Chapter 1

1.3K 169 66
                                    

| © Silvie Vienoy | Storyline; 2014 |

Disclaimer:

All Characters belong to themselves. I'm only borrowing with no expectation of profit  or benefit.

.

.

Chanyeol memutar kunci kontak mobil dengan kesal ketika dirinya telah duduk nyaman di belakang kemudi Mercedes-Benz AMG G65 miliknya. Melaju dengan kecepatan 250 rpm, Jeep hitam itu membelah jalanan Seoul pada pukul tujuh pagi—satu jam setelah dia mendapat sedikit insiden akibat dasi kesayangannya yang mendadak hilang.

Barusan juga Jongin, karyawannya, menelpon bahwa Sehun tidak bisa masuk kerja hari ini karena pemuda itu mendapat gangguan di lambungnya. Jongin bilang sembelit, tapi Luhan bilang diare.

"Baiklah, baiklah, berikan saja dia cuti."

"Tapi banyak dokumen yang perlu dikerja—"

"Terima kasih Presdir Park, kau memang yang paling mengerti." Lalu sambungan telepon ditutup secara sepihak.

Chanyeol sudah bisa menduga apa yang akan terjadi di kantor saat ini, Jongin dan Luhan mungkin saja sedang berdebat sengit membahas masalah yang tengah menimpa perut Sehun. Dua pegawainya itu memiliki tutur yang mampu berbicara seharian, terutama Luhan, meskipun yang dibahas lebih banyak yang tidak penting.

Chanyeol menginjak pedal gas lebih kencang saat berada di lintasan lurus.

.

.

.

"Ibuuuuu."

"Baekhyun, jangan marahi adikmu."

"Diamlah bodoh! Mau pantatmu kucubit lagi, hah?" Baekhyun berbisik lirih penuh ancaman sambil mendorong kepala bagian belakang adiknya saat keduanya kini berada di dalam kamar mandi.

Pasalnya, adiknya yang bernama Jongdae sudah berusia 15 tahun namun belum bisa mandi sendiri, jadi lah Baekhyun yang harus membantunya setiap hari untuk memandikan adiknya tersebut.

"Kau sudah menjewer telingaku sebanyak lima kali, Hyung." Di bawah pancuran shower, Jongdae merengut ketika Baekhyun mulai menyabuni tubuhnya.

"Itu agar otakmu bisa berguna sedikit."

"Apa hubungannya otak dengan telingaku yang kau jewer?"

"Astaga anak ini—tutup saja mulutmu! Kau masih membutuhkan jasaku untuk memandikanmu, harusnya kau berterima kasih."

Baekhyun kembali mendorong kepala Jongdae, kali ini lebih kuat sehingga membuat remaja laki-laki 15 tahun itu menjerit dramatis. Baekhyun mendapat teguran kembali dari ibunya karena perbuatan jahilnya tersebut.

Baekhyun harus segera mendapatkan pekerjaan untuk membantu kelangsungan hidupnya beserta ibu tercintanya dan adiknya yang payah, Byun Jongdae. Dia sempat mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri di sebuah audisi bernyanyi, namun keberuntungan itu belum datang padanya. Sempat beberapa bulan bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket, namun lagi-lagi nasibnya yang sial membuatnya kehilangan pekerjaan tersebut.

P Y DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang