Karena takut akhirnya aku diam membiarkan ketidakbenaran terjadi~Zou~
***
TAPI sayang saat Nara sudah berhasil menggenggam tangan Naya, sepeda motor yang melaju dengan kecepatan tinggi tadi langsung menyerempet mereka berdua."Aduh,,,,sakit Ra.!
Dengan cepat Nara langsung bangkit, tertatih menghampiri Naya yang terpental cukup jauh.
"Lo nggak papa kan Nay?"tanyanya memastikan,tapi melihat celana jeans Naya yang sudah sobek pasti kaki Naya kenapa-napa.
Naya hanya menggeleng memegangi kakinya yang tiba-tiba mati rasa.
"Dahi lo lecet Ra!"ujar Naya menyentuh dahi Nara.
"Enggak papa Nay, sekarang lo gimana? Bisa jalan nggak?"tanya Nara panik, pasalnya malam semakin larut dan dia tidak mengenal satu orang pun yang melintas mereka.
Pengendara ugal-ugalan tadi langsung pergi begitu saja saat menyadari telah menyerempet mereka tanpa berniat bertanggungjawab sedikitpun.
Nara merangkak mengambil ponsel Naya yang tidak jauh dari mereka.
Tidak lama dua ojek online datang,Nara membantu Naya berjalan walau ragu Naya tetap menurut entah apa yang terjadi nanti jika mamanya tau Nara terluka.
Ya, walaupun sudah jelas luka Nara tidak ada apa-apanya dengan kakinya.***
"Yaampun Nara, kenapa sayang ini kenapa bisa lecet gini."
Yap sesuai dugaan, benar mamanya langsung panik luar biasa.
Naya memutar bola matanya malas, dengan kaki pincangnya dia berjalan masuk mengabaikan mamanya yang sibuk dengan Nara."Nara enggak papa ma cuma lecet doang,"jawab Nara seraya tersenyum tapi matanya tidak luput dari Naya.
"Mama obatin ya,"Sidar menuntun Nara agar duduk disamping Naya.
Saat mamanya sibuk membersihkan dahi Nara,Naya memalingkan wajah seakan pemandangan ini menambah sakit lukanya.
Nara menahan tangan mamanya yang akan menempelkan plaster,"mama obatin kaki Naya juga ya,"pintanya memohon.
Sidar melirik Naya sekilas saat gadis itu meringis menahan sakit.
Hatinya sedikit ternyuh tapi otaknya merespon lain."Kamu apakan Nara kenapa dia bisa seperti ini?"dan bukan perhatian justru kalimat sadis itu yang keluar.
Naya terbelalak kaget tidak percaya,ini sama sekali bukan salahnya tapi kenapa dia yang disalahkan.
"Bukan Naya yang salah ma,"ujar Nara panik.
"Tetap saja anak ini selalu membuat kamu dalam bahaya karena dia pembawa sial."
Naya memejamkan matanya cairan bening tiba-tiba saja meluncur.
Seakan luka dikakinya tidak apa ada apa-apanya dibanding ucapan ibunya barusan.Lidahnya kelu sepatah katapun tidak bisa dia lontarkan untuk membela dirinya sendiri.
"Setiap kamu pergi dengan dia pasti selalu ada musibah,kamu pandai berbohong itu semua karena dia dan kamu berubah juga karena dia,"kata Sidar menunjuk Naya.
Telinganya panas hatinya tidak karuan,jika dia tetap bertahan disini pasti akan ada ucapan pedas lagi untuknya.
Dengan tertatih dia bangun menaiki anak tangga menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alnaya ✓
Teen Fiction[ SELESAI ] Alnaya Hanslay Ayuningtyas dan Annara Hanslay Sidharta mereka kembar tapi berbeda,bisa dikatakan sangat sulit untuk membedakan keduanya,tapi siapa sangka justru kasih sayang yang mereka dapatkanlah yang berbeda. Seingat Naya sejak dia mu...