Second Half of 40 Days

1K 156 12
                                    

Lalisa menatap seorang pemuda yang berbaring di atas brankar. Tubuhnya terlihat kurus dan pucat. Selang-selang dan kabel-kabel yang tidak Lalisa ketahui apa fungsinya terhubung dengan tubuh ringkih si pemuda. Jangan lupakan oksigen mask di hidung dan mulutnya.

"Bagaimana bisa salah data?" kesal Lalisa. "Dia belum benar-benar mati. Kalau begini, mana bisa dia pergi ke akhirat?" hardik Lalisa menatap kedua orang lain yang memakai baju sama dengannya -- Kim Hanbin dan Kim Bobby, duo pemandu gila yang sebenarnya teman baiknya.

"Masih untung kita yang menemukannya, Lalisa. Kau tahu keributan apa yang akan terjadi jika kau sampai memandu orang yang masih bisa hidup untuk ke akhirat," dengus Hanbin tidak terima disalahkan.

Lalisa memejamkan mata, menetralkan emosinya. "Jadi aku hanya perlu menunggu tanda agar Jaewon bisa kembali ke tubuhnya kan?"

Bobby dan Hanbin mengangguk. Tidak ada yang aneh sebenarnya, tapi raut wajah keduanya terlihat mencurigakan.

"Ada yang ingin kalian katakan padaku?"

Kali ini hanya Bobby yang menggeleng. Sedangkan Hanbin bungkam dan berdiri canggung tanpa mau melihat Lalisa.

Curiga dengan gesture tubuh Hanbin, Lalisa maju mendekat. Mempelajari raut wajah Hanbin, berharap bisa mendapatkan sedikit petunjuk kenapa pemuda itu terlihat gugup.

"Kembalilah pada Jaewon, Lalisa. Kau meninggalkannya terlalu lama. Roh tanpa kehadiran pemandunya bisa berbahaya. Apa kau lupa?" ujar Bobby, menyelamatkan Hanbin dari tatapan Lalisa.

"Benar juga," tuturnya cepat, baru teringat dengan tanggung jawabnya. Melupakan rasa penasarannya, gadis itu berjalan keluar menembus pintu ruang rawat setelah berpamitan.

Hanbin menghela napas panjang, lega. Pemuda itu menepuk-nepuk bahu Bobby sambil menunduk. Berterima kasih karena sudah diselamatkan dari interogasi si gadis gila.

"Tapi, apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus merahasiakannya?" Bobby memandang Hanbin yang masih berusaha menenangkan degup jantungnya.

"Mengatakan yang sebenarnya pun, Jaewon yang Lalisa temui sekarang bukan Jaewon yang sama dengan Jaewon di jaman Lalisa masih hidup bukan? Bukankah akan semakin menyakitinya?"

"Kalau begitu kenapa kau begitu kaku? Kau hampir saja membuat Lalisa memaksamu bicara tahu!" kesal Bobby melihat Hanbin yang sekarang malah sok keren padahal tadi sudah seperti kucing tertangkap basah mencuri.

"Apa maksudmu?" Hanbin dan Bobby hampir terjatuh. Terkejut dengan suara Lalisa yang tiba-tiba muncul dari belakang mereka. Keduanya salah tingkah karena tertangkap basah membicarakan rahasia.

"Kalian diam?" Manik Lalisa menatao tajam keduanya. Meminta penjeleasan yang tak kunjung keluar. "Baiklah, aku akan bertamya pada King Yama saja."

Tangan Bobby bergerak lebih cepat. Mencekal lengan Lalisa yangbsudah membalik badannya untuk pergi. "Aku akan menceritakannya. Tapi berjanjilah untuk tidak melakukan apapun. Tugasmu hanya mengembalikan roh Jaewon ke tubuh fisiknya. Apapun yang terjadi."

¤¤¤

"Yo! Kau melamun?" tanya Jaewon sambil duduk di samping Lalisa. Mereka sedang berada di tempat favorit keduanya. Rooftop Rumah Sakit.

Senyum manis disunggingkan Lalisa yang menggeleng. Membantah pertanyaan Jaewon. Meskipun pikirannya kembali mengingat cerita Hanbin dan Bobby.

Gadis pemandu itu tidak mengingat apapun mengenai kehidupannya karena ia sendiri yang meminta agar semua memorinya dihapus. Berbeda dengan Hanbin dan Bobby. Kedua sahabatnya mengingat jelas mengenai dirinya.

InterludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang