Keping 19 : Pertunjukan Mevah

4.1K 370 52
                                    

(Istikharah Cinta)

Bersaksi cinta di atas cinta, dalam alunan tasbihku ini

Menerka hati yang tersembunyi, berteman di malam sunyi penuh doa

Sebut namamu terukir merdu, tertulis dalam sajadah cinta

Tetapkan pilihan sebagai teman, kekal abadi hingga akhir zaman

Happy reading

.................

Agaknya pepatah 'mulutmu adalah harimaumu, yang akan menerkam kepalamu' cocok untuk menggambarkan kondisi Lora saat ini. Bagaimana tidak? Gadis itu sedang berjuang melepaskan tangannya dari genggaman Ikhsan yang menggeretnya kencang.

Semua itu akibat perkataannya sendiri, yang menyinggung Ikhsan tepat di puncak kesalnya, yang menggoda Ikhsan tanpa tahu malu, yang mempermainkan kata-kata dan membuat Ikhsan susah payah menahan semu.

"Aduh Bang, sakit Bang... sakit." Lora meringis, berusaha menghentikan gerakan Ikhsan.

"Jangan buat saya menggenggam tanganmu semakin erat, Lora." Ikhsan berkata datar.

"Tapi tangan Lora beneran sakit, Bang. Bang Sanul megangnya terlalu kenceng. Aliran darah Lora serasa tersumbat." Lora menimpali sambil menahan langkah kakinya.

"Saya sedang kesal Lora. Benar-benar kesal. Dan kamu penyebabnya, maka kamu harus bayar kekesalan saya." Ikhsan ikut menghentikan langkahnya, namun tangan kanannya tetap menggenggam pergelangan halus milik Lora tanpa ampun.

"Oke...oke... Lora akan bayar, Lora pasti bayar Bang. Tapi lepasin dulu ya, ya, ya. Sakit tangan Lora, Bang." Lora berusaha membujuk, jari jemarinya benar-benar terasa kebas dalam genggaman telapak tangan hangat milik Ikhsan.

Mendengar ucapan Lora barusan, Ikhsan mengangkat sebelah alisnya, menghadap gadis itu utuh, benar-benar tak menggeret lagi, lalu bertanya datar, "oh jadi tangan kamu sakit sekarang?"

Lora mengangguk cepat. Berharap Ikhsan kasihan padanya.

Ikhsan nyengir tipis, mendekat selangkah pada Lora, dan menambah erat genggamannya, "mana sakit yang ini pada yang tadi?"

"Aw...aw... tambah sakit Bang, lepas Bang lepas." Lora merintih, tiba-tiba tangannya makin ditekan oleh si senior muka batu.

"Kalau yang ini bagaimana?" Ikhsan menjadi-jadi, makin menekan jemarinya di pergelangan tangan si cantik.

"Aigoo...aigoo... sakit Bang, lepas Bang, jebal...jebal*" Lora masih berusaha menghiba di hadapan Ikhsan.

"Ini tak sesakit apa yang telah kamu lakukan pada saya, Lora." Ikhsan tiba-tiba berkata dingin sambil melepaskan genggamannya.

Lora yang baru saja terlepas dari terkaman harimau langsung menarik tangannya, mengurutnya perlahan sambil mengerucutkan bibirnya. "Bang Sanul kejam, jahat, tak punya kasih sayang."

"Bukankah kamu sudah tahu saya orang yang seperti itu?" Ikhsan menyela cepat, "tapi sejahat-jahatnya saya, kamu harus tahu Lora, kamu lebih jahat."

"Lora yang korban di sini Bang. Korban kekerasan senior yang tak berperasaan. Kenapa malah Lora yang lebih jahat?" Lora membantah, menuntut keadilan.

"Mulutmu." Ikhsan menatap tajam pada Lora, "apa kamu tidak sadar dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu, Lora? Saya benar-benar terganggu dengan kata-kata itu."

"Kata-kata Lora yang mana Bang? Perasaan Lora nggak ada ngomong aneh dari tadi." Lora bertanya polos, tangan satunya masih cekatan mengurut pergelangan tangan lainnya yang barusan dikudeta oleh Ikhsan.

SanuLoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang