"Dokter, bagaimana kondisinya?"
"kumohon, sembuhkan dia segera, kumohon..."
Samar, Haru dapat mendengar teriakan Daisuke yang terdengar sumbang dan acak. Ia ingin membuka matanya yang terpejam, namun rasa sakit yang teramat sangat kembali menelan kesadarannya, tak sadar bahwa orang-orang yang mengenalnya tengah bersedih atas berita kematiannya sementara sebagian yang lain tengah was-was atas kebohongan yang mereka sebarkan. Daisuke Kambe, selaku pihak yang berbohong itu tengah terduduk penuh keputus asaan di sebuah lorong rumah sakit yang tampak sepi, sekelebat memori sebelas tahun yang lalu kembali terngiang, memaksanya untuk kembali mengingat kenangan manis dan pahitnya bersama pemilik surai abu-abu yang kini terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, hidup mengandalkan alat dan obat-obatan.
"Kau tidak bisa melakukan ini, Kambe ..., aku laki-laki tulen dan kau tentunya tahu akan hal itu. Berkenalanlah dengan seorang gadis, perlahan tapi pasti, kalian akan saling mencintai, kemudian setelah rasa cinta itu tumbuh, nikahilah ia. Kalian akan hidup bahagia bersama anak-anak kalian nantinya. Namun jika kau masih terkungkung oleh perasaan cinta terhadapku, aku katakan sekali lagi. Aku menyukai perempuan dan meskipun aku menyukaimu aku tidak mungkin menikah denganmu, karena aku tak bisa memberimu keturunan dan perasaan yang salah tidak akan membawa kebahagiaan barang sedikitpun ...,"
"ARRGH... !" Daisuke mengacak rambutnya, kesal. Kata-kata terakhir yang Haru sampaikan benar-benar membuatnya ingin sekali mengacaukan Haru, membuatnya mendesah sembari memanggil-manggil nama Daisuke di bawahnya. Namun sayang, setelah hari itu, Haru menghilang. Dan saat Daisuke berhasil menemukannya, Haru tak lagi membuka matanya. Harunya di temukan dalam kondisi terikat di dalam sebuah mobil yang setengah tenggelam di tepi danau.
"Kau menolakku dengan alasan tak bisa memberiku keturunan kan? Jadi, jika aku membuatmu dapat mengandung kau tak lagi punya alasan untuk menolakku,"
Gumam Daisuke lirih, sembari mengusap lembut tangan pucat Haru."Permisi, Kambe. Aku datang untuk memeriksa Haru," Seorang dokter memasuki ruangan.
Daisuke menoleh, sedikit terkejut ketika melihat seorang perawat yang mengekori Kamei datang dengan membawa vibrator?
"tak usah khawatir, aku hanya ingin mengetahui apakah operasinya berhasil atau tidak," Kamei tersenyum, dan Daisuke hanya terdiam, menyimak Kambe yang tengah membuka celana Haru dan melebarkan kaki pemuda itu.
Kamei memasukkan sebuah vibrator kecil ke dalam liang Haru, "Haru mungkin tak sadarkan diri, tapi tubuhnya masih bisa merespon sinyal di sekitarnya. Coba perhatikan,"
Daisuke mendekat, ditelannya saliva susah payah ketika Kamei menyalakan vibrator, menampilkan pemandangan tubuh haru yang menggelinjang dan cairan yang mulai keluar dari liangnya.
"Hentikan, cepat hentikan," Titah Daisuke datar.
Kamei menyeringai, " eh, kenapa? bukankah kau menikmatinya?"
Daisuke tak merespon, namun tatapan membunuhnya cukup membuat dokter gila itu ketakutan. Kamei segera melepas vibrator itu dan merapikan pakaian Haru.
"Organ reproduksinya bekerja dengan semestinya. Tinggal menunggu sampai Haru siuman, setelah itu kau bisa melakukan apapun terhadapnya," Ujar Kamei dan direspon dengan daisuke yang memunggunginya,
Kamei terkekeh pelan, "baiklah, aku permisi,"
Bohong jika Daisuke tak menikmati pemandangan itu, bahkan bagian selatannya sudah setengah menegang. Ia hanya tak rela Harunya dilihat oleh orang lain, apalagi dokter gila itu. Jika bukan karena kecerdasan dan keahlian Kamei, Daisuke tak akan sudi membiarkan Harunya disentuh oleh pengidap kelainan seksual itu. Kamei menikmati setiap pekerjaannya, dia yang membedah tubuh Haru, dia yang menyuntikkan segala macam obat-obatan kedalam liang Haru, dan dia yang dapat menjamah setiap inci tubuh Haru ketika harus melakukan peregangan otot-otot Haru. Sudah sebelas tahun Haru tertidur, ketika Kamei resmi menjadi seorang dokter kandungan, ia mengambil setengah dari masa tidur Haru untuk menanganinya sekaligus menyelesaikan permintaan gila Daisuke untuk menanamkan rahim di tubuh Haru.
Waktu bersenang-senang Kamei pun berkurang ketika Daisuke memutuskan akan membawa Haru ke kediamannya, supaya dapat menjaga dan merawatnya tanpa harus pulang pergi ke rumah sakit dan alasan lain yang tak dapat ia ungkapkan.
Kamei menghela napas panjang, terpaksa menuruti keinginan sahabat sekaligus pelanggannya itu. Ia tak dapat protes terlebih setelah Daisuke berkata,
"apapun akan kulakukan, walau harus membawa rumah sakit kerumahku!"
Never enough
Uwa....... garing bin mbosenin kan?? tangan gue geter waktu nulis nih cerita. Ga perduli sama EYD dan tata bahasanya, yang penting gue puas nuangin imajinasi gue. Cerita fanfiction pertama gue. Sorry banyak typo dan salah penempatan kata. Gue masih polos soalnya:v
Awalnya gue bimbang memilih karakternya, sempet kepikir karakter anime Owari No Seraph, mengingat karakter di animenya masih bocah-bocah umur 15, 16, 17, jadi ga tega dan ga bisa membayangkan mereka yang sudah kepala dua main yang aneh-aneh.
chapter sengaja gue bikin pendek biar ga bosen nulisnya, wkwk. Mungkin yang harusnya bisa jadi satu chapter gue anakin jadi dua atau tiga chapter, gpp. Banyak anak banyak rezeki. Awokawok. 😶😶
lanjut gak ya ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
FanfictionCinta dapat melakukan banyak hal. Uang dapat melakukan segalanya.