Satu minggu berlalu setelah penobatan Bumi dan keenam sahabatnya sebagai Duta Narkoba SMA Mandala Mahesa. Kemarin pulang sekolah aku di antar Bumi, itupun aku pulang setelah dari rumahnya bertemu dengan Mamah Manda---Mamah Bumi. Bumi mengatakan pada Mamah Manda kalau aku dan Bumi sudah resmi pacaran. Mamah Manda senang aku mau jadi pacar anak tunggalnya. Mamah Manda minta aku untuk tidak meninggalkan Bumi hanya karena keadaan beliau. Aku menenangkan Mamah Manda kalau aku tidak akan pernah meninggalkan Bumi. Kalaupun suatu saat nanti Bumi meninggalkanku atau kami putus, aku tetap akan mengunjungi Mamah Manda, tanpa memandang statusku dengan Bumi.
Hari ini aku belum bertemu Bumi. Ia pun belum mengirim pesan atau menelponku. Biasanya subuh-subuh ia sudah mengirim pesan atau menelponku untuk sekedar basa-basinya. Tadi pagipun aku belum bertemu dengannya. Sampai istirahat kedua saat ini pun aku belum bertemu dengannya. Apa Bumi tidak masuk sekolah, tapi aku melihat semua teman-temannya. Akupun memberanikan diri bertanya pada Ferre sebelum ia keluar kelas.
"Bumi nggak masuk?"
"Dia di perpus dari tadi abis istirahat. Tidur katanya, susulin aja."
"Kalian begadang lagi?"
"Nggak. Eh tapi, Lan, mukanya Kibum bonyok. Gue sama yang lain tanya katanya abis berantem sama tukang parkir. Lo sama dia mampir ke indomaret dulu?"
"Langsung balik kok. Beneran berantem sama tukang parkir?"
"Biasanya sih kalo mampir ke indomaret, dia nggak mau bayar, terus berantem sama tukang parkirnya."
"Gue susulin aja ya."
"Oke. Kalo tidur, jangan di ganggu, Lan, bahaya."
"Iya."
Aku menyusul Bumi sesuai yang di katakan Ferre. Sebelum masuk perpus, aku harus mengisi data diriku. Barulah aku boleh masuk. Aku mencari Bumi di semua bagian rak buku, aku tidak menemukannya. Aku pun mencari ke ruang baca, aku juga tidak menemukannya. Aku memilih untuk mengelilingi ruang baca, takut-takut Bumi merebahkan tubuhnya di lantai, mengingat ia bisa tidur dimanapun selagi ia mengantuk.
Benar! Aku melihat sepatunya, terlihat kaki terlentang di meja paling ujung dekat jendela. Aku menghampirinya. Benar saja, itu Bumi dengan wajahnya tertutup jaket Salvatra miliknya. Aku tidak ingin mengganggunya tidur, aku pun mengambil buku di rak untukku baca selagi menunggu Bumi bangun.
Saat aku kembali ke ruang baca, aku melihat Bumi sudah bangun dari tidurnya. Ia sudah duduk dengan rambut berantakan dan--- wajahnya benar-benar babak belur, sudut bibirnya terlihat bekas luka. Ujung pelipisnya juga ada luka. Aku duduk didepannya dan itu membuatnya terkejut.
Saat aku akan menyentuh lukanya, Bumi menepis tanganku kasar. Tanpa menatapku, ia berdiri. Sebelum ia melangkah pergi, aku menarik tangannya kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggal Kenangan
Teen FictionIni kisahku di 10tahun lalu, semasa aku masih menjadi remaja labil. Tentang cinta pertama yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sebelum mengenalmu--- Aku pernah patah hati, tetapi tidak pernah sesakit karenamu. Aku pernah bahagia, tetapi aku ing...