BAB 10 - PENOLAKAN

6.4K 344 11
                                    

Alexander memicingkan mata sebentar. Mengutuk keputusannya ketika menyetujui semua rencana konyol itu. Dan perempuan itu, pasti perempuan itu sama seperti perempuan-perempuan lainnya, yang akan sangat senang dan mendapatkan durian runtuh ketika ditawari menikah dengannya.

Tanpa sadar, Alexander berdecih. Semua perempuan di dunia ini sama saja. Alexander paham betul dengan semua perempuan yang rela mengantri di depannya, beberapa dari mereka bahkan rela menjatuhkan harga dirinya dengan menggoda, merayu bahkan secara terang-terangan meminta cinta satu malam yang tidak pernah Alexander berikan.

Pikiran mereka tidak jauh-jauh dengan uang dan harta. Dan ketika perempuan itu mengetahui rencana konyol Frans, Alexander sudah tahu bagaimana dengan reaksinya, ia pasti akan bersuka cita, khayalan-khayalan tentang uang dan kemewahan pasti langsung muncul di setiap bagian otaknya. Dia pasti akan langsung menerima karena tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

Dan lagi-lagi, Alexander berdecih. Merasa jijik dengan setiap perempuan yang selalu menuhankan harta.

"Kau tahu, Frans. Perempuan itu pasti merasa mendapatkan durian runtuh."

Frans di sana mengangguk, tidak mengelak dengan apa yang diucapkan oleh Alexander. Frans sepertinya tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Alexander.

"Ya, Tuan. Saya mengerti. Untuk itu saya sudah membuat daftar peraturan-peraturan yang harus perempuan itu tanda tangani."

"Hitam di atas putih eh...?" Alexander mengernyit. Lagi-lagi Frans sudah merencanakan sampai sedetail ini.

"Ya, Tuan. Saya juga tidak akan membiarkan perempuan itu bertindak semena-mena setelah menikah dengan anda."

Alexander mengangguk, sebuah ide yang bagus. Perjanjian itu memang sangat diperlukan untuk mengontrol semua tindakannya jika nanti menyandar gelar sebagai istri dari seorang Horrans.

"Saya bisa menemui perempuan itu, Tuan. Anda bisa beristirahat di sini."

Tapi Alexander menggeleng. "Aku yang akan menemui perempuan itu sendiri." Jawab Alexander.

***

Joana terpaku ketika dia berada di depan cermin dan menatap dirinya yang terlihat sangat amat berbeda. Wajahnya penuh dengan riasan, membuat Joana sedikit pangling dengan wajahnya sendiri.

Cornellia membawa Joana ke tempat berbeda ke sebuah ruangan lagi. Bedanya, tempat ini sangat nyaman, dengan perabotan klasik dan di sana ada sebuah sofa yang melingkari sebuah meja kaca.

Satu-satunya masalah terbesar Joana saat ini adalah, bahwa ia sangat lapar. Seharian Joana dikurung dan belum makan sama sekali, membuatnya memegangi perutnya karena ia sudah tidak tahan lagi.

Dan ya Tuhan, jam berapa ini...? Joana sudah terlanjur mempunyai janji temu dengan Profesor bersama dengan teman-temannya pada pukul delapan malam.

Cornellia hanya memintanya untuk menunggu, meski pun Joana tidak tahu apa yang sebenarnya ia tunggu dan harus berapa lama lagi ia keluar dari tempat ini.

Lalu tiba-tiba terdengar suara pintu. Seorang laki-laki yang tadi menculik Joana muncul sampai di ambang pintu dan menatap tajam ke arah Joana.

"Frans...?" Joana ingat namanya, ketika Tante Mayang mengucapkan nama itu.

Joana langsung berdiri, tapi belum sempat Joana berkata lebih jauh lagi, terlihat sosok orang bertubuh tinggi tegap ikut masuk ke dalam ruangan. Pawakannya sempurna, dan ketika Joana menatap ke arah pria itu, ia benar-benar kaget bukan kepalang.

Ya, Tuhan! Tidak!

"Alexander..." Tanpa sadar Joana mendesiskan nama itu. Dan orang yang dipanggil Joana itu hanya mengernyitkan dahi, tatapannya angkuh lebih mirip mengintimidasi.

ALEXANDER'S REBELLIOUS WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang