" Maksud lo apa ya Mik ?" tanya Hanna to the point.
"Gue bantu lo supaya Tirta tau perasaan lo, itu hal yang seharusnya lo lakuin dari dulu Han"
"Atas dasar apa lo lakuin itu ?" tanya Hanna sinis.
"Loh Han, harusnya lo berterima kasih dong sama gue, sekarang gini aja deh, gimana Tirta bisa tau lo punya perasaan ke dia kalau lo sendiri aja enggak pernah ataupun enggak berani ungkapin itu ke Tirta" jawab Mika menjelaskan.
"Okey, terima kasih udah buat hubungan gue dan Tirta semakin canggung"
"Apaan sih lo, enggak gitu maksud gue" elak Mika.
"Gini ya Mik, lo temen gue bahkan bisa dibilang sahabat gue TAPI !! ini hidup gue, gue yang jalanin dan gue yang tau apa yang harus gue lakuin"
"Ya karna gue sahabat lo Han gue mau bantu lo"
"Please Mik jangan buat pandangan gue ke lo itu berubah, jangan buat gue nilai lo itu temen yang jingan" tangan Hanna mulai bergetar, keringat dingin mulai terasa di telapak tangannya.
"Gue cuma mau bantu lo selesain masalah lo Han"
"Bantu orang untuk menyelesaikan masalahnya itu bukan dengan gimana lo kasih saran orang itu harus melakukan cara yang menurut lo orang itu harus lakuin, tapi dengan lo memposisikan diri lo di posisi dia" ucap Hanna sambil berlalu pergi.
Hanna marah, enggak gini caranya Tirta tau kalau dia punya perasaan ke Tirta. Hanna juga enggak ada niatan untuk bilang ke Tirta.
Hanna tau dan Hanna lihat sendiri kalau Tirta udah bahagia. Hanna juga berhak untuk kejar kebahagiaannya.
"Hanna ?"
"Enggak, enggak mungkin" racau Hanna dalam hati.
"Ngobrol dulu yuk bentar" Tirta senyum, laki-laki yang paling Hanna hindari di seantero kampus.
Hanna balas tersenyum "okey"
"Gue enggak mau kepedean Han, gue juga enggak akan telan mentah-mentah apa yang Mika omongin ke gue kemarin, jangan khawatir" Hanna tersenyum lega mendengar apa yang diucapkan Tirta.
"Tapi Han, kalaupun emang benar, gue minta maaf baru tau hal itu, dan itupun bukan dari lo sendiri yang bilang ke gue" Tirta memberi jeda sejenak. "Kalau waktu bisa diputar, mungkin gue bisa aja punya perasaan yang sama kaya lo".
"Ck, gue emang punya perasaan sama lo" jawaban Hanna membuat Tirta sedikit terlonjak. "Gue nyaman sama lo, tapi tenang aja, itu cuma perasaan sesaat, and now i'm really fine" ucap Hanna diakhiri dengan senyum lebar.
Tirta tersenyum lega "jangan suka sama gue Han, gue suka sama Hilda. Gue enggak mau nyakitin lo"
"Tenang aja, i'm ok. Lo tau lah gue gimana" Hanna memaksakan senyumnya.
Setelah itu, apa yang diucapkan Tirta bukan jadi perhatian utama lagi untuk Hanna. Hanna terlalu fokus melihat seseorang dibalik punggung Tirta yang tengah bermain dengan ponselnya.
"Gue pergi Han, makasih ya" Tirta pamit dan hanya dibalas dengan anggukan oleh Hanna.
"Dari kapan lo disana ?" tanya Hanna.
Bang Jeje menoleh ke kanan dan kiri "gue cong ?"
"Iya bang"
"Sejak dia bilang jangan suka sama gue Han, gue suka sama Hilda. Gue enggak mau nyakitin lo" jawab Bang Jeje santai.
Hanna menghela napas kasar "jangan disini, gue cape"
"Studio papa ?"
"Okey"
------------
LineMika : Han, sorry
Mika : gue tau gue salahHanna enggak mau gubris chat dari Mika. Masih mau menenangkan pikiran di studio musik milik keluarga Yohan.
"So ?" Bang Jeje memulai.
"Mika ceritain semuanya tentang perasaan gue ke Tirta dan Tirta sedikit ribut sama ceweknya"
"Jingan juga ya temen lo" Bang Jeje asal bicara.
"I mean, sekalipun dia temen gue, bukan berarti dia tau mana yang harus gue lakuin atau enggak, gue susah buat deket sama orang, itu sebabnya gue enggak punya banyak temen, dan temen gue yang dikit aja kaya gini"
"Dan sekarang apa yang akan lo lakuin ?" tanya Bang Jeje.
"Udah cukup buat gue tahan semuanya, gue ....."
"Mau coba perjuangin dia ?" tanya Bang Jeje memotong.
"Lo gila ya ?" Hanna enggak habis pikir dengan perkataan Bang Jeje.
Bang Jeje tersenyum sinis "ya sekarang dia udah tau tentang perasaan lo, lampu hijau dong buat lo. Selama ini juga kan lo mana ada usaha buat lupain dia, nihil"
" Enggak usah jadi cowok jingan deh ya lo, enggak usah sok tau tentang gue. Lo tuh selalu menyimpulkan masalah dari sudut pandang lo sendiri bukan dengan kenyataan yang sebenarnya udah jelas-jelas didepan mata lo"
"Mirror dong lo ! Lo juga sama aja sok tau tentang gue. Bacot Han bacot"
"Apasih lo tuh, muak gue sama lo" Hanna pergi dengan perasaan yang campur aduk.
Bang Jeje tertunduk lesu, mengacak rambutnya dengan kasar. Baru kemarin rasanya dia benar-benar menang, tapi hari ini Bang Jeje rasanya ingin menyerah perjuangkan semuanya.
------------
Hanna dan Bang Jeje berantem, sebenernya agak sulit sih buat konflik antara Bang Jeje dan Hanna tuh. Soalnya tipekal fakboy macem Bang Jeje tuh enggak mau ambil pusing tentang yang begituan.
Tapi ya setelah lihat Jasung jadi ada inspirasi.
Dari fakboy jadi sofboy jadi sadboy. Tapi mudah mudahan Bang Jeje enggak ikutan jadi sadboy , hehehhLop Lop 💙
"Bacot Han Bacot"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman (Katanya)
Teen FictionJeandar Abi Yohan, tipe buaya tapi santun. Menjunjung tinggi prinsip hanya serius pada satu wanita, yang lain hanya permainan. Sayang banget sama mama papa tapi selalu ribut. Sayang Hanna juga tapi sayang cuma teman. Ruby Hanna Salsabila, kalau udah...