SELAIN terlahir menjadi sosok menyebalkan, pria yang saat ini sedang fokus menyetir. Bisa-bisanya bersikap tenang sementara aku sudah siap menerkamnya kapan saja emosi dalam diriku jebol. Ia malah tampak acuh tak acuh. Memutar musik dan membiarkan lantunan lagu Confession milik solois Jung Joonil mengisi kesunyian yang sengaja aku ciptakan.
Sambil bersidekap, aku masih memicingkan mata, memandang Hanbin seolah lewat tatapan tajam aku berusaha mengirimkan laser mematikan yang bisa membunuh Hanbin dalam hitungan sepersekian detik. Meski pria itu tampak tidak terpengaruh sedikit pun. Tetap menjaga fokusnya pada jalanan yang mulai memasuki jam-jam sibuk.
Menghela napas, dalam benak, aku masih merutuki kebodohan sendiri yang berakhir mengikuti kemauan Hanbin. Jelas-jelas semalam setelah kepulangan Jackson dari rumah, aku sudah bertekad akan menutup akses bagi Hanbin. Bukan apa-apa, hanya saja omongan Rosie sedikit banyak sudah mengusik pikiranku.
Membiarkan pelakor versi laki-laki hadir di tengah hubunganku dengan Jackson?.
Jangan bercanda.
Lika-liku jalanan terjal dengan berbagai aral melintang sudah kami lewati susah payah. Aku tidak akan membiarkan pria mana pun merusak komitmen yang sudah aku buat dan tetapkan bersama Jackson bertahun lalu. Kami sudah melangkah dan bertahan sejauh ini. Tinggal beberapa langkah dan rajutan yang telah dijalin bersama akan menjadi sesuatu yang sempurna. Kisah kami akan berakhir sesuai dengan mimpi kami bersama.
Kim Hanbin hanya satu dari segelintir orang, semacam June, yang tidak bisa memahami. Dalam sebuah hubungan, bukankah wajar mengalami situasi dan kondisi yang naik-turun? Tidak ada hubungan yang selamanya berjalan manis tanpa kerikil masalah yang menghadang. Begitu pun sebaliknya. Hubungan kami mungkin sedang berada di jalanan kurang mengenakkan, tetapi bukan berarti kami akan melewati masa-masa sulit seperti ini selamanya.
Sejak awal kehadiran Hanbin, mulai dari perkenalan tidak terduga sampai pertemuan tanpa sengaja hingga menimbulkan percikan pertengkaran dengan Jackson. Aku masih belum bisa memahami sekaligus mengerti bagaimana cara kerja takdir dan semesta sampai-sampai Hanbin yang mulanya dianggap sekadar kenalan biasa. Tiba-tiba menjadi sosok yang begitu peduli dan tidak berhenti memberikan pendapatnya soal perangai Jackson.
Merasa terus diperhatikan, Hanbin menoleh selagi mobil berhenti tepat ketika lampu lalu lintas beralih menjadi merah. Satu alisnya terangkat sementara aku yang terang-terangan berusaha membaca air mukanya kesulitan lantaran Hanbin yang memakai kacamata hitam.
"Apa ada sesuatu di wajahku sampai kau tidak berhenti memperhatikanku?," Hanbin bersuara dengan tenang. "J? Berkediplah. Kau membuatku khawatir."
Sialan. Mendecih, aku memutus tatapan mencari distraksi dengan mengalihkan pada angka-angka di lampu lalu lintas yang terus bergulir.
"Tidak ada apa-apa. Tadi itu, aku hanya ingin menunjukkan apa yang sangat ingin aku lakukan melalui caraku memandangmu." Ketusku.
Hanbin terkekeh pelan sebelum bergerak untuk memelankan volume musik. "Menunjukkan apa memangnya?." Begitu menoleh, aku menemukan ekspresinya yang begitu menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Eccedentesiast
Romance[ part of snowflakes ] Sebuah kisah klise tentang Jennie yang terjebak dalam sebuah hubungan beracun. Sepanjang perjalanan kisah mereka, Jennie sadar betapa perasaannya bisa menghancurkan sewaktu-waktu. Diterpa dua pilihan memberatkan; haruskah Jenn...