red blood

3 1 0
                                    

Kenalin, aku Olla. Sekarang sudah menginjak hari ke-lima aku bersekolah di SMA. Dan ini sudah ke-lima kalinya aku menjadi korban pembullyan. Aku murid baru di sini dan hari-hariku terasa seperti di Neraka.

Mereka —geng senior kelas sebelas, selalu membullyku kapan saja. Mereka merupakan sekumpulan cowok-cowok yang sangat ditakuti sekaligus digandrungi cewek-cewek. Apalagi ketua geng itu. Logan. Ketua geng juga kakak kelasku yang paling tampan seantero sekolah.
Dia selalu mengenakan jaket baseball warna merah. Rambutnya dicat blonde dan tubuhnya sangat ideal. Sekilas mirip seperti Keenan Tracey. Sedangkan menurutku, teman geng yang lainnya juga tak kalah tampan. Tetapi yang paling tampan tetap di tangan Kak Logan.

Hampir di setiap saat Kak Logan selalu menemuiku. Tetapi bukan seperti itu. Dia hanya menemuiku untuk mengacaukan hidupku. Sebenarnya aku tidak dibully sendirian. Ada Benji —cowok cupu yang selalu ingusan itu. Tetapi berkat kehadiranku di SMA ini, Benji bisa merasakan kebebasannya. Aku menjadi sosok malaikat bagi Benji, alias geng itu beralih padaku, bukan lagi Benji. Sialan.

“Hei Olaf!”
Aku tersentak kaget. Kertas-kertas yang baru saja kuambil dari loker terjatuh berceceran di lantai. Semua anak di lorong loker ini memandang kami. Aku hanya mampu menunduk tanpa berani menatap Kak Logan di depanku.
“Ah, kasian banget ya kertasnya berantakan. Duh, jangan nangis ya.”
Kak Logan berjalan semakin dekat ke arahku. Menginjak semua kertas-kertas putihku yang beterbaran. Aku meremas jari-jariku takut. Keringat dingin perlahan mengucur di pelipisku.
“Lo! Lari sepuluh putaran di lapangan! Pulang sekolah! Awas sampe lo ketahuan kabur. Habis lo!”
Dengan cepat aku mengangguk. Aku dapat melihat Kak Logan berjalan melewatiku begitu saja. Aku masih menunduk sambil memunguti kertas-kertas puisiku yang berceceran. Cowok itu benar-benar berengsek! Lihat saja nanti! Seseorang akan membalas semua perbuatannya.
Aku sangat berharap ada kedatangan murid baru lagi di sini, sehingga Kak Logan dan gengnya beralih dariku.

“Lo nggak pa-pa? Mereka siapa? Lo punya kesalahan sama mereka?”
Aku tersentak kaget begitu kertas-kertas itu dipungutnya. Seorang cowok dengan rambut yang ditata menjulang ke atas seperti band rock itu menatapku dengan mata sipit. Baju seragamnya berantakan, tidak dimasukkan ke dalam celana. Tidak ada dasi dan name tag di seragamnya. Seragamnya bersih dari berbagai atribut.
Sepertinya dia murid baru. Aku tidak pernah melihatnya.
“Gue Frankie. Anak baru di sini. Lo?”
Aku tidak berani menjabat tangannya. Aku takut. Penampilannya seperti anak berandalan. Jangan-jangan dia merupakan anak buah Kak Logan untuk membullyku.
“Gue nggak kayak mereka. Walaupun penampilan gue ini berandalan keren tapi sebenernya gue baik, kok. Yaudah deh, lo tau kelas X-5 nggak?”
Aku terperanjat. Cowok-berandalan-yang-katanya-tadi-keren-itu sekelas denganku. Aku mengangguk. Jariku menunjuk kepada kelas di lantai dua dekat toilet. Cowok yang tadi bernama Frankie itu tersenyum.
“Ya udah gue cabut, dah!”
Cowok itu melangkah cepat ke lantai dua. Sepertinya dia memang baik. Terlebih saat matanya memandangku tadi. Tapi aku tidak mau secepat ini percaya pada orang yang baru kukenal. Siapa tau ada maksud tersembunyi.

Aku memasuki kelas yang sudah seperti kapal pecah. Meja berantakan dan beberapa kursi yang raib entah ke mana. Tempat dudukku berada di paling pojok belakang. Sampai sekarang tidak ada yang berani menggeser mejaku sesenti pun. Mereka tidak ingin berhubungan denganku yang menjadi bahan pembullyan senior.
Aku seperti dianggap parasit di sini. Tidak ada yang menginginkan keberadaanku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

red bloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang