Disclaimer! Cerita ini hanya fiksi belaka. Tidak ada sangkut pautnya dengan Stray Kids, JYPEnt, maupun member-member yang penulis pinjam namanya untuk chara cerita ini. Mohon menjadi pembaca yang bijak. Terima kasih :)
.
ENJOY
.
Suara air yang mendidih dalam teko terdengar seperti peluit panjang di peron stasiun kereta api. Uap airnya mengepul kala seorang barista menuangkan air panas itu ke atas bubuk kopi yang sebelumnya dia racik hingga harum. Seorang lainnya bergerak dengan gesit dari arah dapur menuju etalase untuk meletakkan berbagai macam kukis di rak saji. Pagi itu cafe milik Jeongin ramai seperti biasanya. Sejak sang pemilik beberapa kali muncul di TV, cafe itu pun ikut berkembang.
Jeongin duduk di salah satu bangku sambil menunggu Seungmin yang katanya akan datang. Sahabatnya yang sibuk itu akhirnya bisa meluangkan waktu untuk bertemu Jeongin setelah sekian lama.
Suara gemerincing lonceng yang sengaja Jeongin pasang di pintu membuat seluruh pekerja di sana mengucapkan salam.
"Akhirnya kau datang." ucap Jeongin sambil memandang satu-satunya sahabatnya yang seakan sedang kesal.
"Beri aku kopi! Aku tidak tidur lebih dari 2 jam setiap hari dan itu membuatku gila! Belum lagi si brengsek Jinyoung yang ternyata mempermainkanku dan memilih laki-laki lain."
Sudah kelima kalinya dalam tahun ini Jeongin mendengar nama laki-laki yang berbeda dari mulut Seungmin. Primadona itu memang sangat mudah mendapatkan kekasih, semudah dia memutuskannya atau diputuskan. Jeongin agak khawatir jika hal ini terus berlanjut, sahabatnya itu akan mati muda karena HIV/AIDS.
"Aku akan pesankan susu hangat."
"Gzzz.... Aku membencimu, Jeong." Ucap Seungmin sambil mengambil iPadnya. Dia menggambar sesuatu di sana yang Jeongin yakini sebagai rancangan busana terbarunya. "Oh iya, apa kabar kamu?"
"Baik." Dua mug berisi susu hangat tersaji di depan mereka. Jeongin langsung menyesap isinya perlahan sambil memperhatikan Seungmin yang sibuk. Jujur saja, sekarang dia sedang iri melihat temannya ada di puncak karir sementara Ia baru saja menyerah pada impiannya. "Sebenarnya tidak juga. Aku menolak kontrak ekslusive dengan manajemen itu."
Mata bulat Seungmin makin terbuka lebar mendengar tuturan sahabatnya.
"Kenapa!? Ini kan kesempatanmu, Jeong."
Seungmin mencampakkan iPadnya begitu saja. Matanya fokus menatap Jeongin yang kebingungan dan terlihat tidak ingin membicarakan hal ini. Namun tetap saja Seungmin yang penasaran tidak pernah bisa dilawan.
"Ya... banyak hal tidak terduga terjadi selama kau sibuk."
"Ceritakan!" Seungmin sampai-sampai memegang tangan Jeongin diatas meja seakan-akan pemilik cafe itu akan lari terbirit-birit jika tidak Ia tahan.
"Junghwan dan ibunya pindah ke rumahku dua minggu lalu."
"Hah!?"
Jeritan Seungmin membuat mereka menjadi pusat perhatian seketika. Bodohnya lelaki itu bahkan tidak peduli pada tatapan aneh pengunjung cafe lainnya. Dan seakan belum cukup dengan teriakannya, Seungmin malah cepat-cepat mendekatkan duduknya dengan Jeongin lalu menatap sahabatnya itu tak percaya.
"Apa yang terjadi?"
"Junghwan sakit. Leukimia akut stadium 2."
Tidak perlu menunggu waktu lama untuk mendengar pekikan Seungmin yang kedua. Jeongin juga tidak berpikir mau repot-repot menanggapinya. Matanya menelisik ke segala arah dimana beberapa karyawannya menatap dengan sedih. Ya, sebelum hari ini, dia sudah menceritakan masalahnya itu pada karyawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Love Story | Hyunjeong ver.
RomanceSetiap orang ingin menjadi yang pertama untuk pasangannya. Jeongin juga ingin begitu. Tapi yang dia dapatkan adalah Hwang Hyunjin. Laki-laki matang yang pernah bercerai, yang pernah memiliki kisah romansa dengan orang lain. Dan sialnya, semua orang...