Chapter 24.

541 74 3
                                    

Setelah genggaman tangannya dilepas, dengan sigap Minara berlari menyusul Arkan yang berjalan menuju gudang dibawah roof top.

"Arkan!" teriak Minara berusaha mensejajarkan langkahnya.

Arkan terus berjalan tanpa menoleh ke belakang, langkahnya terhenti membuat Minara hampir menabrak punggungnya.

"Hapus videonya, Arkan!"

Arkan terkekeh, membalikkan badannya menghadap ke arah Minara. "I see, Lo udah gue tebak dari dulu."

"Gue terpaksa lakuinnya," lirih Minara.

"Seberapa besar kemungkinan Lo bakal berpihak ke gue? Sedangkan lo aja diancam sama dia."

Tanpa menjawab pertanyaan Arkan, Minara langsung menarik lengan Arkan membawanya untuk menaiki tangga ke atas roof top.

"Kenapa sih lo bawa gue kesini mulu?" Arkan kesal, langsung melepaskan genggaman tangan Minara.

"Seharusnya Lo sendiri tau, Saddam punya mata dimana-mana."

Arkan terdiam sejenak, menunggu Minara melanjutkan ucapannya.

"Jujur, gue udah muak sama Saddam. Lo hapus aja video itu, gue yakin bakal tetap memihak ke elo."

Arkan menyipitkan matanya, mencari-cari kebohongan dari Minara yang nampak serius.

"Oke, Lo selidikin aja persiapan geng Remirez. Nanti malam biar gue yang hancurin Saddam!"

Minara mengangguk lalu tersenyum lega, Arkan terlebih dahulu langsung keluar. Tak lupa menghapus video tadi.

Memilih untuk tetap tidur di roof top, ia langsung merebahkan badannya, namun tidak jadi saat dia melihat Saddam berteriak di bawah—jalan raya.

"Minara!"

Minara langsung berjalan ke arah pembatas, memang ada Saddam di bawah sedang melambaikan tangan ke arahnya. Dengan terpaksa, ia menuruti ke bawah. Menggunakan jalan pintas tentunya.

"Ngapain Saddam? Gue udah nggak berhubungan lagi sama lo."

"Mau ikut ke markas gue?"

"Ajegila, tumben-tumbenan lu."

Saddam terkekeh. "Yah, kali-kali aja Lo mau lihat koleksi gue."

Minara bergidik ngeri, memilih mendarat kan bokongnya di kendaraan milik Saddam. Ini adalah satu-satunya cara untuk dia menghancurkan semuanya.

Sesampainya di markas yang lebih besar dari markas milik Arkan, karena memang banyak perbedaan. Dari anggotanya yang wajahnya sangat sangar, hingga markas yang terletak di dalam hutan membuat Minara kembali bergidik ngeri.

Saddam terlebih dahulu ke dalam, meninggalkan Minara meraih satu-satunya ayunan terletak di samping markas. Ayunan itu tampak menyeramkan seperti film-film horror.

"Nih, mau makanan kan lo?" Minara mengangguk. "Tetap di sini aja!"

Saddam sudah terlebih dahulu melangkahkan kakinya ke belakang markas, sedangkan Minara baru satu kali menyuapkan makanan dengan rasa penasaran.

Minara menyusul Saddam ke belakang yang tidak ada siapapun di sana. Ruangan itu seperti ruangan rahasia, Minara pun hanya pernah beberapa kali kesana.

"Udah selesai makannya, Min?" Ternyata Saddam menyadari kehadirannya.

Minara hanya menyengir, memilih untuk mengikut Saddam yang kini membuka lemarinya.

"Kira-kira? Bangkai mana yang cocok dengan geng Altair?"

***

Di sebuah lapangan tanah tandus, jauh dari pemukiman kini geng Ramirez berkumpul. Baru saja ingin turun dari kendaraan masing-masing, Saddam menghalangi.

"Hati-hati dengan jebakan, lihat ke atas. Kalian telusuri aja kawasan ini sebelum kedatangan bajingan Altair."

Semua anggota mengangguk, berjalan sambil mata terus menengadah. Tanpa sadar, kaki mereka menginjak lobang yang begitu besar tertutupi dedaunan.

Jatuh dengan keras, itu yang mereka dapati termasuk Saddam yang sedang menyumpah serapahi Minara.

Di kedalaman dalam kegelapan, mereka semua sudah siap untuk keluar dengan bersiaga dengan pedang masing-masing. Batu-batu bermunculan dari atas melempar ke arah mereka.

"Untung Lo semua nggak gue kubur hidup-hidup!" Arkan tertawa dari atas sana.

Saddam yang sudah keluar dari lobang langsung ingin mendorong Arkan, namun dihalangi dengan anggotanya.

Perkelahian itu kian sengit kala semua anggota geng Ramirez berhasil keluar, akan tetapi nyatanya tenaga mereka sudah terkuras habis.

Hingga, kemenangan milik geng Altair.

(Vote+comen jangan lupa)

Minara [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang