"Jungwoo, Papa mau siap-siap."
Doyoung berlutut dan menatap dalam-dalam putranya. Kedua tangannya diletakkan di bahu Jungwoo. Anak itu sudah tidak fokus. Matanya sibuk melihat makanan.
"Jungwoo..."
"Iya, Papa. Jangan makan banyak-banyak." Jungwoo sudah hafal di luar kepala pesan-pesan Doyoung.
Doyoung membetulkan jas Jungwoo. "Baik-baik."
Jungwoo sudah melesat pergi. Doyoung mengamati sebentar sebelum naik ke panggung dan mengiringi pengantin. Doyoung selama beberapa saat fokus bernyanyi sampai tidak terlalu memerhatikan Jungwoo hingga pada saatnya Doyoung selesai.
Doyoung meletakkan mikrofon, lalu meneguk air. Ucapan temannya menyadarkannya. "Mana Jungwoo?"
"Ah!"
Doyoung berkeliling ruangan. Bagian yang paling awal ia datangi adalah makanan manis. Jungwoo paling suka.
Tidak ada.
Berlanjut ke bagian daging. Biasanya Jungwoo akan diam di sana sampai kenyang. Sayangnya, ia tidak ditemukan. Mulai dari sini Doyoung panik.
Doyoung meminta bantuan teman-teman. Dia juga bertanya ke sana kemari. Beberapa melihat Jungwoo, tapi sudah saat lalu.
Doyoung menghela nafas. Dimana anaknya?
"Hei."
Seseorang berdiri di depan Doyoung. Dia menyibak kain yang menutupi troli. Jungwoo ada di sana. Tertidur di bagian bawah.
"Astaga."