Jared POV
Sudah 1 bulan berlalu dan gua sekarang deket sama Anas. Lagi. Walaupun bukan sebagai Jared, tapi sebagai Nicho. Tiap pulang ngampus kita makan bareng, ato ngobrol di cafe. Sumpah, gua senang banget.
Hari ini gua janjian mau dinner sama dia. Di restoran tempat favorit dia. Dan di restoran itulah pertama kalinya gua makan bareng sama dia. Gua ngerasa gua deket banget sama dia. Gua ngerasa Anas benar benar berada di dekat gua. Tapi, dia udah punya Adi. Gua gabisa merebutnya gitu aja. Dan gua juga yakin, Anas sayang banget sama Adi.
Gua melajukan mobil gua menuju departement store yang dekat dari kampus gua. Gua mau beli kaos dan baju baru buat dinner sama Anas nanti. Soalnya ini pertama kalinya gua dinner sama dia.
Saat gua sampai di departement store, gua melihat sosok yang gua kenal. Ya, dia orang yang ditonjok sama Adi beberapa bulan yang lalu. Gua penasaran banget siapa dia, karena dia pernah jalan bareng sama Anas. Karena rasa penasaran gua, gua pun berjalan mendekati dia yang sedang melihat lihat denim.
"Sorry......" Ucap gua sambil tersenyum.
Cowo itu pun menoleh.
"Ya? Siapa ya?" Ucap cowo itu sambil menoleh dan tersenyum.
Ah, ternyata ramah.
"Gua Jared. Sorry nih, gua penasaran banget. Gua sering ngeliat lo tapi gua gatau siapa nama lo." Ucap gua sambil menyerahkan tangan untuk berjabat.
"I know, Jared yang dulu suka sama Anas?" Balas dia.
"Lu tau?" Balas gua kaget.
"Iyalah. Gua kakaknya. Diaz." Ucap cowo itu sambil menerima jabatan tangan gua dan tersenyum.
"Oh! Lu kakaknya!" Ucap gua kaget lagi.
•••••
Anas POV
Belakangan ini aku malah jadi sering jalan dan deket sama Nicho bukan sama Adi. Adi bener bener sibuk sama tugas tugas kuliahnya. Iya sih, dia lagi skripsi. Cuman dia gapernah ngabarin sama sekali. Dan aku malah asik asikan sama Nicho. Shit, gua jadi cewe jahat banget ya?
Sekarang aku sedang menunggu Nicho untuk menjemputku. Kami akan dinner malam ini, our first dinner. Aku ngerada ada yang gaberes antara aku dan Nicho. First dinner pake diingetin, pertama kali makan barengpun juga diingetin.
Tak lama kemudian aku mendengar klakson mobil dari depan rumahku. Aku bergegas turun dan segera membuka pagar.
"Hai." Sapaku ketika aku sudah didalam mobilnya.
"Hai." Balas Nicho sambil tersenyum.
"Cantik banget. As usual." Ucap Nicho lagi.
"Makasih deh." Ucapku.
Jujur, Nicho juga tampan banget malam ini. Dia mengenakan kaos polos dibalut jas hitam dan celana denim yang gatau kenapa pas di badanya. Kenapa dia ganteng ya......
Mobil yang kami tumpangi melaju dengan cepat. Namun tiba tiba macet menghadang perjalanan kami untuk sampai ke restoran.
"Macet banget. Didepan ada apa sih?" Ucap nicho setelah macet 5 menit tidak jalan.
"Gaktau. Kayaknya ada kecelakaan deh." Ucapku sambil melongok kedepan untuk mencari tahu.
Udah 10 menit aku dan Nicho terjebak didalm mobil bersama dan macetpun belum juga selesai. Aku merasa awkward banget. Hening terjadi dalam mobil.
Tiba tiba, Nicho memegang tanganku yang sedang diam diatas jok mobilnya. Aku kaget. Tapi ntah kenapa, aku tak bisa melepaskanya.
Aku pun menoleh ke arahnya untuk menanyakan apa yang terjadi. Namun tiba tiba, wajahnya mendekat dan bibirnya bersentuhan dengan bibirku. Aku tak tahu rasanya. Namun, ciuman ini rasanya hangat sekali. Lalu, perlahan lahan ia membuka mulutku dan memasukan lidahnya kedalam ruang mulutku. Lidah kami saling bertautan. Dan sialnya lagi, aku terbawa oleh permainanya.
Aku mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya. Ia memegang belakang kepalaku untuk lebih dekat lagi. Sekarang ia merenggut bibir atasku dan bibir bawahku secara bergantian. Secara pelan dan halus.
Ia memegang daguku dan menarik wajahku untuk lebih dekat lagi dengan wajahnya. Ia kembali melakukan permainanya.
Tak lama, ia pun melepaskan bibirku dengan bibirnya. Ia menatapku dalam tanpa berbicara. Aku pun juga begitu.
Lalu dengan perlahan, ia kembali mencium bibirku. Dengan pelan, ia menarik kaosku dengan lembut dengan keadaan ia tetap menciumku. Sial! Aku tak bisa menolaknya seperti saat Adi membuka kancing bajuku.
Ia pun melihat dadaku yang tidak besar dan tidak kecil. Tatapanya seperti benar benar menelanjangiku.
"Kau.......... Kau sangat cantik." Ucap Nicho sambil menarik tubuhku untuk dekat denganya.
Ia pun melompat ke jok mobil dimana aku duduk. Dengan lembut ia mencium bibirku lagi secara perlahan. Aku sungguh menikmatinya. Lalu ciumanya beralih ke leherku. Ini adalah kelemahanku. Aku sungguh tak bisa menahan gairahku saat dia mencium leherku. Dia mencap semua bagian leherku dengan tanda merah yang ia berikan.
"Ah...... Nicho..... Please...." Ucapku sambil mendesah.
"Kenapa?" Ucap nicho sambil berhenti melakukan aktivitasnya.
Tanpa bicara, aku segera menarik wajahnya dan merenggut bibirnya secara cepat dan lembut. Sungguh, gairahku sudah benar benar memuncak.
Lalu, ia melihat dadaku dan menatapku lagi.
Tanpa bicara, aku menarik tangan kananya dan menempatkan di dadaku. Aku merasakan dadaku diremas kuat oleh Nicho. Dia pun kembali mencium bibirku.
Dengan tatapan tajam, ia membuka braku. Sungguh, ini tidak seharusnya dilakukan antara aku dan Nicho.
Tanpa basa basi, Nicho melumat habis puting buah dadaku. Aku merasa kenikmatan yang luar biasa. Sebelah tanganya pun sembari meremas buah dadaku yang menganggur.
"Ah Nicho....... Argh........ Yes...." Desahku sambil merem melek. Sungguh. Kenikmatan yang tiada duanya.
Tiba tiba terdengar bunyi klakson dari mobil belakang. Aku dan Nicho melihat kearah depan, dan jalanan sudah tidak macet. Dan sial, kami malah melakukan aktivitas ini. Nicho segera kembali ke tempat duduknya dan membantuku untuk memasangkan bra dan bajuku.
"Sorry......" Ucap nicho malu.
"Iya. Gua juga gatau kenapa gabisa nolak." Balasku.
Vote and comment yaa. Thankyou yang udah baca :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable.
Genç KurguTak kusangka. Ternyata. Musuhku selama ini. Orang yang ku benci. Adalah seseorang yang ku cintai. Yang telah mengambil harta yang ku jaga selama ini, my virginity. cerita mengandung sedikit 17++