Part 26: Ayah sadar?

32 9 2
                                    

Arjun merasa sangat kesal kepada Alan, pasti Rivano sudah tau semuanya.

"Sialan!" pekik Arjun.

Saat ini dia masih berada di ruang ayahnya, menunggu sebentar lagi lalu berangkat ke sekolah. Jika tidak ada ujian hari ini Arjun tidak akan meninggalkan ayahnya.

"Yah, bangun dong," pinta Arjun.

Tak kunjung mendapat respon dari sang ayahanda Arjun memilih keluar dan berangkat ke sekolah.

Sebelum menutup pintu, Arjun kembali menatap ayahnya yang tidak bergeming sama sekali dia kemudian menghembuskan nafas pasrah.

"Cepat sadar ayah." Arjun berjalan keluar menuju parkiran rumah sakit.

Tidak butuh waktu lama Arjun telah sampai di sekolah seperti biasa dia langsung menuju kelasnya hampir saja terlambat beruntung guru belum masuk.

"Cha, Audy tumben banget belum datang jam segini," ujar Dara yang duduk di dekat Aisya.

Mereka memang belum mengetahui tentang apa yang terjadi pada Audy dan orang tuanya. Teman sekolah mereka tidak ada yang tahu kecuali Rivano dan teman-temannya beserta Arjun tentunya.

"Nggak tau, Dar. Dari kemarin juga aku telpon tapi nggak aktif-aktif," jelas Aisya.

"Eeh, kita tanya sama Arjun aja kali yah,"

"Kamu aja sana," perintah Aisya. Dia tidak akan berani bertanya dengan Arjun melihat wajahnya saja dia takut. Menyeramkan.

"Oke, serahkan semua pada Aldara." Dara berdiri dan menuju tempat di mana Arjun yang sedang sibuk dengan benda pipih yang ada di genggamannya.

"Arjun," panggil Dara lalu duduk di depan Arjun. Dara memang orang yang gampang sekali bergaul dengan siapa pun jadi jangan heran kalau dia sok kenal, sok dekat.

Arjun menaikkan alisnya heran tidak biasanya teman dari adik tirinya ini mendekat.

"Eum, gue mau nanya," ujar Dara.

"To the point," tuturnya.

Sombong amat, kesal Dara dalam hati.

"Audy mana? Kok nggak datang-datang, sih?" tanya Dara menatap lekat mata Arjun hal itu membuat jantungnya berdegup kencang.

Tak ada jawaban Arjun kembali mengalihkan pandangannya pada benda pipih di genggamannya.

"Arjun!" pekik Dara.

"Gue nggak tau, pergi lo dari sini! Ganggu aja," dengus Arjun.

Dara mengencutkan bibirnya kesal laki-laki di depannya ini sangat menyebalkan, ditanya baik-baik nggak jawab, ditanya lagi malah ngegas, dasar.

"Tunggu apa lagi? Sana!" usir Arjun, Dara memukul meja yang ada di depan Arjun dan kembali menuju tempat duduknya.

"Ish, nyebelin banget, sih. Untung ganteng," gumam Dara.

Aisya yang melihat itu semua sudah tahu pasti Arjun akan bersikap seperti itu, liat tampang sok menyeramkan dari Arjun membuat Aisya kesal dan tidak mau berurusan dengan dia.

"Sabar, Dar." Aisya mengelus pundak Dara untuk menenangkan sahabatnya itu.

"Hmm," gumam Dara.

"Cha!" panggil Jasper di sebrang tempat duduk Aisya dan Dara.

Dara yang mendengarkan itu menyenggol lengan Aisya dengan senyum menggoda.

"Noh, dipanggil sama calon imam," celetuk Dara.

"Sembarangan kamu," kesal Aisya.

Aisya melirik Jasper, lelaki itu kembali memanggil namanya, "Cha, sini!"

Cinta Dalam Diam (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang