27. Alasan untuk Pergi dan Kembali

320 80 4
                                    

"Maaf ya menyuruh kalian rapat padahal hari libur," sahut Sara membuka rapat pagi itu, membuat atensi seluruh orang dalam ruangan itu tertuju padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf ya menyuruh kalian rapat padahal hari libur," sahut Sara membuka rapat pagi itu, membuat atensi seluruh orang dalam ruangan itu tertuju padanya.

"Berhubung ini klien penting, mau tak mau, aku harus mengadakan rapat secepatnya," tambah Sara menggeser kursinya, sedikit ke tengah.

"Klien penting ini bukan Johannes Rajendra Wasupati kan, Bu?" tanya Naya hati-hati.

Mendengar nama Johannes disebut, orang-orang di ruang rapat langsung bergidik ngeri. Klien yang membuat mereka pusing tujuh keliling.

Sara menyunggingkan senyum, lalu menyuruh Randy sebagai operator untuk menampilkan power point yang kemarin dibuat oleh Sara.

Slide pertama menampilkan moto perusahaan, 'a perfect marriage is not just a dream.'

"Perasaan gue mulai nggak enak," keluh Jeje yang duduk diapit Lulu dan Naya.

"Iya, Je. Sama," jawab Naya menggenggam erat bolpoinnya, jantungnya sudah berdebar kencang, menunggu klien penting yang dimaksud oleh Sara.

Sementara Lulu nampak diam menunggu slide di layar.

Slide kedua berganti, menampilkan wajah seorang wanita yang begitu mereka kenal. Sontak saja hal itu membuat semua orang kaget dan saling sikut, heboh sendiri melihat wajah yang sangat mereka kenal itu.

Tatapan semua orang tertuju pada orang itu, orang yang sedang duduk manis di salah satu kursi yang ada di ruang rapat, orang yang sama dengan yang fotonya terpampang di layar monitor.

"Loh kok???" Jeje yang pertama bersuara. "Kok bisa?" Lalu Jeje memandang seseorang di sebelahnya, pertanyaan Jeje sama seperti yang lain, mengapa wajah orang yang mereka kenal berada di layar, di daftar klien baru.

Senyum Sara tersungging. "Karena dia anggota keluarga Perfect wedding, maka dari itu dia klien penting kita."

Semua masih terlalu shock, belum bisa berkata-kata, masih mengumpulkan teka-teki di kepala mereka masing-masing.

"Ini seriusan, Bu?" tanya Shanti, menggenggam erat kedua tangannya di bawah meja, memandang junior yang selama ini sering bekerja sama dengannya.

"Kenapa tidak tanya langsung ke orangnya," tawar Sara.

Semua orang memandang orang itu, ada begitu banyak pertanyaan yang ingin mereka sampaikan. Namun tak ada yang berani, bahkan Shanti sekalipun.








***

Flashback

"Mereka terlihat bahagia ya, Lu," sahut Yasmin bertepuk tangan melihat ke arah singgasana pengantin, di mana mempelai wanita hendak melempar bunga, teman-teman kedua mempelai sudah berkumpul di depan sang mempelai wanita untuk menerima buket bunga dari pengantin.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang