"Cium dulu"
***
Sinar yang hanya berasal dari lampu tidur membuat suasana kamar menjadi remang, selimut tebal menyelimuti tubuh kedua insan yang tengah merebahkan diri di atas kasur king size.
Sang pria semakin merapatkan jarak mereka dengan membawa tubuh istrinya ke dalam pelukan kemudian mendekapnya dengan erat. "Mikirin apa sih?" Merasa pertanyaannya tak mendapatkan jawaban, ia tersenyum. "Enggak usah buang-buang waktu untuk hal yang bikin kesal, lebih baik peluk aku terus kita tidur"
Tak disangka kalimat terakhir itu membuat sang istri terkekeh kecil dan balas menatapnya. "Cium dulu"
Merasa gemas, suami yang tak lain adalah Ali itu menggigit bibirnya sambil mencubit pipi istrinya kemudian memberikan kecupan-kecupan hangat di permukaan wajah Prilly.
"Aku cuma enggak habis pikir aja sama sikap papa, kadang aku berpikir kalau Alexa itu sebenarnya anak kandung papa loh" merasa suana hatinya sedikit membaik berkat perlakuan manis yang diterimanya dari sang suami, Prilly mulai mengutarakan hal yang menggangu pikirannya sedari tadi.
Ali mengangguk kecil, ia juga memiliki pemikiran seperti itu saat awal bekerja di rumah papa mertuanya itu lantaran Budiman yang sangat memanjakan Alexa melebihi Prilly. "Mungkin papa bersikap kayak gitu karena jaga perasaan mama Chika, biar mama Chika enggak merasa kalau papa itu pilih kasih sama Alexa yang hanya anak tiri"
"Papa pilih kasih selama ini, dari dulu sejak kedatangan mereka ke keluargaku papa udah pilih kasih sejak itu sampai sekarang," suara Prilly terdengar lirih menceritakan sikap papanya "dulu waktu hubungan papa dan bunda udah sangat renggang, bunda rencana buat bawa aku kabur dari rumah tapi kamu tahu apa yang terjadi?"
Saat tatapan mereka kembali bertemu, dapat Ali lihat kabut tebal di mata coklat terang istrinya yang selalu memancarkan sirat bahagia padanya.
"Bunda yang waktu itu belum bisa nyetir dengan baik membuat kami mengalami kecelakaan, bunda koma beberapa minggu sampai saat sadar bunda langsung mengikuti sidang di pengadilan yang pada akhirnya memutuskan mereka resmi bercerai tapi hak asuh aku dimenangkan oleh papa karena ekonomi bunda yang buruk banget waktu itu"
Tanpa mengalihkan pandangannya, salah satu ibu jari Ali menghapus pelan air mata yang mulai menetes membasahi pipi chubby istrinya, ia tidak akan menyela sama sekali karena ia tahu yang dibutuhkan Prilly sekarang hanyalah orang yang setia mendengarkan seluruh keluh kesah hatinya.
"Harusnya saat itu pakde Mamat yang nyetirin bunda, tapi mama Chika dan Alexa sengaja nyuruh pakde buat anterin mereka ke mall agar gagalin rencana bunda karena mereka tahu bunda enggak bisa nyetir dengan baik"
"Itu kenapa ada aturan kamu enggak boleh merintah Aji dan Alexa enggak boleh merintah aku?" Terbesit sebuah peraturan yang membuatnya tak habis pikir sewaktu awal bekerja, dulu ia merasa hal itu konyol namun ternyata dibalik itu ada alasan yang tak bisa dilupakan Prilly.
Prilly mengangguk sebagai jawaban. "Aku juga kesal, biasanya Alexa enggak mau disetirin pakde karena katanya udah tua nanti rentang kecelakaan tapi hanya demi gagalin rencana bunda dia jilat ludahnya sendiri"
"Tapi kenapa mereka mau gagalin? Harusnya mereka senang dong karena bunda mau bawa kamu pergi"
"Perintah dari papa, papa enggak mau bunda bawa aku"
Melihat istrinya yang melamun setelah bercerita, Ali kembali mengeratkan pelukan dan membawa selimut menutupi hingga sebatas dada mereka. "Kita ambil pelajaran dari kisah orang tua kita untuk menjadi bekal buat rumah tangga kita ya non"