07: Clarity

860 73 4
                                    

All the characters belongs to J.K. Rowling

"Only if you know how much I try." - Draco L. Malfoy

Narcissa mengetuk pintu kamar Draco dengan gelisah. Draco sudah mengurung diri di kamar sejak tiga hari lalu. Tentu saja ini bukan pertanda baik mengingat betapa perilaku Draco pada biasanya. Narcissa semakin gelisah dan merasa tidak sabar ingin segera melihat putra semata wayangnya.

"Son, buka pintunya. Mother tidak bisa membukanya, katakan. Ada apa sebenarnya?" suaranya terdengar putus asa. Narcissa tidak pernah tahu bagaimana putranya mengerti berbagai macam sihir yang membuatnya tidak bisa membuka kamar tersebut.

Lucius menghampiri Narcissa, wajahnya mengeras begitu saja dan Ia menepuk pundak Narcissa dengan pelan.

"Biarkan Draco, Cissy. Biarkan saja dulu."

Dengan enggan Narcissa memegang lengan Lucius dan meninggalkan kamar Draco dengan berat hati.

*

"Apa? Coba katakan sekali lagi, Lucius?"

Lucius hanya mengangkat bahu. Wajahnya terlihat tegang dan Ia tidak banyak bicara setelah menjelaskan hal yang Ia tahu pada istrinya.

"Lalu bagaimana sekarang? Aku masih tidak percaya, bagaimana bisa? Maksudku, Weasley? Greengrass? Astoria memutuskan Draco untuk bersama Weasley? Begitu saja?"

Narcissa memijat kepalanya yang sudah mulai pening mendengar penuturan Lucius. Lucius hanya terdiam, Ia berusaha menyenderkan badanya ke sofa. Ia merasa bersalah setelah mengetahui hal ini. Draco segera mengurung diri begitu melihat wajah Astoria dan Ron terpampang di majalah yang secara tidak sengaja tergeletak begitu saja di meja Malfoy Manor.

"Cissy, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Ini benar-benar menyakitkan untuk Draco, dan aku benar-benar berusaha menahan diri untuk tidak menghancurkan Greengrass dan Weasley begitu saja."

Narcissa terdiam. Ia juga tidak kalah bingung. Keduanya hanya bisa tertunduk dan memandangi satu sama lain lalu kembali ke ekspresi bingungnya lagi. Tahanan rumah yang masih melekat kepada diri keduanya benar-benar membuat mereka tidak bisa apa-apa.

Tiba-tiba saja terdengar bunyi krak menandakan seorang peri rumah masuk ke ruangan yang sama dengan mereka berdua.

"Master Lucius, Master Draco tidak sadarkan diri! Pernie menemukan Master dalam keadaan kepalanya terbentur lantai. Suaranya cukup keras sehingga Pernie terpaksa harus menghancurkan pintu kamar Master Draco.."

*

"Kondisi Draco cukup buruk, Mr. Malfoy. Kepalanya terbentur sangat keras, aku rasa Ia perlu dirawat secara intensif. Apa sesuatu yang buruk terjadi pada Draco?"

Narcissa mengangguk singkat. Sementara Healer Senior tersebut mengangguk tanda mengerti. "Baiklah, aku akan mengunjunginya secara berkala. Tapi, aku juga akan mengirim seseorang untuk mengecek Draco setiap harinya. Apakah kalian tidak keberatan Mr. Mrs. Malfoy?"

Lucius hanya mengangguk lagi. Ia duduk di pinggir ranjang Draco dan mengelus rambut Draco perlahan, rasa bersalah benar-benar menghantuinya saat ini. Ia menyadari tidak pernah memperlakukan Draco dengan baik dan hanya menuntutnya menjadi apa yang Lucius minta.

"Terimakasih, Mr. Ramsey. Apa ada yang harus kulakukan untuk Draco?"

Healer tersebut tampak berfikir sejenak. "Buat Ia nyaman saja, Mrs. Malfoy, maksudku Malfoy Manor memang sudah lebih dari cukup. Tapi apa kau pernah memikirkan untuk membuat nuansanya menjadi lebih hangat? Berkomunikasilah dengan Draco ketika kalian memiliki waktu senggang, buat Ia merasa tidak sendiri di masa-masa sulitnya. Draco memiliki kondisi fisik yang sangat baik. Dukungan moral akan membantunya aku rasa."

A Poem Titled You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang