Bagian 1 : Halte

401 76 70
                                    

"Ingatlah hari dimana pertemuan yang tak disengaja itu mampu mengubah jalan hidup kita"

🍀🍀🍀

Jam sekolah telah usai sejak beberapa menit yang lalu. Kelaspun sudah kosong.
Namun seorang gadis berambut pendek sebahu itu masih betah duduk di bangkunya. Memandangi papan tulis kosong di depannya.

Alicia Maurine. Gadis penyendiri itu menghela nafasnya berkali-kali.

Membuka ponselnya dan mengecek pesan masuk.
Namun nihil, papanya sama sekali belum mengiriminya uang. Padahal sudah lewat satu minggu dari hari yang dijanjikan.

Ia memandang miris ke dalam dompetnya, yang hanya tersisa 3 lembar pangeran diponegoro.

Alih-alih pulang ke kosan dan tidur hingga pagi menjelang, ia malah berjalan tanpa tujuan.
Kakinya ia langkahkan dengan pelan, sedang matanya sibuk melirik kanan kiri jalanan.
Siapa tahu ada uang orang yang tercecer, pikirnya.
Terkadang ia berhenti dan memegangi perutnya seraya mengumpat.

Lelah berjalan, gadis itu memutuskan untuk duduk didepan halte yang sepi. Ia menghela nafas panjang.

Salah satu mobil yang terparkir di sebuah restoran menyita perhatiannya.
Bukan karena mobilnya yang bagus, tapi karena kehangatan keluarga di dalamnya.

Orang tua dan kedua anak remaja mereka yang kelihatan seumuran dengannya sedang tertawa lepas dan saling mengusili.
Si ibu menyuruh anak-anak mereka untuk berhenti saling meledek, sedangkan sang ayah hanya tersenyum geleng-geleng dengan tingkah anaknya.

Mereka terlihat sangat harmonis.

Tatapan Alice berubah sendu. Ingatannya melayang pada kejadian 2 tahun silam.
Saat ibunya terang terangan mengusirnya dari rumah hanya demi suami barunya.
Padahal, saat itu ia lah yang menjadi korban.
Namun malah ia yang dituduh yang tidak-tidak.
Disebut anak tidak tahu diri.

Alice tersenyum kecut mengingatnya.
Hatinya memang masih sakit hingga detik ini, namun kini ia tak lagi menangisi kejadian itu.
Ia sudah ikhlas atas semua yang pernah terjadi di masa lalunya. Yang harus ia pikirkan sekarang adalah hari esok.

Namun tetap saja, sorot matanya memancarkan kesedihan.

***

Sore itu, musik berdentum keras disebuah ruangan yang penuh dengan jejeran botol tinta berbagai ukuran.
Mesin-mesin tatto, pajangan botol minuman dan speaker dengan lampu kelap-kelip menghiasi di setiap sisinya.

Seorang remaja laki-laki keluar dari kamar mandi sambil berjoget ria mengikuti irama musik.
Saat menyisir rambutnya di depan cermin, pemuda bermanik cokelat itu tersenyum lebar dan memuji ketampanannya.

Samudera Noullan.
Laki-laki 18 tahun berwajah tampan itu adalah seorang seniman tatto.
Ia terbiasa hidup dalam segala hal negatif di sekitarnya.

Noullan mengecilkan volume musiknya saat mendapati ponselnya bergetar pertanda ada panggilan masuk.

Drrtt...

Drrt....

08224567xxxx is calling...

Wanita ini pasti menagih janjinya untuk hangout malam ini.

Ck. Mengganggu.

"Halo, Noullan, sayang, kamu dimana? katanya mau-"

"Kita putus, oke? dah.."
Setelah mengucapkan itu tanpa rasa bersalah ia langsung mem-blacklist  nomor pacarnya itu. Tepatnya, mantan pacarnya sejak beberapa detik yang lalu.

For the Moon & the Night Sky [SEMI HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang