00

551 23 0
                                    

Hari ini aku sudah membulatkan tekad ku untuk mengakhiri hubunganku dengan dia. Hubungan yang baru berjalan 10 bulan hari ini. Hari terakhir ku bisa melihatnya dari dekat.

Dia yang selalu ada bersamaku, yang selalu menghiburku disaat aku teringat keluargaku. Aku harus merelakannya agar dia bisa hidup dengan bahagia.

Aku baru sadar kalau selama ini aku hanya menjadi benalu di hidupnya. Aku tau aku masih cukup kecil untuk mengenal cinta di umurku yang baru 16 tahun.

Tapi sungguh, sungguh sangat sakit mengingat bagaimana dia rela menjauhi teman-temannya karena membelaku. Dia rela selalu menerima bentakan dari orang tuanya karena berhubungan denganku.

Sekarang, aku sedang berjalan ke arahnya. Pria yang sangat aku sayang, yang sangat menyayangi ku. Pria yang selalu melindungi ku dari cacian orang lain. Pria yang selama 10 bulan ini selalu bersarang di pikiranku.

"Jaemin selamat ya! Kita udah lulus sekarang." Ucapku dengan senyuman palsu.

"Selamat juga buat kamu, Meecha. Aku harap nanti kita satu sekolah lagi biar aku bisa terus jagain kamu." Aku benar-benar menahan untuk tidak menangis sekarang. Dia sungguh pria yang baik.

Aku hanya bisa terkekeh pelan. "Jaem, nanti sore bisa kita ketemu di cafe dekat stasiun? Ada yang mau aku omongin."

"Mau ngomong apa? Kenapa ga sekarang aja? Aku penasaran." Aku menyentil bibirnya yang sengaja dia majukan.

"Apa sih kaya anak kecil. Nanti aja aku kasih taunya. Jangan lupa ya, jam 4 sore di cafe dekat stasiun."

"Oke oke, aku nanti ke sana. Kamu jangan sampe telat ya." Jaemin menjawil hidungku.

"Iyaa aku ga bakal telat kali ini. Jangan lupa ya. Aku pulang dulu."

"Ya udah hati-hati ya. Maaf aku ga bisa anter kamu pulang, soalnya mama sama papa pasti marah."

"Iya gapapa. Kamu balik gih ke sana sebelum di cariin." Aku Melambaikan tanganku lalu mulai berjalan menjauhinya.

Selama di dalam bus, aku hanya bisa menangis. Membayangkan bagaimana nanti saat aku meminta untuk putus, sungguh menyakitkan.

Aku memintanya untuk bertemu di cafe dekat stasiun karena aku akan langsung pergi ke luar kota. Aku tidak ingin kalau nanti dia terus menemui ku dan menanyakan alasan kenapa aku meminta untuk mengakhiri hubungan kami.

Sesampainya di rumah, aku langsung membereskan barang-barang yang akan aku bawa. Tidak banyak, tapi ini semua cukup berharga karena barang-barang ini menyimpan banyak kenangan dengan Jaemin.

Boneka kecil yang dia berikan saat anniversary pertama kami, saputangan yang dia berikan saat pertama kali kami bertemu, topi couple yang dia belikan saat kami pergi ke pasar malam bulan lalu dan beberapa barang lain yang mengingatkanku dengan dia.

Aku memasukan semua barang-barang ini ke salah satu koper yang akan ku bawa nanti.

Selesai dengan barang-barang yang akan ku bawa nanti, aku membersihkan badanku dan bersiap untuk pergi ke tempat aku janjian dengan Jaemin.

🌼🌼

Aku sampai di cafe 15 menit sebelum waktu yang kami janjikan dengan 2 koper dan tas selempang yang aku bawa sekarang.

Setelah menunggu beberapa menit, Jaemin datang dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya sambil melambaikan tangannya padaku. Aku membalasnya dengan serupa.

"Tumben kamu dateng lebih cepet dari aku. Biasanya kan aku duluan terus kalo kita ga berangkat bareng."

"Lagi mau aja, lagian juga bagus kan kamu jadi ga harus nunggu dan cewek-cewek disini ga banyak yang liatin kamu karna ada aku."

"Iya deh iya. Kamu mau ngomongin apa btw pas tadi di sekolah? Aku penasaran tau." Jaemin memajukan badannya dengan wajah keponya.

"Eumm.. Jaem.." aku meremat kedua tanganku di bawah meja. "Aku mau kita putus." Lanjutku pelan.

"A-apa? Aku salah denger pasti." Jaemin memundurkan badannya dan menatapku tidak percaya. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku, tidak berani untuk menatapnya.

"Aku mau kita putus, Jaem." Ulangku bersamaan dengan air mataku yang menetes begitu saja.

"T-tapi kenapa? Aku ada salah sama kamu? Atau ada yang ngomongin lagi? Ayo jawab aku!" Sentaknya.

"E-engga Jaem, ini emang aku yang mau. Kita cukup sampai disini aja. Aku juga akan pergi jauh dari hidup kamu biar kamu bisa bahagia."

"Engga Meecha! Kebahagiaan aku itu kamu. Jadi jangan tinggalin aku!"

"M-maaf Jaemin, tapi aku udah ga bisa. Aku pergi sekarang." Aku berdiri dari kursi dan menarik kefua koperku keluar dari cafe dan langsung memasuki stasiun.

'Maaf Jaemin, aku harap kamu bahagia.'

.
.
.

My first story hope you like it ^^

I Wish I Was HeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang