"Tarik, Papa!"
Johnny tanpa sengaja melewati toko layangan sepulang bekerja. Dia membeli 1 beserta benangnya. Oleh karena itu hari ini dia dan Haechan mencoba layangan mereka.
Johnny sibuk mengulur dan menarik benang. Ada beberapa layangan di langit. Hari ini angin berembus sangat baik.
Haechan berisik. Haechan menyemangati Johnny. Dia senang layangannya terbang tinggi.
"Papaaaaa!" Haechan melompat menunjuk layangan orang lain. "Itu! Itu!"
"Wah tidak bisa." Johnny tidak terima layangannya diganggu orang lain. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan posisi layangan.
Haechan menatap sengit. Pertarungan tahta ini harus dimenangkan papanya!
"Yah." Johnny melongo melihat layangannya putus.
"Kejar, Papa! Ih!" justru Haechan yang semangat berlari.
Johnny menyusul Haechan. Anaknya mendongak ke arah pohon. Beruntung tersangkut di pohon yang rendah.
"Papa, gendong." Haechan mengulurkan tangan.
"Beli lagi aja ya?" tawar Johnny.
Haechan merengut. Johnny buru-buru menggendong Haechan di bahunya. Haechan susah didiamkan kalau sudah menangis.
"Sudah?" tanya Johnny.
"Sudah." Haechan menjawab riang.
Johnny hendak menurunkan Haechan, tapi rasanya terganjal. Dia menengok Haechan. Anaknya malah bergelayut di dahan pohon.
"Papaaaa!" Haechan mengayunkan kakinya. Tepat ketika Haechan ingin berayun lebih kencang, tangannya tergelincir.
"Huaaah!"
"Aduh!"
Haechan mengerjap. Jatuhnya sakit, tapi dia tidak merasa kesakitan. "Papa, sakit ya?"
Johnny meringis. Siapa yang tidak sakit kalau menjadi alas anaknya yang terjatuh?