan aku?
Aku akan tetap di siniDitemani secangkir kopi
Dan menertawai kebodohan diri sendiriBisa-bisanya aku sempat berharap
Bahwa suatu hari nanti, kami akan menumpuk kebahagiaan dalam satu atap