Light Bulb

8 3 0
                                    

     Dipagi yang cerah aku terbangun setelah mendengar nada dering yang sangat ku hafal. Saatku lihat ternyata pacarku menghubungi, sebenarnya bukan pacar yang sesungguhnya tapi hanya sebuah hubungan yang sedikit rumit dan berkelip-kelip. Saat ku angkat dia menangis, aku yang mendengarnya saja muak akan tangis buayanya.
“LU TAU GAK SIH GUE TUH CAPE AMA HUBUNGAN KITA INI.”Ucap pacarku, Eva
“Hm..” Aku hanya membalas seadaannya
“SUMPAH YA, ABIS INI KITA KETEMU.” Kata terakhir Eva
     Kenalin aku, Brian Damarian panggil aku Ian. Aku kuliah di universita ternama dikotaku jurusan Hukum. Aku dan Eva menjalin kasih yang kacau ini sudah hampir 3 tahun lamanya dan didalam 3 tahun itu aku dan Eva sering berantem dan sering  mengatakan ‘Mari kita akhiri hubungan ini’, tapi tak ada yang bisa melapaskan status ini. Aku sendiri sering membuat dia menangis tapi aku tak peduli karna memang bukan aku yang salah dari awal, dianya aja yang mancing emosiku. Memang hubungan bisa dibilang toxic, tapi aku lebih suka jika hubunganku diibaratkan lampu yang hendak mati, berkedip-kedip entah matinya kapan. Panggilan pagi tadi sudah biasa aku terima, karna Eva suka sekali minum-minuman sampai mabuk dan aku hanya memaklumi saja, aku tak peduli. Sebenarnya aku ingin mengakhiri ini semua, tapi Eva selalu menolak jika aku menjawab ‘Baik kita putus’ dia akan teriak dan menangis sekencangnya. Sungguh egois dia, jika sudah seperti itu ku tinggal dia sendiri dan keesokkannya dia ditemukan pingsan dengan luka di pergelangan tangannya. Dan berujung aku yang disalah kan, tapi aku bodo amat dan tak merasa bersalah. Dia dulu yang mulai dan aku yang kena getahnya, sungguh tak adil. Mulai hari ini aku harus bisa memutuskan hubunganku dengan Eva dan melupakan dia, semoga berhasil dan aku bisa merasa bebas tanpa ada rasa tertekan dan emosi.
       Selesai bersiap-siap, aku menuju lantai bawah untuk sarapan. Di dapur sudah ada sosok yang sangat aku banggakan dan aku cintai, Ibu ku. Beliau orang yang kuat dan sabar menghadapi segala rintangan. Kisah cinta beliau sama dengan ku, benar kata pepatah buah tak jatuh dari pohonnya. Ibu ku dan Ayahku sudah bercerai sejak aku masih didalam kandungan, Ayahku yang egois dan pemarah membuat ibuku terasa tertekan maka ibuku memutuskan untuk menjadi single parent, memang berat tapi beliau berusah keras untuk aku, anak semata wayangnya. Beliau tau jika aku mengalami hubungan yang rumit dan beliau selalu memberi dukungan dan nasihat. Sungguh Ibu yang sempurna.
“Eh Ian, udah bangun aja kamu. Kelas pagi?” Tanya Ibuku
“Gak bu, aku ada urusan yang harus ku selesain sekarang juga.” Balas ku dengan nada yang santai
“Ah...gitu ya, yaudah sarapan dulu yuk.” Ajak Ibuku
“Yuk bu, kayanya ibu masaknya enak-enak nih.” Kata manis ku
“Bisa aja kamu, makan yang banyak ya.” Kata Ibu ku mencuatkan senyum manisnya
      Selama sarapan aku hanya diam saja memikirkan urusan yang harus ku urus sepagi ini. semoga lancar aku benar-benar sudah ingin meledak saat mendengar suara tanggis Eva. Aku harus menyelesaikan urusan ini dan memberi tau kedua orang tua Eva yang sebenarnya. Sebenarnya diantara kita yang lebih membanyakan ‘Mari kita akhiri hubungan ini’ seimbang, dan selalu menghasilkan dia yang teriak dan menangis. Mulai hari ini aku harus bisa lebih tegas.
“Bu aku pergi dulu.” Pamit ku
“Baik, hati-hati sayang.” Balas Ibuku
     Didalam perjalanan aku fokus menyetir aku masih ingin selamat sampai tujuan. Selama diperjalanan aku merasa berletu-letup, membayangkan reaksi kekasih ku nanti. Tak terasa aku sudah sampai didepan rumah kekasih ku. Aku pun keluar dari mobil dan melangkahkan kaki menuju kedalam rumahnya. Mengetok pintu sekali, kedua kali dan hendak ketiga kalinya dari rumah ada membukakan pintu, ah ternyata pembantunya Eva.
“Eh den Ian, masuk den. Non Eva dikamarnya.” Sapa pembantu Eva
“Terima kasih, mbok.” Ucap ku “Oh iya mbok, ayah sama mama dimana ya? Kok sepi banget.” Sambungku
“Oh nyonya sama tuan sudah berangkat kerja, den.” Balas pembantu Eva
“Ah gitu ya, yasudah aku mau keatas ya, mbok.” Pamit ku
Selama perjalanan menuju kamar dilantai atas sana, rasa sungguh gelap dan suram. Sesampainya didepan kamar yang berpintu putih gading itu, aku membuka pintu perlahan-lahan dan nampak didalam kamar bau alkhol dan lampu yang berkedip-kedip hendak mati, persis seperti hubunganku. Aku pun melangkah lebih dalam ke kamar Eva. Sungguh berantakan dan baunya sungguh menguar, aku berjalan mengambil lampu yang jatuh terbalik berkelip-kelip hendak mati itu dan membuka korden yang ada didalam kamar Eva. Dan Eva pun bangun akibat terusik oleh cara matahari. Seperti biasanya dia berteriak marah karna tidurnya terganggu, dan aku hanya berdiri didekat jendela tanganku berada didepan dadaku, menatap tajam Eva. Sungguh kacau batinku
“Bangun wahai putri tidur, gue mau bilang sesuatu.” Kata aku dengan nada dingin
“APA LAGI?!” Tanya dia dengan penuh emosi
“Oke. Lu dulu yang bikin gue emosi. Gue to the point, AYO KITA PUTUS NGGA ADA PENOLAKAN.” Kata ku dengan penuh penekanan
“Harusnya gue bilang gitu ke lu. Jadi gue gak mau putus dari lu.” Balas dia yang tak kalah emosi
“Bodo, gue anggap kita tak ada hubungan apa-apa lagi. Jangan hubungi gue lagi dan so I switch off, gue bakal melupakan lu.” Kata terakhir gue berlalu menuju lampu yang berkelip-kelip hendak mati dan kubanting agar mati
“GAK. GUE BILANG GAK YA GAK.” Balas dia dengan suara yang nyaring
Aku pun berpergi menjauh kamar Eva dan menuju lantai bawah, sesampainya dibawah aku masih mendengar teriakan Eva dan aku merasa tak peduli. Pembantu Eva yang mendengar hanya melihat ku dengan tatapan bingung.
“Mbok aku pergi dulu ya. Kalau Eva kenapa-napa telpon ayah sama mama nya aja.” Pamit ku
“B-baik, den.” Balas pembantu Eva
Dengan hati yang lega dan cerah aku meninggalkan rumah mantanku, Eva. Aku merasa bebas, urusan aku disalahkan oleh kedua orang tua Eva masalah belakang akan aku jelaskan kepada mereka. Didalam mobil aku mengambil foto aku dan Eva saat berfoto di photo box minggu lalu, ku remat dan kubuang asal keluar. Muak melihat wajahnya, sungguh ular. Jika sudah seperti ini aku bukan lagi lampu yang berkedip-kedip hendak mati melainkan lampu yang baru saja dibeli, cerah. Masa bodoh Eva yang tetap menjadi lampu berkedip-kedip, biarkan saja sekalian meledak. Aku sendiri sudah meledak. Mari kembali kemasa sebelum bertemu Eva.

So I switch off
I try to forget you
So I keep up with my own thing
Don’t keep up with my news




Semoga kalian suka ya!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Light BulbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang