Chapter 6 : Keluar Zona Nyaman
3 Bulan pertama berlalu dan semakin ke sini semakin kuat hubungan ku dengannya, namun hanya beberapa saja yang mengetahuina. Malam terjadi begitu cepat hingga ku dapati sebuah pesan.
"Keluar yuk Ram, gue tau lu stress."
"Kalau iya, gue sama temen-temen ada di tongkrongan pertigaan."
Tak lama ku balas.
"Oke, otw ke sana."
Aku bergegas berangkat ke tempat yang sudah di tentukan, untungnya ayahku sedang tidak berada di rumah karena dia sedang berada di rumah temannya. Waktu ku tempuh cukup lama hingga menembus angka 20 menit karena aku berjalan kaki.
"Jauh juga kalau jalan hahah," ucapku yang sudah sampai di tempat.
"Lama banget lu, Ram."
"Sorry tadi jalan gue jalan kesini," ucapku.
"Yang lain pada nungguin, masuk aja." Aku hanya mengangguk.
Malam itu menjadi malam yang panjang sehingga tanpa sadar aku mengakhirinya dengan berjalan ke arah rumah dalam kondisi setengah sadar. Pandangan mulai memudar akibat efek minuman tersebut dan juga kepalaku sedikit terasa sakit.
Aku terduduk sementara di depan toko yang sudah tutup karena tepat sekali dengan bergantinya hari, rasa pusing tidak dapat ku tahan dan aku terlelap tidur. Suara tepukan halus di pipi mulai terasa sangat jelas hingga aku terbangun dari tidurku.
"Kak Fatih?" mataku masih samar-samar melihat sesuatu namun jelas sekali wajah yang ku kenal.
"Dari mana aja. Aku, Sonya, dan Yolla nyariin dari tadi," ucapnya berjongkok.
"Naik sini ke punggungku, ini udah udah larut malam, ga seharunya kamu ada di sini." Lantas aku naik ke punggungnya.
Saat sampai di suatu rumah ku melihat dua orang sedang berdiri di depan rumah lalu menghampiriku, "Aku cariin dari tadi, kamu kemana aja."
Terlihat wajah cemas yang saat ku lihat masih dalam keadaan setengah sadar dan kepalaku masih terasa sakit akibat efeknya.
"Kayaknya dia mabuk deh," ucap kak Fatih.
"Ya sudah bawa masuk ke dalam rumah saja, biarkan dia tidur."
Terakhir ku ingat aku di bawa kamar dan kembali tertidur lelap. Pagi telah tiba, seketika aku terbangun dari tidurku namun aku memegangi kepalaku yang masih saja terasa sakit.
"Berapa banyak yah aku minum semalam," ucapku dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara wanita dari arah pintu kamar, "Jangan lupa cuci muka."
"Lah iya ini kan rumahnya Sonya eh kak Sonya." Aku beranjak dari kasur dan berjalan ke arah kamar mandi.
"Eh ..." ucapku melihat kak Fatih dan kakYolla sedang duduk di depan Televisi.
"Udah bangun ternyata, sarapan dulu nanti kita jogging." Kak Yolla menunjukkan sebungkus nasi di atas meja.
Saatku makan tidak ada rasa yang aneh namun tiba-tiba sifat kak Sonya berubah menjadi cuek kepadaku.
"Apa dia marah kepadaku?" tanya kepada diriku sendiri.
Setelah ku habiskan sarapan semuanya sudah dalam posisi siap-siap untuk berjogging di pagi hari dan aku di berikan celana training oleh kak Fatih. Aku dan kak Fatih di belakang sedangkan kak Yolla dan kak Sonya berada di depan, sampailah dimana banyak orang-orang sedang melakukan olahraga seperti sepeda, sepakbola, basket, dll.
Kak Fatih dan aku duduk di pinggiran sambil mendengarkan sebuah musik di nyanyikan oleh seseorang dari tenda kecil sedangkan mereka berdua entah pergi kemana.
"Silahkan yang ingi bernyanyi atau ingin request bisa datang saja kesini," ucap MC yang sedang berdiri di depan tenda kecil.
Lantas aku berdiri dan meninggalkan tempat tersebut, "Mau kemana Ram?."
"Aku mau request lagu kak," aku berjalan ke arah tenda.
"Mas, boleh saya bernyanyi 1 lagu?" tanyaku pada MC.
"Boleh mas, mau lagu apa?" ucapnya bertanya balik padaku.
Aku berbisik padanya lalu dia memberikan aku tempat duduk dan mic yang sudah di sediakan.
"I'm telling you
I Softly whisper
Tonight, Tonight
You are my angel"
"Aishiteru yo
Futari ga hitotsu ni
Tonight Tonight
I just to say"
"Whereve you are i'll always make you smile
Wherever you are i'll always by your side
Whatever you say kimi wo omoi kimochi
I promise you forever right now"
Seketika suara tepuk tangan mengiringi suara gitar hingga musiknya selesai dan aku kembali ke tempatku yang sudah ada mereka berdua. Lantas kak Fatih dan kak Yolla pergi berjalan-jalan meninggalkan aku berdua.
"Masih marah?" tanyaku.
Tak ada satupun jawaban yang terdengar dari mulutnya. Duduk di depan hadapannya.
"Jangan lama-lama marahnya, disini ada yang nungguin senyumanmu." Ku ketuk pelan jidatnya dengan kedua jariku.
Senyuman terukir di bibirnya, "Maaf ya aku udah marah ga jelas."
"Seharusnya aku yang bilang begitu padamu," ku genggam tanganya.
"Maaf juga karena kejadian semalam," ucapku meminta maaf.
"Yang berlalu biarkan berlalu, oke." Di balas genggaman tanganku.
Hari itu adalah hari terindah yang pernah ku rasakan mungkin aku akan berkata "Tuhan terima kasih telah memberikan aku kebahagian entah sampai kapan aku bisa merasakannya namun ijinkan aku untuk merasakannya lebih lama lagi".
Sebuah perasaan hati yang sangat memuaskan yang tak bisa di ungkapin melewati kata-kata dan hanya bisa bersyukur terhadap tuhan karena telah memberi kebahagian yang sangat berarti padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Hidup
RomanceKisah nyata seorang remaja lelaki selama hidupnya. Rama adalah pemuda yang dbilang masih polos saat kecil namun seiring waktu dia jenuh dan melakukan hal yang belum pernah dilakukannya sampai tiba saatnya kehidupannya berubah drastis.