quinze

782 141 31
                                    

Juyeon dinyatakan kehilangan banyak darah. Sudah hampir beberapa jam Younghoon menunggu di depan ruang operasi dari sang adik tiri yang sedang ditangani oleh para tenaga medis. Lelaki itu dirundung perasaan sedih. Ia terus-menerus menyalahkan dirinya atas kecelakaan yang dialami oleh keluarga barunya.

Sangyeon sedari tadi mengusap punggung Younghoon yang masih menangis sembari menunduk dengan raut tanpa ekspresi. Pikirannya tidak bisa lagi menampik tentang perasaan sang anak terhadap anak tirinya. Bahkan tanpa bertanya pun, Sangyeon tau kalau Younghoon mulai memandang Juyeon dari sudut pandang yang berbeda. Bukan sebagai keluarga, ia tau kalau Younghoon sebenarnya punya persepsi yang salah mengenai perasaannya sendiri sejak awal. Awalnya abai terhadap hal tersebut, hingga lama-kelamaan mulai sadar jikalau ternyata ada sisi menarik dari buah hati Eunseo tersebut.

Juyeon dan Eunseo di operasi di ruangan yang sama. Dokter mengatakan jikalau keadaan Juyeon jauh lebih parah dibandingkan sang Ibu. Terutama menyadari fakta jikalau darah yang seharusnya Juyeon terima sebagai pengganti dari darahnya yang hilang secara percuma saat insiden kecelakaan tersebut ternyata pasokannya sudah habis.

Keadaan Ibu dan anak tersebut kritis. Sebisa mungkin pihak tenaga medis berusaha untuk menyelamatkan mereka berdua, meskipun peluang Juyeon akan selamat sangat tipis. Hal itulah yang sepertinya membuat Younghoon dirundung kecemasan sehingga terus menangis semakin deras ketika Sangyeon memutuskan untuk memeluknya.

Salah seorang dokter keluar dari ruang operasi. Pertanda jikalau prosedur operasi yang dijalankan telah selesai. Sangyeon langsung berdiri dari tempat duduknya ketika sang dokter memberi sedikit isyarat agar Sangyeon ikut bersamanya.

Sangyeon sedikit mengusap pundak sang anak yang sepertinya tidak terlalu tertarik untuk mengetahui akan obrolan mereka dan hanya menatap lurus ke lantai dengan sorot kosongnya. Bahkan ketika Sangyeon memutuskan untuk pergi bersama dokter tersebut pun, Younghoon masih mengabaikannya.

Tungkai milik kedua orang dewasa tersebut berhenti di salah satu lorong yang sepi akan orang-orang yang lewat. Keduanya saling bertatapan dengan raut serius, sebelum akhirnya Sangyeon membuka suara.

"Operasinya berhasil?"

Dokter tersebut mengangguk sekilas, "Golongan darah Son Eunseo dan Lee Juyeon ternyata sama, kami mendonorkan darah Son Eunseo kepada Lee Juyeon sesuai seperti yang tadi Anda minta. Disamping itu, kami belum bisa memastikan kapan Lee Juyeon akan sadar dari masa kritisnya."

"Keadaan istri saya bagaimana?"

"Son Eunseo dinyatakan meninggal setelah operasi selesai dilakukan."

.
[Limerence]
.

Keadaan Juyeon telah stabil meskipun ia masih belum sadarkan diri. Tidak heran jikalau kali ini Younghoon bisa menarik nafas lega dan mulai tersenyum seperti biasa. Ia memutuskan untuk kembali bolos sekolah dengan alasan yang sama demi menjaga Juyeon yang sendirian di rumah sakit. Sangyeon sama sekali tidak melarangnya karena ia sendiri tidak bisa selalu ada untuk menemani Juyeon yang masih dirawat di rumah sakit.

Lelaki itu senantiasa berkunjung dengan membawa satu buket bunga beserta keranjang berisikan banyak buah-buahan untuk Juyeon. Tidak jarang Younghoon memutuskan untuk menginap karena merasa rumah yang ia tinggali terasa sepi tanpa kehadiran Juyeon dan sang ibu tiri yang telah meninggal demi menolong sang anak.

Younghoon sangat berharap jika Juyeon nantinya tidak terlalu berlarut dalam keterpurukannya setelah mendengar berita tersebut. Ia harusnya bangga lantaran disisa kesadarannya Eunseo meminta agar seluruh darahnya didonorkan kepada Juyeon. Meskipun sulit untuk diterima, setidaknya Eunseo bisa pergi dengan tenang setelah menyelamatkan nyawa anaknya.

Entah sudah untuk berapa lama Younghoon memandangi Juyeon yang sekarang bernafas dengan bantuan tabung oksigen. Ia masih bisa tersenyum meskipun hatinya sedikit terasa sakit melihat sang adik terbaring tidak sadarkan diri seperti ini.

"Cepatlah sadar," Gumamnya pelan. Lelaki itu bergerak dari posisinya. Tanpa aba-aba langsung mencium lembut dahi milik sang adik. "Nggak kangen sama kakak?" Ujarnya sembari terkekeh kecil.

Padahal Younghoon lah yang benar-benar merindukan Juyeon.

.
[Tbc]
.

Limerence +Sangju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang