•• Chapter 4 ••

5.4K 302 10
                                    


Hai i'm back!

Selamat membaca cerita ini,aku menerima saran dari kalian semua jadi kalau berkenan silahkan beri saran dan kritikan tentang cerita aku.Tentang apanya yang kurang di cerita aku ini❤

Jangan lupa meninggalkan vote,komen dan tekan tombol follow nya ya!

Happy reading💓

TYPO DI TANDAI!!

°°°°

Misel memberhentikan angkot tepat di depan sekolahnya,dengan buru-buru turun dari angkot itu sebab sepuluh menit lagi bel akan berbunyi. Bukan dia yang telat bangun namun angkot ini terlalu lama menunggu penumpangnya yang menyebabkan Misel telat.

"Makasih Pak."Setelah memberikan ongkos angkot tersebut Misel berlarian menuju kelasnya hingga saat tiba di kelas ada seseorang yang sengaja menjulurkan kaki menghalangi jalannya yang membuat Misel terjerambab di lantai.

"Bantuin cewek lo tuh,kasihan dia tiduran di lantai! Hahahaha."kelakar murid-murid yang melihatnya

"Ups sorry! Gue sengaja,sebenernya sengaja sih hahaha."

"Aduh si kuman,pagi-pagi udah tiduran di lantai aja,"

Misel meringis merasakan sakit di lututnya,dengan tertatih dia bangun dengan mengabaikan ejekan dari orang-orang yang melihatnya.

"Woi kuman! Mau kemana lo,di sini aja bersihin sepatu gue."Misel mengepalkan tangannya,kenapa dia harus dipertemukan dengan mereka padahal suasananya masih bagus mengingat kejadian kemarin dan sekarang harus menebalkan semua cacian yang dilayangkan orang-orang jahat di sini.

"Kalian semua apaan sih?!"

Mereka yang tadinya tertawa menjadi bungkam seketika di saat Mauren baru saja memasuki kelas.Mereka memang ingin menyakiti Misel namun jika ada Mauren lebih baik berhenti karena Mauren pasti akan melaporkannya ke guru dan mereka tidak ingin itu semua terjadi.

Mereka semua kembali ke tempatnya masing-masing.

"Lo gapapa Sel? Ada yang sakit?"Mauren memegang pundaknya bertanya dengan khawatir.

"Gak ada,kamu ngapain ke sini?"Sahutnya pelan.

"Gue cuman mau lihat lo doang,kemarin kenapa gak masuk?"Tanya Mauren.

"Aku kesiangan."sahutnya berbohong,Mauren berdecak gemas.

"Kenapa bisa kesiangan sih?Emangnya Mama Yuna gak bangunin lo?"

Dia menggeleng sebagai jawaban,sungguh mukjizat jika Yuna akan bersusah payah membangunkannya.

"Lho emangnya Mama Yuna kemana,kok gak bangunin lo?"

"Eh maksud aku,aku itu bandel di banguninnya makanya Mama udah capek jadinya di biarin gitu aja."ujar Misel tertawa sedikit berhalu,entah kapan halunya itu akan terjadi.

Mauren ber-oh ria dan tangannya sibuk menggeledah tasnya yang mahal kemudian tersenyum lebar saat menemukan benda yang dia cari.

"Gue ada cokelat,nih buat lo!"Mauren menyodorkan sebuah coklat pada Misel,dengan ragu Misel menerimanya.

"Makasih ya,Ren."Mauren mengangguk lalu kembali menutup tasnya dan menyandangnya kembali.

"Gue ke kelas dulu ya,bye-bye!"Mauren melambaikan tangannya meninggalkan Misel kembali sendirian dikelilingi oleh orang-orang yang membencinya.

Misel menyimpan coklat itu di lipatan bukunya lalu melihat ke dalam lacinya yang berisi sampah-sampah milik teman sekelasnya.Misel tersenyum paksa lalu mengambil sampah itu satu persatu dan membuangnya ke tempat sampah tanpa banyak bertanya siapa pelakunya,lagian ini sudah biasa terjadi padanya buat apa banyak bertanya jika kita sudah mengetahui pelakunya.

MISELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang