2. Hari Daffa Raffan

7.6K 929 69
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.

“Dasar Alya Sahira, selalu membuat aku tidak bisa berkata-kata.”

***

“Untuk tugas yang saya berikan tadi. Kalian harus kumpulkan besok. Dua lembar halaman folio dengan penjelasan yang terperinci.” Amira mengedarkan pandangan ke ruangan kelas, lebih tepatnya pada mahasiswa jurusan ekonomi semester satu yang mengeluarkan keluhan panjang. Dia menunjuk mereka menggunakan bolpoin. “Dan disertai sumber serta link kalau kalian mendapatkannya dengan hasil googling. Jangan mencoba curang! Saya pastikan membaca essay kalian, dari baris awal sampai terakhir. Ya sudah! Perkuliahan kita akhiri sampai di sini. Silakan kalian keluar.” Dia menutup buku dan melepas kacamata.

Beberapa mahasiswa langsung keluar kelas, beberapa dari mereka masih duduk terdiam, mungkin memikirkan betapa sakit kepala mereka padahal mereka Maba, semester satu.

“Daffa Raffan!”

Seseorang lelaki duduk di belakang menowel punggung Daffa yang sedang menuliskan tugas diberikan Amira ke dalam notebook.

“Mhm. Kenapa Sid?” jawab Daffa tapi tidak menoleh ke belakang.

“Nongkrong kuy! Gue nemu kafe yang bagus. Ciwi-ciwi cantik sering ngumpul di situ.”

Sid! Atau Rasyid. Adalah teman pertama Daffa ketika dia menjadi mahasiswa di jurusan ekonomi. Walaupun baru beberapa bulan saling mengenal. Daffa sudah tahu karakter Rasyid. Dia ‘anak Tiktok’ selalu berjoget setiap waktu, membuat Daffa jengah karena Rasyid sering mengajaknya membuat video tiktok bareng.

“Sibuk. Habis ini gue harus kerja,” sahut Daffa menutup notebook dan sekarang merapikan semua barang dari atas meja. “Lo pergi aja sama yang lain.”

“Ya nggak seru!”

Daffa berdiri dan menyampirkan tas ransel di bahu. Dia menatap Rasyid bersandar di kursi dengan ekspresi kecewa.

“Kenapa harus ada gue baru seru?”

Rasyid menunjuk Daffa. “Karena elo adalah bintang. Bercahaya bagaikan berlian. Seperti magnet yang menarik semua orang. Sulit menampik pesona dari Daffa Raffan…” Menjabarkan dengan suara tinggi dan membuat teman sekelas menoleh, cekikikan.

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang