24. Haidar Menjenguk Prakoso (2)

24 7 2
                                    

"Na, jangan gitu," tegur Siti menyenggol pelan tangan Una. Una hanya diam.

Una merasakan getaran dari ponselnya. Ia membukanya, ternyata notifikasi dari Irma.

Irma: Na, jangan jauhin aku, ya

Una: Santai aja
Sekali pun orang tua kamu salah
Kamu sebagai anaknya ga salah
Begitu sebaliknya
Jangan jauhin aku juga, ya

Irma: Aaa, melow
Sayang Una banyak-banyak

Una: Aaaa, sayang Irma banyak juga

Una terkekeh membacanya, begitu juga dengan Irma.

Najwa membisikkan sesuatu, "Makan aja, Nyonya. Kapan lagi dibayarin sepuasnya lagi. Saya juga seketika jadi lapar."

Areta menghela napas sebelum akhirnya mengiyakan. "Tapi, yang jaga Prakoso siapa?"

"Saya aja, Bu," sahut Meizy dengan senyum manisnya.

Rizka bersedekap dada. Matanya sedikit memicing. "Nanti lo makan gimana? Lo juga belum makan."

Meizy mengusap pucuk kepala Rizka. Meizy meyakinkan Rizka. "Gue belakangan aja habis kalian balik ke sini."

Rizka menggeleng. "Enggak! Ya udah, nanti gue beliin lo makan aja."

"Ralat dikit, tuh. Nanti kalau lo mau beliin gue makan, pakai uangnya Om-om pedofil. Dia udah bilang mau traktir," ledek Meizy melayangkan wajah menyebalkan ke Haidar.

Rizka tertawa kecil. "Oke."

"Jangan dekat-dekat sama Om-om pedofil. Kalau dia dekatin, kamu jauhin. Jangan ngobrol sama dia kalau ga penting. Jangan-"

"Iya, iya. Bawel!"

Meizy terkekeh. Haidar menatap Meizy sinis, sedangkan yang ditatap tidak memerdulikannya. "Ayo."

Haidar berjalan lebih dahulu keluar kamar inap Prakoso disusul Areta dan lainnya. Haidar menyejajarkan langkahnya dengan langkah Areta. "Ret, selingkuh sama gue, yuk," canda Haidar.

Areta menyentil lengan Haidar. "Ga usah aneh-aneh. Sana lo balikan aja sama mantan istri lo biar enggak jadi dunes."

"Lo enggak tahu, sih. Gue ditinggal selingkuh sama dia. Dunes apaan artinya?"

Ah, iya. Areta baru mengingat, Riska pernah cerita kalau Haidar diselingkuhin. Areta memilih pura-pura tidak tahu saja.

"Eh, gue enggak tahu, maaf. Dunes itu duda ngenes," tawa Areta.

Risqi yang berada di belakang Areta dan Haidar memandang mereka tidak suka.

"Ayah ini gak kapok banget udah ditusuk sama Om Prakoso," gumam Risqi.

Una yang berada di sebelah Risqi masih dapat mendengarnya. "Biarin aja dulu, Kak. Setidaknya Ibuku bisa ketawa enggak mikirin Ayah terus."

Risqi menoleh ke Una, memilih mengangguk pelan. Tiba-tiba Risqi merasa kebelet ke toilet. Risqi berjalan mendekati Haidar dan menyejajarkan langkahnya. "Ayah, aku izin ke toilet dulu, ya. Kebelet."

Setelah mengucapkan itu, Risqi langsung berlari ke toilet.

Selepas ia ke toilet, Risqi menyusul ke kantin rumah sakit. Namun, Risqi tak sengaja bertemu Hugo. Risqi pura-pura tidak melihatnya, namun Hugo memanggilnya, "Eh Risqi."

Risqi melihat Hugo dengan sebelahnya ada pasien di kursi roda yang membersihkan hidungnya dari darah memakai tisu, ia habis mimisan. Risqi sedikit penasaran dengan pasien itu, tetapi ia abaikan saja.

"E-eh, iya, Dok. Saya duluan, ya." Risqi melangkah pergi.

Hugo mencekal tangan Risqi. "Tunggu dulu dong, buru-buru sekali. Ayahmu gimana kondisinya?"

Risqi melepaskan cekalan tangannya. "Udah baik, kok. E-em itu kenapa bisa mimisan? Sakit apa?" tanya Risqi meluapkan rasa penasarannya.

"Ah, itu. Saya juga kurang tahu. Tadi dia bilang saya tampan, sesudahnya dia malah mimisan. Saya setampan itu, ya?" Hugo menaik-turunkan alisnya.

"I-iya Dokter tampan, ta–"

"Biasanya sih kalau sampai mimisan gitu biasanya bukan tampan, tapi sebaliknya. Bercanda, Dok," kelakar Risqi memotong ucapan pasien tadi.

"Saya permisi dulu, Dok," pamit Risqi berlari ke kantin.

Di kantin, terlihat Haidar, Areta, Rizka, Siti, Una, Irma, Najwa yang duduk berhadap-hadapan. Terlihat juga satu pelayan di sana, sepertinya sedang menunggu apa pesanan mereka.

Risqi duduk berhadapan dengan Siti. Haidar menoleh ke Risqi, Haidar bertanya, "Mau pesan apa, Nak?"

"Apa aja asal jangan Ibu baru," celetuk Risqi tanpa melihat Haidar.

Rizka di sebelahnya tertawa krcil. "Tenang aja. Ibu aku sama Ayahmu enggak bakal ada apa-apa. Kami juga enggak mau punya Ayah baru," bisik Rizka.

"Hm. Mau makanan apa?" embus Haidar. Diam-diam Haidar sedikit kesal, kenapa Anaknya itu tidak mau punya Ibu baru coba? Padahal Ayahnya 'kan mau.

"Nasi goreng yang pedas. Tapi, enggak sepedas ngeliat Ibu sama-"

"Eh, Areta. Inget gue enggak? Tika, anak KSN dulu." Tika datang membuat Risqi tak melanjutkan ucapannya.

Risqi mengenali suara itu, ingin sekali dia memeluknya. Namun, Risqi enggan menatap Tika. Ia takut respons Tika tidak sesuai harapannya.

"Lo bukannya udah punya suami Prakoso, ya? Kok ini lo di sini sama Haidar? Jangan jadi pebinor lo, Dar," tukas Tika.

"Jangan sembarang nuduh, enggak baik kalau ternyata omongannya berbalik ke diri sendiri," balas Haidar tenang.

Deo yang ingin berbicara dari tadi memilih diam. Daripada salah berbicara, bisa repot urusannya. Risqi memberanikan diri menengok ke Tika, ia sedikit terkejut melihat orang di samping Tika. "Pa-pak po-polisi Deo?"

Prata StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang