terimakasih

196 18 2
                                    


Peringatan!kehidupan yang di alami terjadi di tahun 80-90an dan zaman sekarang di Indonesia.



"Seandainya waktu bisa diulang, ku harap bisa memperbaikinya."

Uchiha Sasuke, lelaki berusia 40 tahun memandang coretan coretan di dinding putih ruang tengah rumahnya.  Ya,  anak ketiganya uchiha boruto terlihat seru memainkan beberapa  krayon dan pensil pada dinding bercat putih itu. Padahal sudah diberikan buku atau kertas untuk boruto membuat karya namun,  selalu dinding ini yang menjadi korbannya.

" sepertinya ayah akan mengecat ulang nanti, " ucap sasuke tersenyum emlihat wajah ceria anaknya.

" Ayah.....  !"

Sebuah teriakan yang diiringi paksaan pintu terbuka menampakkan wujud anak sulungnya, uchiha menma.

" Ayah,  dari tadi aku sudah memanggil ayah untuk makan malam.  Ayah memikirkan apa sih hingga tidak mendengarkan panggilanku," kesal menma sembari menggendong boruto.

" hehe maaf ayah hanya terhanyut melihat keaktifan adikmu," jawab sasuke.

"huuf,  sudahlah. Ayo kasihan ibu menunggu! Ibu memasak masakan yang enak malam ini." jelas menma terlihat  rasa kesalnya sudah  reda.

" malam sasuke, " ucap seorang wanita yang sedang hamil 5 bulan.  Tak disangka sasuke akan menambah di usianya ke 40.

" malam sayang, hari ini kamu masak berbahan tomat semua ya.  Sepertinya dia akan mirip denganku."

" ku harap begitu.  Ne,  sarada  tolong ambilkan minum untuk ayahmu.  Ibu lupa mengambilnya tadi."

" hai, bu."

Doakan aku menjadi suami dan ayah yang terbaik naruto.

Dua puluh dua tahun yang lalu.

Aku kecewa dengan  ayah dan ibu. Kenapa terus kakak yang dibanggakan, bahkan dalam pendidikan dia lebih di utamakan. Sejak dulu aku bercita cita akan menjadi dokter.  Namun apa daya ayah mengutamakan kakak yang ingin masuk kepolisian. Aku harus mengalah lagi. Aku mengambil jurusan sebagai guru di sekolah dasar di sebuah universitas ternama di kota ini.  Di desaku masih belum banyak yang berpikir terbuka.  Mereka menganggap kuliah hanya akan sia sia,  lebih baik bekerja,  bertani yang akan cepat menghasilkan uang.
Haah kalian tahu gaji seorang guru bahkan lebih kecil di bandingkan hasil bertani.  Tapi aku yakin,  10 tahun  ke depan guru akan mendapatkan hak yang lebih pantas.

Di sinilah.  Di dalam bus antar kota aku bertemu dengannya.  Rambut pirang serta mata biru menghiasi wajah berkulit tan itu. Wajahnya terlihat kusam dengan mata sayu yang kelelahan. Dia berdiri berpegangan membawa ransel yang sepertinya berat. Bus ini cukup penuh sebab jadwal penerimaan mahasiswa baru. Aku tidak menyapanya  atau apapun itu.  Aku hanya memandang ke jendela bus yang menampilkan pepohonan berjalan, berlalu dengan kecepatan bus.  Kaki ku sudah mulai kebas.  sudah 2 jam  aku berdiri di bus ini, tinggal 1 jam lagi aku akan tiba di kos.

Setiba di kos kakiku lemas.  Aku terduduk di depan pintu kos yang bercat coklat berdinding kayu. Enggan untuk masuk, Pikiranku pun kembali  pada gadis itu. Dia hendak kemana ya.  Apa dia baik baik saja.
Haa... Sia sia aku memikirkannya.  Keesokan hari nya kau bertemu dia di ospek mahasiswa. Dia sejurusan denganku.  Ternyata ada hal yang lebih mengejutkan.  Kos kami berhadapan hanya terbataskan sawah seluas 2x1 meter saja.  Sore ini aku duduk di depan kos menatap persawahan yang disinari senja itu, dia keluar untuk membuang sampah,Tapi aku tidak suka pakaiannya. Lengan bajunya terlalu pendek.  Menampakkan sedikit tulang sendi pundaknya. Dia kurus sekali.Kuberikan 2 kaos ku yang paling kecil.

TerimakasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang