Chapter 2 : Esktrakulikuler Sekolah
Sore hari telah tiba dan warna jingga menyelimuti terangnya langit, bagai sendal yang tidak bisa jauh dari pasangannya dan sebelum tepat waktunya, aku menulis beberapa kata di kertas yang ku robek dari buku ku.
Bisa kah kau mendengarku?
Bisa kah kau merasakannya?
Bisa kah kau menolongku?
Layaknya angin yang tidak di pedulikan
"Hei bulan, kenapa kau tidak merasakan sedih padahal dirimu berada di dalam kegelapan dan sendiri dan sedangkan aku merasa sedih walau ada teman-temanku."
"Hei wahai bintang, walaupun aku sendiri tapi setidaknya aku dapat membuat mereka tersenyum dan bahagia."
"Mereka? Siapa yang kau maksud bulan"
"Penghuni Bumi, jika aku tidak memberikan cahayaku pada kegelapan pasti mereka merasa sedih, gelisah, dan takut, maka dari itu walau aku sendiri tapi aku memiliki banyak teman di sana dan setidaknya aku berguna bagi mereka."
"Jangan lupa satu lagi bintang, jikalau sedih coba lah menghibur diri sendiri dengan cara membuat teman-temanmu tersenyum."
"Ku buang saja karena ini adalah kalimat terjelekku," ku buang kertas tersebut.
Aku berjalan ke arah belakang sekolah dan ku lihat berbagai macam tempat-tempat yang ku lihat seperti ruangan eskul sekolah.
"Hei, kamu murid kelas 7-A yang ingin daftar menjadi anggota musik kan?" seseorang berbicara denganku.
"Baik kak."
"Kamu dari mana saja, kita sebentar lagi akan mulai" ucap kakak kelas tersebut.
"Aku ga tau lokasinya kak, maaf kan aku" ucapku menundukan kepalaku.
"Ya sudah, ikut kakak ke ruangan eskulnya."
Aku mengikutinnya sampai ku liat beberapa murid yang seangkatan denganku, ya mungkin.Dalam hati ku berkata, "Kok rata-rata perempuan, masa laki-laki ga ada setengah dari perempuan."
"Mari kita perkenalan dulu dari kakak, perkenalkan nama kakak namanya Dinda."
"Ryan."
"Rangga."
"Fanya."
"Masih banyak lagi anggotanya namun hanya beberapa saja yang akan membimbing kalian untuk mengenal apa itu musik," ucap kak Dinda.
"Baiklah, kakak mau bertanya kepada kalian" aku ditunjuk oleh kak Dinda ya mau ga mau aku harus beranjak dari tempat ku dan berdiri di depan.
Rasa gugup pun muncul seketika saat aku berada di depan mereka dan kak Dinda maupun lainnya duduk di barisan para murid-murid ajaran baru, "Perkenalkan Diri mu lalu hal apa yang kamu suka dalam musik dan berikan kami sebuah lagu yang kamu suka."
"Perkenalkan namaku Rama dari kelas 7-A, hal yang ku suka dalam musik adalah suara dari gitar dan juga suara drum, untuk lagu aku suka semua genre kecuali Dangdut dan semacamnya," ucap ku dengan keringat dingin.
"Coba nyanyikan satu lagu yang kamu hafal," perintah kak Dinda.
Inilah bagian yang membuatku gugup dan juga malu, namun kupaksakan saja untuk mempercepat proses berlangungnya kegiatan ini, "Baik."
Sebelum itu aku meminta kakak aku untuk meminjamkan gitarnya ya walaupun belum terlalu jago dalam bermain gitar.
"Ibu tolonglah berhenti memakinya
Ayah jangan memukulnya
Entah siapa yang harus aku percaya
Kebencian menghancurkan semua"
"Hidup tak semudah yang aku bayangkan
Hidup penuh tanda tanya
Entah siapa yang harus aku percaya
Kebencaian mengancurkan
Semua yang kupunya
Indah tapi tak Sempurna"
Air mataku pun jatuh setelah menyanyikan lagu karena memang aku anaknya yang di lahirkan dalam keadaan orang tua yang tidak pernah akur dan dari semua anak hanya aku yang di ungkit-ungkit dalam masalah.
"Pakai nih tisu," kak Sonya lalu tiba-tiba datang.
"Eh .. kak Sonya kenapa ada di sini," ucapku mengambil tisunya lalu mengelap air mataku.
"Tadi kakak habis dari ke kantor kepala sekolah terus liat ada kamu di sini sama anak eskul musik," ucapnya membuang muka.
"Udah-Udah ... laki-laki itu jagoan jadi jangan cengeng, nanti pulang bareng kakak ya."
"Ada apa kak emangnya?" tanyaku.
"Kamu kan masuk OSIS juga jadi kakak mau nanya-nanya ke kamu," aku hanya menganggukkan kepalaku.
"Ya sudah, lanjut lagi itu pada nungguin."
"Baik kak." Dia pun pergi.
"Hei Din, jagain anggota gue," ucapnya berteriak dari kejauhan."
"Oke-Oke," mengancungkan jempolnya.
"Apa-Apaan sih bilang gitu," Dalam hatiku.
Suasana kembali seperti semula dan kakak-kakak kelas yang tadi duduk kini kembali berdiri, "Kenapa tadi nangis? Punya pengalaman yang ga enak ya."
"Hehe enggap kenapa-napa kak, cuman sedikit menghayati saja" ucapku berbohong.
"Ya sudah lanjut lagi ya, kamu juga boleh duduk lagi."
"Baik kak."
Kegiatan tersebut berlangsung 1 jam hingga waktu menunjukan angka 4.Saat semuanya sudah pulang, aku membereskan buku ku yang berantakan.Di depan gerbang sekolah kak Sonya sudah menungguku sambil berdiri memegang tali tas yang berada di bahunya.
"Sudah selesai?" tanya dia.
"Sudah kak, ya udah ke depannya bareng sama kakak sekalian mau nanya-nanya" aku dan kak Sonya berjalan ke depan jalan karena dari jalan ke gerbang sekolah ku lumayan jauh sebab sekolahku memiliki halaman yang luas.
"Kakak mau nanya kenapa sih tadi kamu sampai nangis?" tanyanya.
"Sebelum ku jawab, boleh kak aku bertanya terlebih dahulu kak?" dia hanya mengangguk kepalanya.
"Kak, adakah kelahiran seorang anak yang tidak di inginkan oleh orang tuanya?" raut wajahnya berubah.
"Mana mungkin lah ada anak yang tidak di inginkan untuk lahir, apa lagi orang tua kandung," jawabnya.
"Ada kak seseorang," dia melihatku seperti dia melihat hantu di kuburan.
"Siapa memang? Tanyanya kembali.
"Aku ..." lalu kak Sonya berhenti dan terdiam.
"Aku lah anaknya kak, ketika orang tua ku berantem pasti saja bawa namaku dalam pertengkaran tersebut dan mengatakan aku anak yang tidak berguna dan tidak layak untuk di lahirkan dan juga anak yang tidak di inginkan," dia hanya terdiam tanpa sepatah kata.
"Yang ku katakan itu nyata berdasarkan dari ...."
"Stop Ram, walau kamu di bilang gitu tapi tidak sepatutnya orang tuamu berkata seperti itu dan jika kamu merasakan hal seperti itu masih ada sekolah sebagai tempat perlindunganmu," ucapnya.
"Aku yakin kamu itu anak yang pintar dan berprestasi, tunjukin ke orang tuamu kalau kamu itu mampu ..."
"Mampu untuk di buang kak," ucapku memotong omongannya.
"Sampai saat ini aku ga pernah ngeluh kak, karena tuhan memberikan jalan hidupku seperti ini maka harus ku jalanin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Hidup
RomanceKisah nyata seorang remaja lelaki selama hidupnya. Rama adalah pemuda yang dbilang masih polos saat kecil namun seiring waktu dia jenuh dan melakukan hal yang belum pernah dilakukannya sampai tiba saatnya kehidupannya berubah drastis.