ーYogyakarta, 2007
"Aku mencintaimu," dua kata itu meluncur dari mulutku.
Laki-laki di sampingku tertegun dibuatnya. Aku hanya bisa menghela nafas, menatapnya sedih.
"Kau tahu, Renata, aku tidak bisa mencintaimu."
'Oh, Tuhan, haruskah dia berterus terang seperti itu.' batinku
Dia menatapku, Aku hanya bisa menunduk dan mengangguk lemah.
"Jadi ini yang membuatmu gelisah sedari tadi?"
Aku mengangguk lagi.
Iya, dari tadi aku bimbang dan terus memikirkan, apakah aku harus menyatakan perasaanku padanya. Walau aku pun sudah tahu jawabannya.
Badannya menghadapku sepenuhnya, dia menggenggam kedua telapak tanganku.
"Lihat aku, Renata," suara itu menyadarkanku dari lamunanku. Aku menatap manik matanya.
"Kau adalah perempuan yang luar biasa. Kau cantik, pintar, kau mampu membuat ribuan laki-laki di luar sana bertekuk lutut karena mencintaimu―"
"Lalu kenapa kau tidak mencintaiku, Damar!" Aku memotong ucapannya. Genangan air mulai membasahi mataku. Satu kedipan saja, maka itu akan mengalir keluar.
"Ren, dengarkan aku! Carilah orang yang memang pantas menerima cintamu, laki-laki yang baik di luar sana, dan tentu itu bukan aku." Ucap Damar tegas.
"Tapi hatiku memilih laki-laki brengsek sepertimu, Damar! Aku tidak butuh yang lain!"
Aku tidak kuat lagi, aku mulai terisak, pundakku bergetar. Aku mendengar Damar menghela nafas sebelum memelukku.
Aku menyembunyikan wajahku di dadanya, tangisanku belum berhenti. Dia mengelus punggungku untuk menenangkan.
"Maafkan aku, Ren, maaf..." Bisiknya.
Untunglah, hanya ada kami berdua di villa ini, teman-teman yang lain sedang mengunjungi Candi Borobudur. Sementara aku dan Damar terlalu kelelahan, lebih tepatnya aku yang kelelahan dan Damar menawarkan diri untuk menemaniku. Aku memanfaatkan momen ini untuk menyatakan perasaanku pada Damar, dan berakhir aku menangis karena tolakannya.
ー Jakarta, 2019
"Rena!"
"Renata!"
"Hei," Lelaki itu mengguncang pundak Renata, menyadarkannya dari lamunannya.
Memori-memori tentang mereka berdua bermunculan lagi ke permukaan. Perasaan Renata campur aduk sekarang, bertemu sahabat kecilnya yang telah hilang kabar sejak 12 tahun yang lalu. Penampilan Damar tidak jauh berbeda, rambut ikalnya tetap dibelah ke kanan, hanya saja kumisnya bertambah tebal, tapi wajahnya masih tampak segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa yang Berbeda
Short Story[CERITA PENDEK] Kisah cinta yang berbeda. © iseeholes , 8 November 2020