"Sahabat"
"Sahabat"
Kedua gadis itu tersenyum menatap jari kelingking mereka yang melingkari kelingking satu sama lain.
"Disaat suka,.." ujar gadis memakai bando
"Maupun di saat duka,." Sambung gadis lainnya.
"Kita akan selalu bersama, karena kita adalah sahabat. Sahabat takkan terpisahkan sampai maut memisahkan" sambung keduanya bersamaan.
Kedua gadis itu tertawa lalu saling berpelukan. Mereka bermain bersama, bercanda bersama dan tertawa bersama. Orang-orang yang melihat mereka pun mengira bahwa mereka adalah saudari kembar.
Di dua ruangan yang berbeda, kedua gadis itu terbangun begitu memimpikan masa kecilnya.
Yang satu menatap tajam ke arah depan.
"Persahabatan kita udah hancur karena lo sendiri. Lo bukan lagi sahabat gue, gak ada lagi rasa sayang gue ke lo sebagai sahabat ataupun saudara, yang tersisa hanya kebencian gue ke lo, Nadine"
Sedangkan di ruangan lainnya....
Gadis itu berjalan ke balkon kamarnya, ia duduk di sana, menatapi pemandangan langit malam.
"Dulu kita sering liatin bulan dan bintang di malam hari, dulu persahabatan kita indah banget, lo bahkan udah gue anggap saudara gue sendiri. Tapi sayangnya semuanya udah hancur, dan itu semua hanya karena salah paham. Sekalipun di dalam diri lo hanya ada kebencian buat gue, gue akan tetap anggap lo sahabat gue, dan akan selamanya begitu, Liva"
🍏🍏🍏
Pagi yang cerah menyambut seorang gadis. Ia tersenyum. Hari ini adalah hari weekend, dan gadis itu bisa melakukan banyak hal di hari libur.
"Hmm, jalan-jalan kemana kita hari ini?" Gumamnya.
TRINGG ! TRINGG !
Dering yang berasal dari handphonenya membuat gadis itu masuk ke kamarnya meninggalkan balkon, ia mengambil handphonenya dan membaca pesan dari seseorang.
"Good news, Nadine. Lo lupa betapa sibuknya lo. Hari libur adalah hari kerja yang sebenarnya" ujarnya lesu.
Nadine segera bersiap-siap. Gadis itu memilih baju kaos dan celana jeans panjang. Nadine tersenyum melihat pantulan dirinya dicermin, gadis itu merapikan rambutnya. Lalu, ia mengambil tasnya dan kunci mobilnya. Setelahnya, ia mematikan lampu kamarnya dan menuruni anak tangga.
Nadine melewati ruang makan, dimana keluarganya sedang berkumpul untuk sarapan. Melihat itu membuat ia teringat akan oma dan opanya, biasanya setiap pagi ia akan sarapan bersama mereka. Nadine benar-benar merindukan mereka.
"Dek, mau kemana? Gak mau sarapan dulu?"
"Enggak, nanti,..."
"Pagi-pagi udah pergi aja, hargai mama dikit dong, dia udah capek buat bikin sarapan" potong Liva.
"Udah, kamu gak perlu ngurusin dia. Kamu tenang aja, mama juga gak bikin sarapan buat dia" ujar Rika.
Nadine memutar bola matanya malas. Pagi-pagi moodnya sudah dirusak mereka. Menyebalkan.
Tanpa menunggu apa pun lagi, Nadine langsung keluar dari rumah. Ia mengendarai mobilnya ke pusat kantornya yang berada di Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADINE (Completed)✔✅
Подростковая литератураSahabat bisa jadi musuh, keluarga yang harusnya penuh dengan kasih sayang bisa menjadi alasan banyaknya goresan luka dihatinya. Kepercayaan adalah hal yang sulit dibangun tapi sangat mudah dipatahkan. Hidup yang semula penuh dengan kebahagiaan sek...