22. Perekat.

1.2K 83 85
                                    

🍂🍂🍂

Dalam membina rumah tangga agar senantiasa  damai dan bahagia bukan hanya terletak pada banyaknya harta, tetapi waktu bersama dan sikap saling terbuka juga sangat menentukkan kelanggengan suatu hubungan.

Hal itu juga yang di lakukan Dito belakangan ini, dengan sering mengajak Isma bercengkrama atau sekedar jalan menikmati malam di alun-alun kota. Apalagi belum hadirnya momongan membuat mereka berdua layaknya pasangan yang sedang pacaran.

Mengunjungi tempat-tempat yang sedang viral di media sosial atau kadang hanya mengobrol di depan televisi sambil menikmati hangatnya secangkir kopi merupakan rutinitas mereka untuk quality time berdua. Dito ingin benar-benar menciptakan hari-hari penuh kebersamaan bersama istrinya. Isma adalah prioritas-nya sekarang setelah ibunya.

"Yuk!" kata Isma setelah mengunci pintu utama setelah memasukkan kunci ke dalam slingbag dan berjalan mendekati Dito sambil menenteng sebuah paperbag berisi hadiah untuk ibu mertua. Sedangkan Dito yang sedari tadi menunggu Isma di atas motor matic  istrinya hanya mendesah.

Dito meminta paperbag yang di bawa Isma dan mengaitkan di kaitan sepeda motor.

"Kalau nggak jadi ke rumah Ibu, gimana?" kata Dito sambil memasang helm model bogo yang juga sama seperti dipakainya di kepala Isma.

Isma bingung, tetapi tidak mau menanyakan alasannya kepada Dito. Dia sadar mungkin suaminya kelelahan setelah tenaga dan pikirannya di kuras habis-habisan di Jogjakarta, kemarin. "Ya sudah. Masuk rumah lagi, yuk!" ajaknya.

Dito mendesah. Sebetulnya bukan karena lelah, tetapi karena penampilan istrinya sore ini yang membuat Dito enggan memamerkan Isma kepada siapapun.

Memakai celana jeans yang pas di kaki mungilnya, di padukan dengan kaos sweater dengan hijab pasmina senada sweater dan di lengkapi flatshoes berwarna seperti celana jeansnya, Isma nampak seperti anak SMA. Dito pun heran, dari mana istrinya belajar memadupadankan pakaian? Ah! Tapi sekarang zaman sudah maju 'kan? Dan semua bisa di pelajari dari internet.

Bila kemarin dengan dandanan yang lebih dewasa saja aura Isma masih seperti remaja, bagaimana dengan hari ini? Bisa di katai Dito sedang membawa anaknya jalan-jalan, tetapi bukan itu masalah utamanya. Wajah Isma yang semakin ayu membuat Dito ingin selalu mengunci istrinya di dalam rumah. Isma hanya untuknya seorang.

"Ya sudah. Ayo!" Senyum Isma mengembang dan langsung naik ke boncengan Dito.

Dito menstater motor itu dan membawanya dari halaman rumahnya dan berhenti saat sudah di depan gerbang rumah mereka. "Mas tutup gerbangnya dulu. Kamu duduk saja di sini!" perintah Dito kepada Isma yang mengharap istrinya tetap di atas boncengan.

"Siap, Bos!" Goda Isma sambil hormat kepada suaminya. Dito hanya tersenyum saja meladeni sifat istrinya yang bisa di bilang berubah-ubah. Sekali waktu Isma bisa sangat dewasa tetapi kadang sikapnya seperti remaja dengan tingkah absurb-nya.

Dito melangkah mendekati pintu gerbang rumahnya. Setelah selesai mengunci gerbang, Dito berbalik untuk menghampiri Isma.

Dito kembali mendesah, saat lagi-lagi melihat Isma yang sedang duduk di atas jok motor sambil memainkan ponselnya. Kewarasan Dito benar-benar di uji agar mau di ajak ke rumah Ibunya. 'Demi kebahagiaan Isma dan Ibu,' batin Dito.

Langkah Dito mengambang dan urung melangkah saat melihat sebuah motor berhenti di samping motor matic istrinya.

"Halo, Dik Isma," tanya seorang pemuda yang mengendarai motor sport seperti punya Dito.

Isma menoleh. "Asalamualaikum,  Mas Azam," jawab Isma sambil memasukkan ponselnya ke dalam slingbag yang terletak di dadanya.

Si pemuda terlihat tergagap, "Wa-waalaikumsalam, Dik Isma. Mau ke mana?"

Pebinor Bucin.(Sudah Tamat di Kbm-app) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang