Chapter 19. Perombakan

207 27 0
                                    

"Haaa ...."

Itu adalah hembusan napas yang panjang. Sudah beberapa kali aku mengembuskan napas yang panjang. Tubuhku tidaklah lelah, tapi mentalku sudah sangat lelah. Padahal, ini masihlah pagi. Bahkan, jarum jam pendek belum mengarah ke angka tujuh. Ini masih pagi dan aku sudah terlalu lelah.

Ketika sarapan tadi, ibu mengatakan itu dengan santai. Mereka bahkan seakan menerima apa adanya kalau aku adalah Raja Iblis. Bukan seakan, mereka menerima itu dengan tangan terbuka lebar. Mereka bukannya terkejut atau tidak percaya ketika mendengar anaknya adalah Raja Iblis, mereka hanya menerima itu. Bahkan tidak ada pertanyaan tentang itu.

Apa aku harus menerima kalau aku adalah Raja Iblis, aku tidak tahu. Aku tidak bisa sepenuhnya menerima itu. Kalau mempercayainya, bisa dibilang aku percaya. Karena orang tuaku percaya dan menerima, aku lebih memilih percaya. Untuk menerimanya, aku butuh sedikit waktu. Tidak, aku membutuhkan banyak waktu untuk itu. Seumur hidupku mungkin akan kugunakan untuk menerima itu.

"Raja Iblis ya? Sosok yang membawa kehancuran," gumamku dengan nada lesu.

Aku membenamkan wajah ke tas yang kutaruh di atas meja. Karena tas itu berisi beberapa buku, itu sedikit keras ketika menyentuh pipi. Tapi, itu sangatlah nyaman. Aku menyukai posisi ini. Kepalaku menghadap kanan dan angin datang dari kiri. Itu sangatlah nyaman. Aku rasa aku ingin tidur sebentar.

Berpikir itu memanglah melelahkan. Jadi, aku segera membuang pemikiran kalau aku adalah Raja Iblis. Mencoba mengosongkan otakku dan mencoba untuk tidur.

Tidak bisa. Setelah aku membuang pemikiran itu, pemikiran yang lain malah menghantam otakku. Pemikiran itu tidaklah jauh-jauh dari iblis. Sekarang otakku penuh dengan iblis, iblis, elf, iblis, dan iblis. Aku tidak tahu kenapa aku memikirkan elf seksi, jadi aku akan membiarkannya. Mungkin elf seksi itu bisa menghilangkan para iblis-iblis yang ada di pikiranku.

"Tuan?" panggil Desi yang ada di samping kananku. Ia memperhatikan wajahku dengan ekspresi tanda tanya. "Apa anda memikirkan sesuatu?"

Aku mengembuskan napas panjang lagi. Dari yang dikatakan oleh Viani, Desi adalah penyebab ini semua. Viani mencoba untuk menjagaku sampai aku berumur 18 tahun. Tapi, Desi malah menarik perhatian iblis yang lain. Itu membuat mereka meninggalkan dunia bawah dan datang ke dunia ini. Itu hanya untuk membuktikan kalau aku adalah Raja Iblis. Jika mereka semua percaya kalau aku adalah Raja Iblis, maka Desi akan menang. Ia akan diperbolehkan untuk bercinta denganku.

Aku dengan dirinya? Tidak akan! Aku akan memberikan keperjakaanku kepada orang yang kucinta. Bukan kepada orang yang menghancurkan kedamaianku.

Sungguh konyol diriku menjadi barang taruhan. Walau Desi itu sangatlah cantik dan seksi, aku tidak memandangnya secara romantis. Aku hanya memandangnya sebagai teman, atau bisa dibilang teman sekelas. Terkadang aku juga memandangnya sebagai penganggu. Ya, aku memandang Desi dengan berbeda-beda, tapi aku tidak pernah memandangannya sebagai wanita.

Aku adalah tuannya, 'kan? Jika begitu, aku harus memberitahunya akibat dari membuatku menjadi barang taruhan.

"Tuan?"

Ketika aku memikirkan penyiksaan apa yang akan kugunakan terhadap Desi, aku ditarik ke kenyataan kembali olehnya. Itu cukup menyebalkan. Akh sudah sangat menikmati fantasi yang sedang kukhayalkan. Menjengkelkan ketika aku ditarik kembali ke kenyataan.

"Ngga ada apa-apa."

Entah bagaimana, genre hidupku mulai berubah. Yang tadinya slice of life, sekarang menjadi fantasy. Yang tadinya school, malah menjadi demon. Bahkan, genre ecchi masuk ke dalam jajaran genreku. Ya, genre ecchi belum masuk. Tapi, aku sengaja memasukkannya karena aku sering membayangkan hal mesum terhadap para wanita itu.

Tidak ada yang bisa kulakukan sekarang. Mengeluh saja tidak akan mengubah segalanya. Apalagi hanya mengembuskan napas. Yang bisa kulakukan hanyalah menerima itu atau tidak memperdulikannya. Jelas aku tidak bisa menerima itu mentah-mentah, jadinya aku tidak memperdulikan segalanya. Aku hanya ingin hidup dalam damai.

"Apa perubahan yang ada di sekolah ini disebabkan oleh kalian?" tanyaku kepada Desi yang sedang menulis sesuatu di bukunya. Mungkin itu adalah pekerjaan rumah yang lupa ia kerjakan.

Desi langsung menghadapku. Ia menaruh pulpennya dan tersenyum ketika menatapku. "Iya. Kami melakukan perombakan di segala aspek negara ini!"

"Pemerintahan juga?"

Desi mengangguk dengan keras. Itu seakan melakukan sesuatu yang benar dan pantas untuk dipuji. "Kami sudah merombak berbagai aspek si pemerintahan. Kami menggantikan para pejabat, menteri, walikota, lurah, dan yang lainnya dengan para bawahan iblis kami. Rencananya, aku akan membuat salah satu bawahanku menjadi presiden dua tahun lagi."

Mulutku terbuka dengan lebar. Aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Desi. Ia mengatakan itu dengan sangat ringan, tanpa ada dosa sama sekali. Seakan dunia ini hanyalah mainan baginya. Ia bisa saja merubah mainannya sesuka hati. Itu mengerikan. Benar-benar mengerikan karena seorang gadis mengatakan itu dengan sangat polos.

Apa merombak pemerintahan semudah itu?

Dari yang dikatakan oleh Viani, setelah mereka rapat di dunia bawah, mereka langsung datang ke dunia in. Yang berarti, mereka baru datang dua hari yang lalu. Tidak mungkin untuk merombak pemerintahan dalam waktu semalam. Itu sebenarnya mungkin jika dilakukan kudeta. Tapi, tidak ada kudeta sama sekali. Pemberitaan tentang pemerintahan yang dirombak juga tidak muncul di televisi ataupun koran.

"Apa maksudmu dengan kata 'merombak'?"

Kemungkinan kami berbicara tentang hal yang berbeda sangatlah besar. Mungkin merombak yang dikatakan oleh Desi tidak seperti yang aku pikirkan. Aku harus memastikan aoa maksud dari kata 'merombak' yang digunakan oleh Desi. Bisa jadi itu berbeda dengan yang aku pahami sejak ia mengatakan.

"Kami menangkap orang-orang itu dan membuat bawahan kami menyamar."

"Eh?" Itu benar-benar kejutan yang buruk. Jika itu adalah hadiah ulang tahun, jantungku akan berhenti. "Kau menangkap para pejabat penting? Apa yang kau lakukan terhadap mereka setelah menangkapnya?"

Firasat buruk sejak tadi mengalir di diriku. Aku rasa mereka telah melakukan sesuatu yang buruk. Menangkap pejabat penting saja sudah sangat buruk. Aku tidak bisa memikirkan apa yang mereka lakukan terhadap para pejabat itu. Aku juga tidak bisa memikirkan bagaimana nasib pejabat yang mungkin berdosa. Pasti mengerikan. Pasti mereka dibawa ke neraka yang tidak pernah mereka harapkan. Memikirkan itu saja sudah membuat perutku mual.

"Ada yang kami bunuh dan ada yang masih kami tahan di penjara dunia bawah."

Tanpa kusengaja, aku menelan ludah. Benar-benar tidak dapat dipercaya. Walau aku sudah menduga itu, aku tidak menyangka Desi mengatakannya dengan tersenyum. Senyuman itu menjadi mengerikan walau wajahnya sangat cantik. Ia seperti wanita yandere.

Bukankah mengatakan itu sembari tersenyum sangatlah mengerikan? Apakah kau tidak merasa bersalah?

Saat itu, aku mendoakan para pejabat-pejabat itu supaya mereka tenang dan tidak mengangguku.

"Kau membunuhnya?"

Sekali lagi, aku memastikan itu. Sangat tidak dapat dipercaya jika mereka membunuh pejabat-pejabat penting hanya untuk datang ke sini. Mereka pastilah hanya bercanda. Tapi, bercanda juga ada batasnya. Benar begitu, bukan? Mereka pasti bercanda, 'kan?

Muncul seringaian mengerikan yang muncul di bibir Desi. Wajahnya yang cantik kini berubah mengerikan. Yang tersisa di wajahnya hanyalah teror yang bisa membuat semua orang melarikan diri. "Iya. Aku akan dengan senang hati membunuhnya untuk cintaku."

Bagaimana Mungkin Aku Adalah Raja Iblis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang