Chapter 4 : Perasaan Hati
Waktu bergulir detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam hingga kakak kelas OSIS memberikan aku dan lainnya waktu makan. Sesaat berjalan ke depan kelas datanglah kak Sonya menawarkan aku ajakan ke kantin sekolah.
"Aku lupa kalau dia ngajak makan bareng tapi mau nolak juga ga enak ... ya sudah lah ikut saja," akupun menyapanya.
"Hai kak," sapaku.
"Hai juga, jadi?" tanya kak Sonya.
Aku menjawab dan mengangguk pelan, "Jadi kak."
Aku dan kak Sonya berjalan menuju kantin sekolah yang tidak jauh dari kelasku, selama di jalan aku hanya diam dan banyak kakak kelas memandangi ku dan kak Sonya sampai saat tiba di kantin aku juga berjumpa dengan kakak kelas dari berbagai eskul yang aku ikuti.
"Bareng terus ya Sonya, pegangin terus jangan di lepas" ledek temannya kak Sonya yang 1 eskul denganya.
"Apa sih ... biasa aja kali," ucapnya mengelak.
"Ya situ biasa aja, di aku yang luar biasa malu" gerutu dalam hati.
"Udah-udah, kalian mau makan kan?" datang lagi temannya kak Sonya melerai pembicaraan antara keduanya.
Aku hanya menangguk pelan dan kak Sonya menjawab "Iya".
"Gimana kamu nyobain makanan di sini, enak-enak loh." Aku hanya mengangguk pelan.
Temannya kak Sonya memesan makanan di salah satu tempat yang tidak jauh dari posisiku berada dan kembali sambil membawa kertas yang kupikir itu adalah semacam brosur.
"By The Way, kamu juga suka musik ya?" Hanya anggukkan yang ku keluarkan.
"Oh iya, kenalin nama kakak Yolla dan yang tadi itu namanya Fatih"
Aku menundukkan kepala, "Salam Kenal kak."
"Kamu tuh orangnya terlalu sopan banget, kakak suka sifat orang kaya gini" ucap kak Yolla.
Ku lihat raut muka kak Sonya berubah menjadi cemberut namun dia membuang muka ke arah lain dan di ledek oleh kak Fatih, "Suka ya bilang Son hahah."
"Diem kamu!," ucap kak Sonya menatap tajam ke arah kak Fatih.
"Eh iya tadi juga bilang kalau Yolla mau ngajak kamu jalan-jalan minggu nanti, AAAWWW!!!"
"Sakit Son, di kira gue kue cubit apa woy."
"Salah sendiri, suruh siapa bikin aku kesal." Tiba-tiba aku melukiskan senyuman tipis di bibirku.
"Baru pertama kali aku liat Rama senyum nih," ucap kak Yolla lalu ku balas dengan gelengan kepala.
Datanglah pesenan kami yang membuatku merasa lega, "Yuk di makan udah dateng nih."
Disaat mereka makan cuman aku sendiri makan menghadap tembok sehingga membuat mereka bertiga terheran-heran.
"Loh kok makannya ke arah tembok sih?" tanya kak Sonya.
"Aku malu kalau makan di liatin," jawabku dengan suara pelan.
"Oh ya sudah, tidak apa-apa."
Kami berempat melanjutkan memakan nasi goreng yang di pesan oleh kak Yolla, "Oh iya aku lupa kalau aku bayarnya harus pakai uang hasil ku ngamen di tambah lagi itu uang untuk membayar uang LKS,"
Setelah merasa kenyang mereka bertiga membayar pesanan masing-masing dan aku yang paling terakhir. Semua kembali kesibukan masing-masing dan bersyukurnya setelah diberi istirahat diberikan kebebasan untuk ke eskul yang diminati.
"Kak boleh pinjam bolanya?" tanya ku ke kakak kelas yang sedang bermain basket.
"Boleh, nih bolanya." ucapnya memberikan bola padaku.
Ku giring bola tersebut ke lapangan lalu bermain dengan freestyle layaknya anak basket jalanan, dan ku lirik sekejap ke arah sekitar banyak yang duduk di pinggiran lapangan. Ku masukkan bola tersebut dengan teknik Reserve Lay Up. Seseorang mengahampiriku dan menawarkan untuk bermain bareng.
"Boleh kak, tapi aku ga sejago kakak."
Team di bagi menjadi dua yang terdiri 3 orang dalam 1 team dan aku menjadi posisi Play Maker sebagai pembuat ritme permainan.
"Incer 3 Point ya, setelah dapet 3 point permainan selesai."
"Baik!."
Bola berhasil di rebut dengan sempurna di tangan teamku lalu bola tersebut di oper ke arahku. Saat memasuki setengah kawasan lawan ku gunakan teknik Shammgod yang membuat musuh melihat bahwa bola tersebut lepas dari penguasaan orangnya dan ku gunakan teknik 180 Fake Spin untuk mengecoh pertahan terakhir dari lawan lalu ku lakukan Hook shot dan bola membentur papan ring sehingga pantulannya tersebut masuk kedalam ring Basket.
Skor menjadi 1-0
Tak lama berselang kakak kelas yang seteamku mencetak 1 angka akibat operan Long Pass yang ku berikan padanya dan di selesaikan dengan gerakan Lay Up. Disaat angka terakhir ku paksakan Lay Up dengan cara Drive Dribble dari setengah kawasanku hingga dekat ring, namun karena tak mampun menahan laju akhirnya bertabrakan dengan tiang basket.
Skor berubah menjadi 3-0
"Kamu tak apa-apa?" tanya kakak kelas seteam denganku.
"Ga kak, cuman kebentur dikit." Ucapku mengelak.
"Baiklah tapi tadi permainan kamu bagus banget, sudah pernah masuk eskul basket saat Sekolah Dasar?" tanyanya kembali.
"Masuk hanya sebagai cadangan kalau tanding kak dan setelah itu aku keluar dan ikut ke club streetball di dekat rumahku."
"Keren banget tadi cara mendribbling bolanya, kapan-kapan ajarin kita-kita ya," Ucapnya.
"Aku cuman mempelajari beberapa teknik saja kak dan aku ga tau apa gaya permainanku dapat mengiringi gaya permainan anak basket beneran.
"Pasti cocok kalau kata kakak, ya sudah lain kali main bareng lagi ya," ucap kakak kelas tersebut dan pergi dari lapangan.
Keringat keluar dari badanku dan rasa letih muncul secara tiba-tiba membuatku duduk di pinggir lapangan yang dekat pohon-pohon sedang berduaan, ku rasakan seseorang datang dari belakan dan menawarkan minum padaku.
"Kamu haus kan? Ini di minum saja tadi kakak beli 2 sengaja buat kamu," ternyata kak Sonya yang datang menawarkan sebotol minuman mineral dingin.
"Oh ya, ini kakak bawain handuk kecil buat kamu." Memberikan handuk kecil padaku.
"Makasih banyak kak," ucapku lalu membuka minuman tersebut.
Saat ku meminum airnya ku lirik kak Sonya sedang melihatku dan membuat diriku malu untuk menatapnya, "Kenapa?"
"Tidak ada kak," lantas aku membuang muka ku ke arah berlawanan.
"Perasaanku kenapa seperti ini? Ga ... Ga mungkin, ini bukan saatnya aku memikirkan tentang percintaan," ucapku dalam hati.
"Aku harus fokus ke sekolahku dan buktikan kepada ayah bahwa aku bisa jadi seperti Abangku tapi setiap bersamanya hatiku selalu merasa gelisah."
"Lupakan saja dulu lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Hidup
RomanceKisah nyata seorang remaja lelaki selama hidupnya. Rama adalah pemuda yang dbilang masih polos saat kecil namun seiring waktu dia jenuh dan melakukan hal yang belum pernah dilakukannya sampai tiba saatnya kehidupannya berubah drastis.