12. Mie Kuah

1K 80 5
                                    

Jihan memasakan mie untuk Julian dan pacarnya. Ia memasakan mie kuah dengan telur dan sayuran. Setelah matang, Jihan memasukannya dalam dua mangkuk. Ia juga menyiapkan dua gelas jus untuk mereka.

Jihan begitu baik, sampai selingkuhan suaminya saja ia layani begitu manusiawi. Ia bisa saja memberikan meracuni makanan dan minuman milik Jingga agar Julian menjadi miliknya seutuhnya. Tapi tidak ia lakukan, karena Jingga bukan hanya selingkuhan suaminya tapi juga adiknya.

Jihan membawa nampan yang berisi makanan dan minuman tadi ke ruang tamu. Saat Jihan akan menaruh makanan dan minuman itu diatas meja, tiba-tiba saja Jingga beranjak dan dengan sengaja menyenggolnya.

Pyarrr

Mangkuk mie dan gelas jus itu semua berjatuhan. Bahkan hingga tangan Jihan terguyur kuah mie yang masih panas.

"Shhhh...Awww...," rintih Jihan sambil melihat kedua tangannya yang memerah, bahkan terdapat ada rasa panas dan perih disana.

Julian langsung berdiri dari duduk. "LO TUH CEROBOH BANGET SIH," bentaknya.

"Tapi dia." Jihan menunjuk Jingga seolah ia tengah mengadu kepada Julian bahwa bukan dirinya yang salah. "Dia yang nyenggol gue." Tapi penjelasannya itu tak memiliki pengaruh apapun. Hal itu terbukti di detik selanjutnya, Julian malah semakin marah dan membentaknya.

"LO TUH LEMAH BANGET SIH HAH. KESENGGOL GITU DOANG LANGSUNG JATUH, LAGIAN JINGGA ITU NGGAK SENGAJA. LO YANG CEROBOH." Jihan terjingkat kaget dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Ditempat lain, Julio yang saat itu tengah asik bermain PS di kamarnya berdecak kesal. Ia menebak jika Jihan di bully lagi. Ia langsung menaruh stick PS nya dan keluar dari kamar menuju ruang tamu.

Julio sedikit terkejut melihat kekacauan disana. Banyak pecahan beling beserta kuah mie yang mulai dingin dan air jus yang membanjiri lantai. Julio mendekat dan melihat tangan gadis itu yang dari ditengadahkan. Ia menarik tangan Jihan agar ia dapat melihat keadaan tangan gadis itu. Merah dan sedikit melepuh. Jihan menarik tangannya kembali.

"BERESIN!" suruh Julian dengan nada yang tinggi, yang membuat Jihan sedikit terkejut lagi. Gadis itu hanya bergeming dan mengerjapkan matanya. "NGAPAIN MASIH DIEM AJA?! CEPET LAKUIN!"

"Lo tuh nggak punya mata ya? Tangan Jihan udah kesiram kuah panas dan masih lo suruh buat beresin kekacauan ini?" Julio membalas Julian dengan kata-kata yang sinis. "Kenapa lo nggak nyuruh pacar lo ini yang beresin?" Julio sedikit menekankan kata 'pacar' saat membalas ucapan Julian yang menurutnya tindakan cowok itu sangat tidak memiliki hati.

"Kenapa jadi lo yang repot hah?! Dia istri gue, lo nggak perlu ikut campur." Julian beralih menatap Jihan dengan tajam. "Ngapain masih diem aja? KERJAIN!"

Jihan yang tergagap itu buru-buru merunduk dan memunguti pecahan beling-beling itu dengan hati. Julio yang melihat hanya berdecak kesal. Ia menarik tangan Jihan menyuruh gadis itu untuk berdiri.

"Nggak papa kok. Biar gue beresin aja," ucap Jihan halus.

"Nggak. Biar nanti bibi aja yang beresin." Setelah mengatakan itu, Julio langsung menarik pergelangan tangan gadis itu dan berniat mengantar gadis itu ke kamarnya.

Julian hanya menatap kepergian Jihan dan Julio sambil mengepalkan tangannya dan menggeram kesal.

***

Jihan menyentak tangannya dan hal itu membuat cekalan tangan Julio pada tangannya terlepas. Julio menatap gadis itu dengan menaikkan salah satu alisnya. "Kenapa? Lo mau balik kesana dan membuat diri lo semakin di bully sama mereka?" tanyanya beruntun.

Jihan menggeleng sambil menundukan kepalanya. "Tadi Jingga memang nyenggol gue dan buat semuanya berantakan." Ia mengatakan kejadian yang sebenarnya pada adik iparnya itu.

"Gue udah duga." Julio menggiring Jihan masuk ke kamarnya dan mendudukannya di kasur. "Lo tunggu disini gue ambil kompresan sama salep."

Tak lama, Julio kembali dengan membawa sebaskom air dingin dan kotak P3K di kedua tangannya. Ia menaruh kotak P3K itu diatas nakas, kemudian ia duduk di sebelah Jihan dan menarik tangan gadis itu untuk dicelupkan ke dalam air dingin yang ada di baskom itu.

"Gimana? Mendingan?" tanya Julio.

Jihan mengangguk. "Lumayan tapi masih perih."

"Iya tau, lu biarin aja dulu tangan lu gitu 5 menit. Nanti gue olesin salep."

"Emang tadi ceritanya gimana?" Julio kembali bersuara. Ia penasaran dengan cerita sebenarnya yang terjadi.

"Ya, tadi tuh gue lagi di kamar terus diteriakin sama Julian. Nah dia manggil gue cuma buat masakin Jingga mie kuah. Ya udah gue bikinin."

"Terus?"

"Nah pas gue mau naruh ke meja, Jingga malah nyenggol dan ya jadinya kayak yang lo liat tadi." Julio mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Ia mengeringkan tangan Jihan. Gadis itu terlihat sekali sedang menggigit bibir bagian bawahnya seperti sedang menahan sakit.

"Sakit lagi?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh gadis itu. "Lebih sakit daripada yang tadi."

"Iya sabar, ya." Julio meniup-niupkan telapak tangan Jihan. Setelah itu ia mengoleskan salep pada permukaannya. Julio mendongak, menatap wajah Jihan. "Gimana? Berkurang?"

Jihan mengangguk dan menyunggingkan senyumnya. "Lumayan. Adem."

"Syukurlah kalo gitu." Julio berdiri dari duduk dan membereskan barang-barang yang tadi ia bawa. "Yaudah gue keluar. Itu lukanya jangan kena banyak air dulu."

Jihan mengangguk.

Setelah mendapat anggukan dari Jihan, Julio berjalan keluar mengembalikan baskom di dapur dan kotak P3K ke tempatnya semula.

Saat ia berjalan ke dapur, ia sempat melirik ke arah ruang tamu. Kosong. Mungkin Jingga dan Julian pergi keluar, apalagi besok adalah hari Minggu. Jadi kemungkinan mereka berdua tengah bermalam mingguan.

Terkadang ia bingung. Bagaimana mungkin sosok Julian yang keras kepala, egois, dan dingin seperti itu bisa berjodoh dengan Jihan yang sabar. Julio jadi kasian dengan Jihan yang diperlakukan seenaknya apalagi disaat seperti ini, disaat Arya dan Jasmine yang sedang pergi. Hal itu membuat Julian semakin bebas untuk menyakiti Jihan.

Julio mengedikkan bahunya dan kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. Ia akan melanjutkan permaina PSnya yang tadi sempat tertunda.

***

"Kamu kesal?" tanya Jingga pada Julian. Saat ini mereka tengah berjalan-jalan santai di sekitaran komplek.

"Emangnya kamu nggak kesal?" Bukannya menjawab, Julian malah balik bertanya pada Jingga.

"Nggak juga. Lagian juga tadi tangannya udah melepuh, tapi kurang puas aja nggak liat dia dimarahin sama kamu. Kurang aja dimarahinnya."

"Aku pingin dia pergi dari hidup aku."

"Sama. Aku juga pingin dia nggak ganggu hubungan kita."

Detik berikutnya, keadaan kembali hening.  Mereka hanya fokus pada pikiran mereka masing-masing.

"Buat dia terus menderita," celetuk Jingga yang menbuat Julian langsung menoleh dengan menaikan sebelah alisnya seolah meminta penjelasan.

"Iya, menderita. Sampai dia sendiri yang minta buat cerai dari kamu."

***

Fairahmadanti1211


Julian Untuk Jihan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang