LeoxAnne the other story jadi ini tuh kayak ff nya Leo sama Anne. Dan ini ga ada hubungannya sama Psikopat Love Me, ini cerita lain dengan pemeran utamanya Leo dan Anne. Juga pastinya ada Kavin sama Aren di sini. Selamat menikmati.
Sweet story by I. Joanne 💜
***
Dandelion.
"Meski diterbangkan jauh oleh angin, Dandelion tetap tegar dan tetap bertahan untuk menjalani hidup."
***
"Kamu itu bisanya cuma nyusahin Mama aja, Mama gak pernah berharap punya anak kayak kamu, kamu itu sama kayak Papa kamu yang brengsek yang udah perkosa Mama."
"Maaf, Ma, aku janji gak buat Mama sakit lagi, maaf, Ma," rengek anak itu kepada sang Mama dan memohon ampun.
"Mama cuma pengen kamu bener-bener sekolahnya, jangan main terus, Mama udah capek banting tulang nyekolahin kamu, tapi kamu malah kerjaannya cuma menulis. Kamu pikir jadi penulis bisa bikin kita kaya?! Awas aja kalau nilai kamu makin turun, Mama akan kurung kamu!" Mamanya pergi dan membanting pintu kamarnya keras. Sementara gadis itu hanya duduk memeluk lutut sambil menangis pelan.
"Tapi aku suka menulis," tangisnya makin pilu, rasa-rasanya dia ingin mati saja daripada hidup tapi tidak ada yang menginginkan, dia cuma punya Mama, tapi Mamanya pun membencinya hanya karena dia anak hasil pemerkosaan. Lalu di mana letak salahnya? Bukan dia yang ingin terlahir dari kecelakaan seperti ini.
***
"Anne, lo gak ke kantin? Ke kantin sama gw yuk, gw traktir!"
"Gosah sok baik lu caper, pergi sana lo bikin mata gw iritasi aja lo."
"Ta-tapi gw cuma pengen bisa temenan sama lo,"
"KAVIN! GW BILANG PERGI YA PERGI! GW GAK MAU TEMENAN SAMA ORANG CAPER KAYAK ELO!!" teriak Anne sambil memukul meja, teriakannya yang keras membuat seisi kelas memandang mereka, satu-satu di antara mereka berbisik, menyalahkan sikap buruk Anne kepada Kavin.
"Ape, lo liat-liat?" ketus Anne lagi kemudian berjalan keluar dari kelas. Dia benar-benar benci dengan semua orang. Anne berlari kencang ke belakang sekolah sambil menangis. Sebenarnya, yang harusnya menangis dan berlari itu Kavin karena dia yang dibentak di depan banyak orang, tapi entahlah, malah Anne yang menangis.
Sampai di halaman belakang sekolah, Anne duduk sambil memeluk lutut, menangis kencang dan sesekali ia menyusut ingusnya panjang sambil terus menangis, sampai tangisannya terhenti ketika ada suara seseorang menginterupsi.
"Lo kalau mau nangis, jangan di sini, ganggu aja, sana ke rooftop sekalian terus terjun, biar beres masalah lo."Mendengarnya, Anne menatap sumber suara itu yang ternyata seorang siswa lelaki yang sedang berbaring tidak jauh dari tempatnya menangis tadi, Anne menatapnya lama sambil mencoba mengelap air matanya dengan lengan baju, tapi nihil air matanya seakan tidak akan habis. "Makasih sarannya, gw ke rooftop sekarang," jawab Anne akhrinya dan berdiri, kemudian berlari kencang menuju rooftop.
Anak lelaki tadi melotot tidak percaya mendengar perkataan gadis itu sesaat sebelum dia pergi dan dia mendengus kesal, "Ahhh brengsek, kalau dia beneran lompat, bisa-bisa gw lagi yg dituduh bunuh, bikin kerjaan aja!" Pemuda itu bangun dari tidurnya dan berlari cepat menyusul Anne yang mungkin sudah sampai di rooftop. Seperti yang dia duga, gadis itu benar-benar sudah sampai di sana, bahkan Anne sedang mencoba memanjat dinding pagar pembatas rooftop agar dapat segera lompat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion (Complete ✓✓)
Short StorySiapa yang bilang uang tidak menjamin kebahagiaan? Kalau ada yang bilang gitu, siniin uang lu, gw lebih dari tahu cara bahagiain diri pake uang. Bye.